BACA JUGA: Hari Ini Soal UASBN DKI Dibagikan
Akibatnya, air baku yang dipasok dari Kalimalang terlihat berwarna hitam dan baunya sangat menyengat.’’Dari hasil pengamatan dan pengukuran, parameter amonia memang telah mencapai lebih dari 1,7 ppm
Kondisi kualitas air baku yang menurun tersebut akibat menurunnya volume air baku dari Curug
BACA JUGA: Kembalikan SPBU ke RTH Dapat Penghargaan
Penurunan volume pasokan dipicu adanya perbaikan pompa air baku oleh pihak PJT II (Perum Jasa Tirta)BACA JUGA: Penduduk Bekasi Kota Capai 2,3 Juta
Pencemaran air dari hulu tersebut ditambah dengan kondisi Tarum Kanal Barat yang sampai saat ini masih banyak tercemarTak heran jika parameter amonia sangat tinggiImbasnya, air pun menjadi berwarna hitam dan mengeluarkan bau yang menyengatDiakuinya, kualitas air baku memang sangat dipengaruhi oleh aktivitas yang berlangsung sepanjang aliran sungaiMulai dari Waduk Jatiluhur hingga mengalir sampai ke Jakarta melalui Tarum Kanal Barat (Kalimalang) yang juga dilintasi oleh Kali BekasiSepanjang saluran tersebut, pencemaran masih belum mampu dinetralisasiSehingga upaya pengelolaan dampak lingkungan di area sepanjang aliran sungai merupakan langkah yang perlu ditingkatkan dengan partisipasi aktif dari semua pihak terkaitBaik Aetra selaku operator, pihak PJT II (Perum Jasa Tirta) selaku pengelola waduk, pemerintah daerah, pemerintah pusat, serta masyarakat luas untuk ikut menjaga saluran tersebut agar pencemaran bisa diminimalisasi
Meskipun kondisi air baku kualitasnya terus menurun, pihaknya mengaku tidak akan mengurangi volume produksi air yang dipasok ke 382.000 pelanggan yang tersebar di sebagian besar wilayah Jakarta Utara, sebagian Jakarta Pusat dan seluruh wilayah Jakarta Timur’’Agar volume produksi tidak menurun akibat pencemaran itu, kami menaikkan biaya produksi,’’ akunya
Dari analisis kebutuhan air di DKI, defisit air baku akan terjadi sepanjang tahunPada 2010, defisit mencapai 6,857 liter per detikLalu pada 2015 sekitar 13.045 liter per detikKemudian pada 2020, defisit akan mencapai 28.370 liter per detikSaat ini, total kebutuhan air baku di DKI mencapai 17.700 liter per detikSebagian besar dipasok dari Waduk JatiluhurHanya sebanyak 400 liter per detik sebagai tambahan dipasok dari Kali KrukutJika Waduk Jatiluhur bermasalah dengan tingkat kekeruhan cukup signifikan, ancaman krisis air pun semakin tinggiBelum lagi, adanya rencana Tangerang yang akan menghentikan pasokan pada 2020 mendatangUntuk menambah tambahan air, daerah itu ikut membantu pasokan 2.700 liter per detik.
Sebagai langkah antisipasi, operator air minum harus bisa menurunkan tingkat kebocoran (non revenue water) sebanyak 40 persen pada 2010Sementara NRW pada 2013 diturunkan menjadi 37,5 persen dan pada 2015 menjadi 35 persenSebab, jika hal itu tidak dilakukan, defisit air tidak terelakkan
Sementara itu, langkah yang diambil Pemprov DKI dalam mengantisipasi krisis air baku dan tingginya tingkat pencemaran itu dengan cara membangun pipa saluran air minum dari Jakarta ke Waduk Jatiluhur, Jawa BaratProyek ditarget bisa beroperasi pada 2011 dengan biaya investasi hingga Rp 3 triliun.
’’Studi kelayakan mengenai pembangunan saluran tertutup ini akan selesai pada 2010Sementara pembangunanya sendiri akan dimulai pada 2011,’’ ujar Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo.
Saluran tersebut akan dibangun sepanjang 68 km dengan dua pipa paralel berdiameter masing-masing 1,5 meterKualitas air yang dikirim melalui saluran tertutup tersebut sudah berwujud olahan dan sehat tidak terkontaminasi bakteriMenurut Foke, saluran pipa tertutup sangat penting lantaran pengalaman selama ini, dengan saluran terbuka melalui Kalimalang sudah tercemar dari limbah padat maupun cair yang dibuang masyarakat sekitar(aak)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Andalkan Transportasi Air
Redaktur : Auri Jaya