Tenang, BI Pantau Terus The Fed, Enggak Dikasih Kendor

Jumat, 19 November 2021 – 06:03 WIB
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam jumpa pers hasil RDG November 2021 di Jakarta, Kamis (18/11/2021). ANTARA/Youtube Bank Indonesia/pri.

jpnn.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menyatakan serius memantau perkembangan kebijakan dari Bank Sentral Amerika Serikat Federal Reserve.

Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan pihaknya memantau komunikasi Bank Sentral AS (The Fed) dari waktu ke waktu.

BACA JUGA: Ramalan Ekonom Terbukti, Tapering The Fed Diketok, Rupiah Ambyar

Terlebih, kata dia, pada kebijakan yang dapat berdampak kepada pergerakan nilai tukar rupiah terhadap USD.

"Faktor teknikal dari komunikasi The Fed ini akan berpengaruh terhadap pergerakan nilai tukar dari waktu ke waktu," kata Perry dalam jumpa pers RDG di Jakarta, Kamis (18/11).

BACA JUGA: Ekonom Ungkap Sikap Investor Tak Biasa, Reaksi Tapering The Fed?

Perry menyampaikan langkah The Fed terkait normalisasi kebijakan moneter saat ini sedang ditunggu-tunggu para pelaku pasar maupun investor global.

Pasalnya, bisa memengaruhi pergerakan nilai tukar mata uang dunia.

BACA JUGA: Hasil Pertemuan The Fed Diketok, Bagaimana Nasib Harga Emas?

Perry memastikan BI akan terus menjaga fundamental nilai tukar rupiah, seiring dengan membaiknya kegiatan perekonomian dan neraca transaksi berjalan (CAD) yang rendah, agar kurs terus bergerak stabil.

"Bank Indonesia terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya dan bekerjanya mekanisme pasar, melalui efektivitas operasi moneter dan ketersediaan likuiditas di pasar," tegas Perry.

Saat ini, posisi nilai tukar rupiah pada 17 November 2021 melemah 0,53 persen secara point to point dan 0,56 persen secara rerata dibandingkan dengan level Oktober 2021.

Pelemahan nilai tukar rupiah tersebut disebabkan oleh aliran masuk modal asing yang terbatas di tengah persepsi positif terhadap prospek perekonomian domestik dan terjaganya pasokan valas domestik.

Perry menyebut perkembangan rupiah sepanjang tahun, hingga (17/11) tercatat terdepresiasi sebesar 1,35 persen (ytd) dibandingkan level akhir 2020.

"Lebih rendah dibandingkan depresiasi mata uang sejumlah negara berkembang lainnya, seperti India, Malaysia, dan Filipina," ucap Perry Warjiyo. (antara/jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur & Reporter : Elvi Robia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
BI   The Fed   nilai tukar rupiah   rupiah   USD   Ekonomi  

Terpopuler