jpnn.com, JAKARTA - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono melihat kecenderungan tren kenaikan beberapa bahan pokok bakal berlanjut.
Menurutnya, beberapa komoditas itu adalah minyak goreng, cabai merah, serta daging, dan telur ayam ras segar.
BACA JUGA: BPS Sebut Produksi Padi Bulan Lalu Melimpah, Tetapi..
“Ini tinjauan menggunakan dengan Big Data, sampai dengan kondisi 5 April kemarin, ada kecenderungan kenaikan untuk tiga komoditas ini,” kata Margo Yuwono dalam diskusi daring di Jakarta, Kamis.
BPS mencatat harga minyak goreng pada awal April kembali melejit, meskipun rata-rata harga mengalami penurunan pada Maret 2022.
BACA JUGA: Sekuriti Berbuat Nekat di Lantai Dua Kantor BPS
Margo menyebut harga minyak goreng bahkan menjadi lebih tinggi dari kondisi rata-rata pada Januari 2022.
Kemudian, harga cabai merah, sejak Maret rata-rata telah naik di pasaran dan masih bertahan hingga awal April dan belum menunjukkan adanya tanda-tanda penurunan harga.
BACA JUGA: BPS: Ekspor Pertanian Selama 2 Bulan Tumbuh 11,45 Persen
"Harga daging dan telur ayam ras cenderung stabil dan tidak terlalu berubah signifikan," ucapnya.
Margo mengatakan minyak goreng menjadi penyumbang utama inflasi selama tiga bulan terakhir.
Pasalnya, harga minyak goreng terus bergejolak akibat kenaikan harga minyak sawit mentah (CPO).
BPS memerinci inflasi minyak goreng pada Januari sebesar 0,31 persen (yoy), Februari 0,20 persen (yoy) dan Maret 0,24 persen (yoy).
Margo juga memprediksi ada potensi kenaikan anka inflasi pada April 2022 sebagai efek dari kenaikan komponen administered prices, yakni penyesuaian harga LPG non-subsidi per 27 Februari.
Lalu, penyesuaian BBM jenis Pertamax per 1 April 2022, serta penyesuaian PPN menjadi 11 persen per 1 April 2022.
“Ini tentu saja mempunyai potensi besar kepada kenaikan inflasi di April. Jadi ada demand yang polanya meningkat di puasa dan Lebaran serta ada kebijakan pemerintah yang berpotensi untuk terjadinya inflasi,” jelasnya.
Menurut Margo, inflasi akan berdampak terhadap penurunan daya beli dan menekan konsumsi masyarakat. Beban pengeluaran masyarakat menengah ke bawah juga bertambah akibat kenaikan harga bahan pangan.
Hal itu berujung pada potensi tertahannya pertumbuhan ekonomi nasional.
“Pola konsumsi masyarakat sebagian besar porsi belanjanya itu ke makanan. Jadi kalau inflasi pangan tidak bisa dikendalikan bisa dipastikan golongan bawah akan tertekan kesejahteraannya,” ucap dia.
Margo khawatir jika inflasi pangan berlangsung lama maka akan berakibat pada kenaikan garis kemiskinan.
"Karena garis kemiskinan ditentukan oleh 74,05 persen makanan dan sisanya 25,95 persen non makanan. Jika inflasi pangan tinggi maka otomatis jumlah penduduk miskin bertambah," beber Kepala BPS Margo Yuwono. (antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul