jpnn.com, JAKARTA - Koordinator Generasi Muda Partai Golongan Karya (Golkar) Ahmad Doli Kurnia mengatakan, lahirnya kepemimpinan Golkar sekarang diiringi berbagai masalah yang terjadi sebelumnya.
Doli memaparkan, musyawarah nasional luar biasa Golkar hingga terjadinya pemilih ketum merupakan upaya penyelesaian konflik yang hampir setahun terjadi di tubuh partai berlambang pohon beringin itu.
BACA JUGA: Akbar Tandjung: Mudah-mudahan Tidak Terjadi Sesuatu pada Novanto
Nah, Doli mengatakan, salah satu penyebab konflik itu adalah adanya upaya defaksionalisasi di Golkar.
"Periode lalu itu ingin meniadakan faksi. Nah itu terbawa sebetulnya sehingga mulai periode lalu itu gampang pecat orang," kata Doli saat diskusi Refleksi Satu Tahun Golkar Kepemimpinan Setya Novanto" di Jakarta, Minggu (21/5).
BACA JUGA: Golkar Kebut Rekrutmen Bacaleg demi Jokowi
Kondisi itu terus terjadi hingga sekarang. Dia mencontohkan, sekarang ini Yorrys Raweyai dipecat dari jabatan pelaksana tugas ketua DPD Golkar Papua. "Anaknya juga dipecat dari DPP. Jadi ayah dan anak dipecat," ungkap Doli.
Dia pun menyebutkan lahirnya kepemimpinan Golkar sekarang ini diduga tidak terlepas dari politik uang.
Sebab, kata dia, pada periode lalu itu setiap figur yang ingin mencalonkan diri menjadi ketua umum di munaslub salah satu syaratnya harus memberikan uang Rp 1 miliar. Meskipun pada akhirnya setelah dikritik kebijakan itu diubah. Jadi yang mau memberi silakan, yang tidak juga tak masalah.
BACA JUGA: Para Istri Politikus Golkar Peringati Harkitnas dengan Baksos
Doli juga mengatakan, pada saat itu memang kepemimpinan Golkar salah menginterprestasikan dan memformulasikan hubungan Golkar dengan kekuasaan.
Sehingga saat ini terlalu mudah menggampangkan dan mengklaim bahwa kekuasaan itu bagian dari Golkar. Kondisi ini, kata dia, membuat Golkar ditertawai oleh pengusung Joko Widodo.
"Kami usung Jokowi, kok kalian sudah mencalonkan untuk 2019," sindir Doli.
Bahkan, Doli menambahkan, secara ekspresi dan dramatis penegasan pencalonan itu dilakukan saat ada Jokowi dan di depan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri. "Itu sama juga meledek Bu Mega," katanya.
Doli mengingatkan sejak awal jauh sebelum munaslub Golkar sudah sering menyatakan jangan pernah memilih pemimpin yang punya beban masalah hukum.
"Sorry to say, e-KTP itu sudah disebut sejak 2011. Dan yang paling hangat jelang munas itu (kasus) Papa Minta Saham. Jadi, saya mengatakan memang lahirnya kepemimpinan ini diiringi dengan banyak masalah," katanya.
Sampailah pada hari ini, lanjut dia, kepemimpinan sekarang mengabaikan apa yang menjadi komitmen dan keputusannya sendiri.
Doli menambahkan, memang betul Novanto sekarang mengikuti jejak mantan Ketum Golkar Akbar Tandjung yang keliling daerah. Namun, lanjut dia, apa yang dilakukan Novanto sekarang lebih berbentuk kepada charity, bukan konsolidasi atau memberikan pengarahan kepada kader.
Lebih lanjut Doli mengatakan, satu-satunya parpol yang kadernya paling banyak kena isu korupsi adalah Golkar. Saat ini, kata dia, sudah dua kader yang diproses. Masih ada lima lagi yang namanya disebut terlibat kasus yang belum diproses.
"Ini bahaya menurut saya. Padahal rekomendasi kuat di munas, Golkar harus jadi garda terdepan dan kekuatan utama memberantas korupsi," katanya.
Bahkan di partai juga sudah ada pakta integritas, kalau kader terindikasi korupsi harus mundur. "Tidak mungkin dia berhentikan, pemimpin utama saja kena masalah," katanya. (boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Alangkah Senangnya Deisti Novanto Bisa Baksos di Kampung Leluhur
Redaktur & Reporter : Boy