jpnn.com, JAKARTA - Perkembangan penanganan kasus Covid-19 pada 13 provinsi prioritas terlihat mengalami penurunan dalam kasus positif.
Namun, Satgas Penanganan Covid-19 mengingatkan, dari hasil pantauan kurun pada pertengahan November ini, masih terdapat provinsi yang mengalami kenaikan pada kasus positif.
BACA JUGA: Anggota TNI AL Koptu Totok Haryanto Ditemukan Sudah Tak Bernyawa
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyebut, ada 7 provinsi yang mendapat apresiasi karena cukup baik mengalami perkembangan karena terjadi penurunan penambahan kasus positif.
Yakni, Papua mengalami penurunan tertinggi sebesar 73,8 persen, disusul Jawa Tengah turun 31,2 persen, Jawa Barat turun 19,6 persen, Kalimantan Timur 9,8 persen, Bali turun 8,4 persen, Sumatera Barat turun 7,6 persen, dan Aceh turun 6,7 persen.
BACA JUGA: Duel Maut Utuh Kijip vs Agus Banteng, Satu Nyawa Melayang
"Perkembangan kasus positif terus bervariasi dalam penurunan dan kenaikannya. Per 22 November 2020, terdapat 7 provinsi mengalami penurunan dan 6 provinsi mengalami peningkatan kasus positif," jelasnya di Kantor Presiden, Jakarta Pusat, Kamis (26/11).
Meskipun jumlah provinsi yang mengalami penurunan lebih banyak dari jumlah provinsi yang mengalami kenaikan, tetapi perlu diwaspadai jumlah kenaikan kasus positif yang cukup tinggi. Riau mengalami kenaikan tertinggi sebesar 139,4 persen, diikuti Jawa Timur naik 44,4 persen, DKI Jakarta naik 23,9 persen, Sulawesi Selatan naik 18,8 persen, Kalimantan Selatan naik 10,4 persen dan Sumatera Utara naik 9 persen.
BACA JUGA: Kabar Terbaru dari BPOM soal Vaksin Covid-19 Sinovac
"Hal ini menunjukkan, meskipun jumlah provinsi yang mengalami kenaikan lebih sedikit, namun persentase kenaikan tertingginya dua kali lipat dibandingkan persentase provinsi dengan penurunan tertingginya," lanjut Wiku.
Dia meminta penanganan serius pada 3 provinsi prioritas yakni Riau (139,4 persen), Jawa Timur (44,4 persen) dan DKI Jakarta (23,9 persen) yang berada di urutan teratas dengan tren kenaikan kasus positif tertinggi. Penanganan pada 3 provinsi tersebut harus difokuskan dalam memutus mata rantai penularan Covid-19.
Wiku kembali mengingatkan penetapan provinsi prioritas dari 10 provinsi pada Juli lalu, dan menjadi 13 provinsi pada awal November, harusnya menjadi acuan bagi setiap provinsi memperbaiki penanganan Covid-19 di wilayahnya masing-masing.
Waktu yang cukup lama ini seharusnya dimanfaatkan dengan baik untuk menekan kasus dan bukan menjadi lengah sehingga berdampak pada kenaikan kasus positif.
"Pemerintah daerah provinsi prioritas yang belum kunjung baik penanganan Covid-19 sampai saat ini, mohon membaca data dan jadikan data sebagai acuan untuk membangambil keputusan sesuai arahan Presiden Joko Widodo," tegas Wiku.
Dalam penanganan Covid-19 di wilayah masing-masing, Wiku mengajak untuk belajar dari provinsi-provinsi yang konsisten menurunkan kasus aktif selama 4 minggu berturut-turut. Seperti Sumatera Utara, Jawa Barat, Riau dan Kalimantan Timur.
"Akan tetapi konsistensi ini perlu pengendalian yang lebih masif. Sehingga tidak hanya menghasilkan penurunan yang konsisten, tetapi juga signifikan," ungkap Wiku seraya menunjukkan grafik tren kasus aktif.
Dalam grafik tren kasus aktif, Jawa Tengah mendapat perhatian. Karena provinsi ini menunjukkan peningkatan kasus aktif setiap minggunya. Dari data, pada awal November, Jawa Tengah sempat memiliki kasus aktif 12,19 persen. Namun pekan ini, meningkat drastis hingga mencapai 20,70 persen.
"Mohon, agar betul-betul diperhatikan penyebab utama kenaikan kasus aktif ini. Jadikan momen ini, sebagai momen untuk menurunkan angka kematian dengan memastikan kasus aktif yang ada sembuh seluruhnya," pesan Wiku.
Dia meminta Pemda jangan lengah dan aparat penegak hukum setempat untuk mengawasi pelaksanaan protokol kesehatan oleh masyarakat. Pemda provinsi prioritas juga diminta untuk memprioritaskan penanganan Covid-19 kabupaten atau kota yang menyumbang terbesar dalam peningkatan kasus positif.
Dimulai dari Aceh yaitu Kota Banda Aceh sebanyak 28,43 persen dari total kasus, Kota Medan sebanyak 47,74 persen, Kota Padang sebanyak 55,55 persen, Kota Pekanbaru sebanyak 52,18 persen, Jakarta Timur sebanyak 18,92 persen, Kota Bekasi sebanyak 18,5 persen dan Kota Semarang sebanyak 25,38 persen.
Lalu, Kota Surabaya sebanyak 28,32 persen, Kota Denpasar sebanyak 27,54 persen, Kota Banjarmasin sebanyak 24,97 persen, Kota Samarinda sebanyak 29,99 persen, Kota Makassar sebanyak 46,37 persen, dan terakhir Kota Jayapura sebanyak 47,66 persen.
"Saya tekankan, setiap daerah harus belajar dan meningkatkan kemampuan dalam melihat situasi dan kondisi. Terutama pimpinan daerah dan masyarakatnya dari kota-kota besar di atas untuk berkolaborasi dalam menurunkan laju penularan," kata Wiku. (tan/jpnn)
Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga