Kabut Asap Selimuti Selat Sunda, Kapal Merak-Bakauheni Terancam Berhenti Beroperasi

Selasa, 27 Oktober 2015 – 08:17 WIB
Kabut asap di perairan dekat Pelabuhan Merak, Banten. Foto: Banten Pos/JPG

jpnn.com - SERANG - Kabut asap sudah masuk wilayah Provinsi Banten. Di Perairan Selat Sunda, kabut asap sudah terlihat jelas. Dari kejauhan, beberapa kapal yang tengah menunggu giliran sandar di Pelabuhan Merak tampak tertutup oleh kabut asap.

Salah satu sekuriti pelabuhan yang berjaga sejak pagi hari, Dedi Supriyadi membenarkan adanya perbedaan kondisi udara beberapa hari belakangan. Bahkan, dia mengaku matanya mulai perih. "Kondisinya bisa dilihat Mas, biasanya terang, ini kondisi agak kabut. Apalagi mata kita juga sudah mulai terasa perih," ujarnya, Senin (26/10).

BACA JUGA: Mencekam! Bawa Jenazah, Ratusan Warga Lempari Rumah Dinas Bupati

Nakoda KMP Jatra III, Kapten Nanang Aariswibowo membenarkan perihal kabut asap yang belakangan mulai dirasakan. Dia mengaku jarak mulai terganggu. "Saat ini jarak pandang itu cuma dua mil. Kalau dalam kondisi normal, Pelabuhan Bakauheni (Lampung) dari Merak bisa terlihat jelas dengan teropong," ungkapnya.

Mendapati kondisi itu, sambung Nanang, pihaknya langsung meningkatkan upaya pengawasan saat melintas di jalur lintasan penyeberangan. Bahkan, pihak operator pelabuhan, dalam hal ini PT ASDP Merak juga sudah mengeluarkan surat imbauan terkait kondisi tersebut dan meminta nakoda kapal meningkatkan kewaspadaan saat melintas di Perairan Selat Sunda.

BACA JUGA: Pelabuhan Mangkrak, Rano Karno Tunggu Kepastian dari Jokowi

"Yang paling parah itu dua hari yang lalu. Saat ini (kabut asap) masih ada, cuma sudah mulai berkurang," ujarnya.

Sementara itu, General Manager PT ASDP Indonesia Merak, Yanus Lentanga ketika dikonfirmasi membenarkan perihal surat imbauan yang dikeluarkan.

BACA JUGA: Hendak Salip Truk, Anggota TNI Tewas Terlindas

"Hari ini kita sudah mengeluarkan surat kepada seluruh nakoda untuk kapal-kapal penyeberangan yang ada di sini, manakala mewaspadai jarak pandang yang mulai terganggu. Bila jarak pandang sudah tidak seperti biasanya, kita imbau agar seluruh alat fungsi navigasi diaktifkan, disamping juga dilakukan pengamatan secara manual," ungkapnya.

Yanus mengatakan, kabut asap sudah mulai merambah di Pelabuhan Merak, dan itu tidak hanya dirasakan oleh para nakoda kapal. Dia juga mengaku sudah mulai merasakan perih di bagian mata belakangan.

"Memang dari kemarin sudah dirasakan. Mungkin teman-teman wartawan juga merasakan perih di mata sekarang ini, mungkin karena kabut asap yang terjadi," tandasnya.

Bilamana kondisi tersebut sudah mengancam aktivitas penyeberangan di lintasan Merak-Bakauheni, lanjutnya, bukan tidak mungkin pihak otoritas pelabuhan akan menggambil sikap dan menghentikan aktivitas sementara untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

"Kalau memang sangat mengganggu, kita berharap pihak otoritas KSOP dan OPP dapat memberikan imbauan yang lebih dari ini, dan bisa jadi penyeberangan dihentikan sementara. Bila sudah tidak memungkinkan, sebaiknya tidak dipaksakan berlayar. Dari pada nanti, sama sekali tidak bisa melihat alur, akibatnya kapal bisa kandas, ada insiden kapal tubrukan atau kapal bisa kecelakaan tabrak karang. Itu yang kita tidak inginkan," pungkasnya.

Terpisah, BMKG Kelas I Serang merilis bahwa asap sudah menyelimuti Banten sejak tiga hari terakhir, namun masih terbilang tipis dan tidak menganggu aktivitas warga.

Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Serang, Tri Tjahjo mengatakan, beradasarkan pengamatan dari satelit wilayah Banten, DKI dan Jawa bagian barat, terdapat garis putus-putus yang menandakan adanya asap tipis, yang berada pada ketinggian 1.000 hingga 3.000 meter di atas permukaan laut.

"Banten dan sekitarnya sejak Jumat kemarin atau pada 23 Oktober sudah diselimuti asap. Tetapi asap di sini tidak pekat dan tidak mengambang dipermukaan tanah seperti di Sumatera dan Kalimantan yang terhirup setiap tarikan nafas, asap di Banten tipis serta berada di ketinggian 1.000 hingga 3.000 meter," ujarnya saat dihubungi Banten Pos (Jawa Pos Group), Senin (26/10).

Melihat dari arah pergerakan angin, lanjutnya, asap yang masuk ke Banten merupakan dampak dari kebakaran hutan di Sumatera Selatan. Pasalnya, saat ini memasuki musim pancaroba atau peralihan musim kemarau ke musim penghujan.

"Kenapa bisa masuk ke wilayah Jawa? itu masuk karena saat ini musim peralihan sehingga hal-hal yang sifatnya ekstrim sering terjadi, termasuk masuknya asap tipis. Indikasi asap ke Jawa bagian barat dikarenakan angin bergerak dari angin dari utara, sehingga asap dari Sumatera masuk Jawa bagian Barat," katanya.

Disinggung apakah asap tersebut akan terus menyelimuti Banten, dia membantahnya. Menurutnya, dengan kondisi cuaca ekstrem pergerakan angin bisa kembali berubah ke arah datangnya asap sehingga asap akan kembali bergerak ke wilayah Sumatera Selatan.(nal/dwa/sam/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bahaya Asap, Mulai Katarak Hingga Sakit Paru-paru


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler