Kabar Terbaru dari BI soal Jumlah Uang Beredar

Selasa, 23 November 2021 – 14:12 WIB
Bank Indonesia (BI) menyampaikan kabar terbaru soal uang beredar pada Oktober 2021. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menyampaikan kabar terbaru soal uang beredar pada Oktober 2021.

Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono mengatakan likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) pada Oktober 2021 meningkat 10,4 persen (yoy) menjadi Rp 7.490,7 triliun.

BACA JUGA: UMP Cuma Naik Rp 31 Ribu, BI Jabar Beri Penjelasan

Angka itu juga lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya 8,2 persen (yoy).

"Peningkatan tersebut didorong oleh akselerasi pertumbuhan jumlah uang beredar sempit (M1) sebesar 14,6 persen (yoy) dan uang kuasi yang tumbuh enam persen (yoy)," kata Erwin Haryono dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Selasa (23/11).

BACA JUGA: Tenang, BI Pantau Terus The Fed, Enggak Dikasih Kendor

Erwin membeberkan pertumbuhan M2 pada Oktober 2021 dipengaruhi oleh aktiva luar negeri bersih dan aktiva dalam negeri bersih.

Menurutnya, pertumbuhan M1 didorong oleh peningkatan pertumbuhan giro rupiah, serta tabungan rupiah yang dapat ditarik sewaktu-waktu.

BACA JUGA: BI Ketok Suku Bunga Acuan 3,5 Persen

Giro rupiah pada Oktober 2021 tumbuh 21,4 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya 10,3 persen (yoy).

Kendati demikian, giro rupiah sedikit tertahan oleh perlambatan dana float (saldo) uang elektronik yang tercatat sebesar Rp 7,9 triliun dengan pangsa terhadap M1 0,19 persen. Artinya, kata Erwin ada pertumbuhan sebesar 5,7 persen (yoy).

"Melambat dibandingkan bulan sebelumnya 20,2 persen (yoy)," ucap Erwin.

Tabungan rupiah yang dapat ditarik sewaktu-waktu pada Oktober 2021 tercatat sebesar Rp 2.006,3 triliun, dengan pangsa 49,2 persen terhadap M1.

"Tumbuh 13 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan September 2021, yakni 11,8 persen (yoy)," ujar Erwin.

Di sisi lain, Erwin melanjutkan aktiva luar negeri bersih bertumbuh 5,7 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada September 2021 sebesar lima persen (yoy).

"Disebabkan oleh perlambatan kewajiban sistem moneter kepada bukan penduduk, terutama berupa pinjaman valas," kata dia.

Namun, lanjut Erwin, aktiva dalam negeri bersih meningkat 12,1 persen (yoy), naik dari 9,3 persen (yoy) pada bulan sebelumnya.

Hal ini, terjadi seiring dengan kenaikan tagihan bersih kepada pemerintah pusat dan penyaluran kredit yang terus berlanjut.

BI menyebutkan tagihan bersih pada pemerintah pusat tumbuh sebesar 30,4 persen (yoy).

Angka itu meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 16,1 persen (yoy).

"Akibat perlambatan kewajiban sistem moneter kepada pemerintah pusat berupa simpanan baik dalam rupiah maupun valas," katanya.

Erwin menambahkan penyaluran kredit naik tiga persen (yoy) pada bulan laporan, meningkat dari pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 2,1 persen (yoy).

"Sejalan dengan peningkatan penyaluran kredit modal kerja maupun konsumsi," tegas Erwin. (mcr10/jpnn)

Jangan Lewatkan Video Terbaru:


Redaktur & Reporter : Elvi Robia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler