jpnn.com, JAKARTA - Studi pertama tentang efek kesehatan jangka panjang dari vape atau rokok elektronik menemukan bahwa perangkat itu dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit paru-paru kronis, menurut penelitian yang diterbitkan di American Journal of Preventive Medicine.
Penelitian ini melibatkan 32.000 orang dewasa di AS. Tidak ada yang memiliki tanda-tanda penyakit paru-paru ketika studi dimulai pada tahun 2013.
BACA JUGA: Benarkah Pembatasan Vape Efektif Mengurangi Perokok?
Pada tahun 2016, para peneliti menemukan orang yang menggunakan e-rokok adalah 30 persen lebih mungkin mengembangkan penyakit paru-paru kronis, termasuk asma, bronkitis, dan emfisema, daripada yang bukan pengguna.
"Penggunaan e-rokok memprediksi perkembangan penyakit paru-paru dalam waktu yang sangat singkat. Hanya butuh tiga tahun," kata penulis studi, Stanton Glantz, dari Pusat Penelitian dan Pendidikan Pengendalian Tembakau dari University of California, San Francisco, seperti dilansir laman NBC Health, Minggu (29/12).
BACA JUGA: Dapatkah Rokok Elektrik Kurangi Risiko Penyakit Jantung untuk Perokok?
Pengguna e-rokok mendapatkan penyakit paru-paru yang sama dengan perokok tembakau. "Sementara fokus penelitian adalah pada orang yang menggunakan vaping nikotin, ada kemungkinan beberapa juga menggunakan produk THC," jelas Glantz.
Mereka yang merokok secara teratur, memang memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit paru-paru kronis daripada mereka yang hanya menggunakan e-rokok. Tetapi penelitian ini juga menemukan banyak perokok dewasa yang mencoba e-rokok akhirnya menggunakan kedua bentuk tembakau.
BACA JUGA: Kandungan di Rokok Elektrik dan Sederet Jenis Penyakit yang Ditimbulkan
"Kebanyakan orang dewasa yang menggunakan e-rokok terus merokok, dan jika mereka melakukan itu, mereka mendapat risiko dari merokok plus risiko dari e-rokok," tambah Glantz
Orang yang menggabungkan rokok biasa dan e-rokok adalah lebih dari tiga kali lipat terkena penyakit paru-paru kronis. Penelitian ini menambah bukti yang berkembang bahwa vaping bisa menyebabkan kerusakan fisik, baik itu bahan kimia yang membakar jaringan paru-paru, logam beracun yang meninggalkan bekas luka abadi pada paru-paru, minyak vitamin E yang menyumbat paru-paru atau bahkan baterai yang terlalu panas yang meledak.
Penyakit yang dijelaskan dalam penelitian baru berbeda dari lonjakan baru-baru ini dalam penyakit terkait vaping, yang disebut EVALI, atau e-rokok (vaping) terkait cedera paru-paru.(fny/jpnn)
Redaktur & Reporter : Fany