jpnn.com - JAKARTA – Aktivitas penerbangan di Bandara Sultan Thaha Syaifuddin Jambi masih lumpuh akibat pekatnya kabut asap. Hingga kemarin (12/10), belum ada maskapai penerbangan yang diizinkan lepas landas atau mendarat di bandara tersebut.
PT Angkasa Pura II sebagai pengelola bandara tak dapat memastikan sampai kapan aktivitas penerbangan akan lumpuh.
BACA JUGA: BPN: Ini Kasus Pertama
”Selama kepekatan asap tidak memungkinkan, aktivitas penerbangan akan tetap ditutup,” kata General Manager PT Angkasa Pura II Bandara Sultan Thaha Jambi Dorma Manalu dalam keterangan resminya, kemarin.
Aktivitas penerbangan di bandara tersebut sudah lumpuh total sejak Jumat (10/10) lalu. Penyebabnya adalah kebakaran hutan yang titik apinya tersebar di beberapa daerah di pulau Sumatera. Upaya pemadaman api dengan helikopter belum membuahkan hasil.
BACA JUGA: Bonaran Terus Melawan
Padahal pengeboman air dari udara telah ratusan kali dilakukan sejak kemunculan asap beberapa waktu lalu.
Malah gangguan asap semakin meluas. Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang, Sumatera Selatan juga sempat menghentikan penerbangan, kemarin pagi. Pasalnya, jarak pandang atau visibility di landasan pacu hanya tersisa 100 meter. Tentu saja ini tidak aman bagi aktivitas penerbangan.
BACA JUGA: Kabut Asap Paksa TK dan PAUD di Sungaipenuh Diliburkan
Pelaksana Tugas General Manager PT Angkasa Pura II Palembang Huzain Achmadi mengatakan, penutupan dilakukan pada pukul 08.00. Akibatnya, ada penerbangan domestik dan internasional yang terpaksa dibatalkan.
”Kabut asap ini yang terburuk dalam sebulan terakhir, sampai penerbangan harus disetop,” katanya.
Untungnya, penutupan itu tidak berlangsung lama. Meski demikian beberapa penerbangan sudah terlanjur terganggu. Misalnya penerbangan Garuda Indonesia tujuan Jakarta sempat dibatalkan. Begitu juga penerbangan pesawat AirAsia menuju Kuala Lumpur dari Palembang.
Vice President Corporate Communications PT Garuda Indonesia Pujobroto mengatakan, perseroan dirugikan oleh masalah kabut asap ini. Ketika salah satu penerbangan harus tertunda akibat kabut asap, penerbangan selanjutnya ikut terganggu. Setiap harinya ada 600 penerbangan Garuda.
Menurut Pujo, kerugian yang ditanggung Garuda mencapai Rp 20 miliar dalam sebulan. Kerugian itu muncul akibat penambahan avtur, biaya waktu tunggu lama saat mau take off, serta ketika persawat harus berputar-putar dulu di udara sebelum mendarat. (dri)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Legislator Gerindra Pastikan KMP Solid di DPRD Banggai
Redaktur : Tim Redaksi