Mencekam! Bawa Jenazah, Ratusan Warga Lempari Rumah Dinas Bupati

Selasa, 27 Oktober 2015 – 05:29 WIB

jpnn.com - DHARMASRAYA - Ratusan warga Kabupaten Dharmasraya tiba-tiba datang membawa jenazah dan melempari rumah dinas bupati selepas Maghrib, kemarin.

Emosi warga dipicu tewasnya seorang rekan mereka dan satu lagi kritis, usai penertiban tambang emas ilegal yang dilakukan petugas gabungan polisi, TNI dan Satpol PP di Jorong Duriansimpai, Kenagarian Ampek Koto Dibauah, Kecamatan IX Koto, Senin (26/10) siang.

BACA JUGA: Pelabuhan Mangkrak, Rano Karno Tunggu Kepastian dari Jokowi

Penambang bernama Toni, 22, warga Solok, dan Dedi, 25, asal Pulau Jawa itu ditemukan terkapar di lokasi tambang emas ilegal yang baru saja ditertibkan. Diduga keduanya terkurung dalam lubang, kekurangan oksigen, karena terlalu banyak menghirup asap saat petugas gabungan membakar ratusan pondok penambang di lokasi tambang emas ilegal.

Informasi yang dihimpun Padang Ekspres (Jawa Pos Group), pagi sekitar pukul 09.00 dilakukan apel gabungan yang dihadiri Kapolres AKBP Lalu Muhammad Iwan Mahardan, Pabung Kodim 0310/SSD Mayor Idham Chalid dan Kasat Pol PP Marius. Setelah itu tim gabungan berangkat menuju lokasi tambang emas ilegal di Sungai Beruang dan Sungai Pinang.

BACA JUGA: Hendak Salip Truk, Anggota TNI Tewas Terlindas

Lokasinya berada di suatu kawasan perbukitan. Sesampainya di lokasi sekitar pukul 10.30, ribuan penambang diminta pergi meninggalkan lokasi dan keluar dari lubang tambang. Merasa lokasi sudah aman, tim gabungan yang berjumlah sekitar 180 orang membakar ratusan pondok di sekitar lubang tambang. Penertiban berlangsung aman dan tidak ada perlawanan warga.

Setelah penertiban, petugas gabungan meninggalkan lokasi tambang yang letaknya sekitar 2 kilometer dari jalan raya lintas Sumatera. Dalam perjalanan, beredar kabar ada penambang yang ditemukan meninggal dalam lubang tambang. Selain itu, seorang lagi kritis dan dibawa ke puskesmas.

BACA JUGA: Bahaya Asap, Mulai Katarak Hingga Sakit Paru-paru

Salah seorang warga, Leli, yang berada di lokasi saat penertiban tambang emas ilegal, menduga kedua korban tersebut masuk ke dalam lubang tambang dan tidak mengetahui adanya penertiban yang dilakukan aparat gabungan. “Karena ada juga warga yang menambang mulai dari subuh,” katanya.

Ratusan penambang yang tidak terima dengan kejadian itu, langsung mendatangi rumah dinas bupati dengan membawa jasad korban. Warga yang emosi, kemudian merusak rumah dinas. Kaca rumah dinas bupati pecah. Demi keamanan, bupati diungsikan dari rumah tersebut.

Untuk menghalau massa yang sudah bertindak anarkistis, polisi mengeluarkan beberapa kali tembakan peringatan ke udara. Mendengar itu, massa menghentikan aksinya dan memadati halaman rumah dinas bupati. Namun, sebagian dari mereka membakar ban bekas di jalan raya sehingga memicu kemacetan panjang sekitar 10 menit di jalan lintas Sumatera itu.

Setelah beberapa lama menunggu, akhirnya bupati dikawal polisi dan TNI kembali bersama mobil Dandim. Mereka kemudian melakukan pertemuan yang dihadiri pihak Polres, TNI, Satpol-PP, perwakilan warga dan keluarga korban serta wali nagari.

Setelah pertemuan, massa membubarkan diri dan polisi masih melakukan pengawalan karena dalam kejadian malam itu, kaca sebuah mobil polisi ikut pecah dilempari massa.

Pertemuan menghasilkan sejumlah keputusan, di antaranya Pemkab menanggung semua biaya pemakaman korban yang meninggal, dan biaya hidup anak dari korban. Untuk memastikan penyebab korban meninggal, dilakukan otopsi. Selain itu, tuntutan dari masyarakat agar kembali bisa menambang dipenuhi dengan syarat tidak merusak sungai.

Penjabat Bupati Dharmasraya Syafrizal ketika dihubungi Padang Ekspres, mengakui ada sekelompok masyarakat yang  datang ke rumah dinasnya dan meminta Pemkab menyelesaikan  kasus penambang yang meninggal akibat terbakar dalam operasi penertiban tim terpadu.

“Warga minta kami bantu biaya untuk penguburan dan dilakukan visum. Kami sudah  memenuhi permintaan tersebut. Demikian juga permintaan warga untuk tetap dibiarkan menambang lagi. Kami juga tegaskan, mereka boleh menambang namun tak boleh merusak sungai,” ucapnya.

Dari penertiban tim gabungan,  di situ penambangannya tak lagi dilakukan dengan cara tradisional, namun menggunakan dompeng.  “Itulah yang ditertibkan tim gabungan tadi. Sebelum kegiatan itu dilakukan sudah dilakukan sosialisasi sejak 20 hari yang lalu,” ucapnya.

Mantan Wakil Bupati Pesisir Selatan ini membenarkan adanya aksi lempar batu ke rumah dinas yang dilakukan para oknum penambang. Namun, dia  mengaku tak terluka akibat lemparan batu tersebut.  

“Tadi kan sudah diselesaikan bersama tokoh masyarakat setempat.  Alhamdulillah saya bersama keluarga dalam kondisi sehat. Saya tetap menempati rumah dinas. Yang dilempar itu kan rumah dinas besar, kami tinggal di rumah dinas yang kecilnya,” tukasnya. (ita/cr8/ayu)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Alhamdulillah, Kabut Asap Belum Ganggu Tahapan Pilkada Kalsel


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler