Ini adalah kantor pusat perusahaan‘big data’ yang terdaftar di Australia yang mengklaim begitu berkuasa sehingga bisa memengaruhi Pemilu.

Kenyataannya tak demikian, karena Cambridge Analytica tidak beroperasi dari Australia dan tidak pernah ada.

BACA JUGA: Cekcok Dengan Istri, Pria Perth Ini Lalu Menghilang 5 Bulan

Cambridge Analytica tak benar-benar beroperasi, dan hanya berusaha meyakinkan para pemain politik untuk mempercayai jasa mereka.

Meyakini jasa mereka ini artinya menerapkan ‘big data’ untuk kepentingan politik: menarget pemilih individual yang telah diprofilkan secara psikologis berdasarkan informasi yang diambil dari media sosial, untuk menjual pesan politik kepada mereka.

BACA JUGA: Pelajar Migran di Australia Berbagi Cerita Lewat Lagu

Dan meski ada beberapa kali kunjungan ke Australia oleh para eksekutif seniornya, tampaknya perusahaan ini tidak pernah menuai sukses menjual jasa mereka.

Bagi sebuah perusahaan yang mengklaim piawai dalam memanipulasi politik global, salah satu manipulasi terbesar dari semua klaim yang pernah mereka sampaikan mungkin adalah kisah menarik tentang bagaimana perusahaan ini menjual dirinya dan layanannya.

BACA JUGA: Inilah Sebagian Bawaan Yang Disita Pabean Australia

Di AS, manipulasi yang dilakukan Cambrige Analytica itu melibatkan staf palsu, menyiratkan tautan ke sebuah universitas dan kesepakatan untuk mendapatkan profil pribadi dari 50.000 pengguna Facebook.

Di Australia, kisah manipulasi mereka dimulai pada tahun 2015 ketika seorang tenaga pemasaran mobil bekas mencium sebuah peluang bisnis, dengan membentuk kantor Cambridge Analytica di Australia, merekrut beberapa teman dan sekarang menyesali semuanya.Masuk melalui penjual mobil bekas

Allan Lorraine adalah seorang tenaga pemasaran yang piawai. Photo: Allan Lorraine mendaftarkan nama Cambridge Analytica di Australia pada tahun 2015. (Linkedin: Allan Lorraine)

Ia dulunya menjual mobil bekas mewah untuk Lexus, sambil membujuk warga kota yang membutuhkan seperangkat mobil baru.

Pada tahun 2013, ia menyadari ada lebih banyak uang yang bisa didapat dengan memasarkan dirinya sendiri sebagai pelatih penjualan, maka pada tahun 2015 ia melihat kesempatan untuk memperluas jangkauan produknya lebih jauh.

Ia bertemu dengan Cambridge Analytica dan mendaftarkan namanya di Australia untuk memasarkan orang dan data pribadi mereka kepada kliennya.

"Menjelang kampanye Donald Trump, Cambridge Analytica ingin memperbesar profil perusahaan mereka,” kata Lorraine.

Jadi Allan Lorraine setuju untuk terdaftar sebagai kepala perusahaan induk mereka bernama SCL Australia, dan ia merekrut dua rekan yang dengan senang hati meminjamkan nama mereka juga.

"Nama mereka dicantumkan di perusahaan itu untuk meningkatkan profil Cambridge Analytica," katanya.

Kantor pusatnya? Itu adalah alamat rumah Allan Lorraine di wilayah Maroubra di pinggiran timur Sydney, New South Wales (NSW).

"Saya bukan orang politik," kata Allan Lorraine.

"Saya tak memiliki bakat berkecimpung di dunia politik dalam tubuh saya." Photo: Situs Grup SCL mendaftar Allan Lorraine sebagai staf penting. (Supplied: SCL Group)

Ancaman bagi politik Australia?

Di Amerika Serikat, Cambridge Analytica sedang diselidiki atas tuduhan baru, yakni mengakses rincian data pribadi dari 50 juta pengguna Facebook.

Dan perusahaan itu memberhentikan CEO-nya yakni Alexander Nix, yang terekam dalam sebuah video rahasia yang menggambarkan bagaimana ia memerangkap kandidat untuk digunakan sebagai umpan politik.

Operasional perusahaan berada di zona abu-abu, karena memfitnah dan menarget pemilih bukanlah hal yang baru dan dalam banyak kasus tidak ilegal. Video: Cambridge Analytica claim they invented "Crooked Hillary" moniker (ABC News)

Satu perusahaan Australia telah bertemu dengan para politisi tahun lalu, menawarkan data untuk menarget konstituen individu sebesar $ 10.000 (atau setara Rp 100 juta) per bulan.

Masalah yang lebih besar adalah jika informasi ini digunakan untuk menarget pemilih dengan informasi yang salah, atau "berita palsu". Ada beberapa bukti Cambridge Analytica melakukan ini dalam Pemilu AS.

Ancaman yang sama berlaku juga di Australia, dan para analis mengatakan ada potensi bagi negara lain untuk mendaftar jika mereka ingin memengaruhi pemilih Australia.

Tetapi sejauh ini perusahaan tersebut tampaknya memiliki sedikit ketertarikan terhadap partai-partai politik Australia - bukan karena kurang berusaha.

Perusahaan itu telah bertemu dengan Dan Tehan ketika ia masih menjabat sebagai menteri yang bertanggung jawab atas keamanan siber, dan para eksekutif Partai Liberal.

Tidak mengherankan jika para eksekutif itu tertarik untuk mendengar apakah klaim besar dari perusahaan tersebut tentang Pemilu AS bisa direplikasi di Australia.

Tapi tak ada yang mendaftar.

Kantor Menteri Dan Tehan mengkonfirmasi bahwa ia menghadiri makan malam pribadi dengan para eksekutif Cambridge Analytica tahun lalu, namun juru bicaranya tak bersedia berkomentar lebih jauh.Cara kerja di tingkat global

Modus operandi perusahaan itu di Australia mencerminkan bagaimana cara kerjanya di luar negeri.

Ketika mereka menargetkan Steve Bannon untuk memasok data untuk kampanye Trump, ia mendirikan kantor baru di dekat Universitas Cambridge untuk menyiratkan hubungan akademis.

Pengungkap fakta Christopher Wylie, yang membantu mendirikan perusahaan tersebut, mengatakan kepada The Guardian bahwa kantor kosong itu dipenuhi oleh staf dari lokasi lain, agar terlihat nyata dan berfungsi.

Dan kemudian setelah menjual jasanya, perusahaan itu membuat klaim besar karena telah mengobarkan perang politik psikologis di tengah publik Amerika, untuk memanaskan Pemilu.

Kenyataannya, senjata berupa ‘big data’ itu nyata dan berbahaya, tapi sulit mengukur berapa banyak kerusakan yang sebenarnya terjadi.

Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pengusaha Besar Australia James Packer Mengundurkan Diri Dari Crown

Berita Terkait