Bagaimana bisa sebuah negara yang cuacanya panas dan kering seperti Israel bisa memiliki sapi perah paling produktif di dunia?. Apa rahasianya?.
Rata-rata sapi di Israel menghasilkan 12.000 liter susu per tahun, dua kali lipat dari apa yang dihasilkan sapi perah Australia yakni 5.500 liter per tahun (data lembaga Dairy Australia 2014).
BACA JUGA: Bawa 500 Domba, Truk Ini Terguling di Jalanan Canberra
Kondisi ini bisa memberikan pelajaran berguna bagi Australia, dengan iklim yang sama.
"Industri susu Israel menggunakan teknologi produksi susu yang mutakhir," kata Dr Efraim Maltz dari Institut Teknik Pertanian di Pusat Volcani, Israel.
BACA JUGA: Australia Akan Gelar Peringatan Setahun Jatuhnya MH17
Peternakan sapi perah di Australia tempat di mana 2000 sapi diperah tiap harinya dan dikandangkan agar tetap merasa sejuk. Israel mendinginkan semua sapinya dan mengukur tiap langkah yang dilakukan sapi-sapi mereka.
Israel telah mendorong batas dari apa yang bisa dilakukan sapi perah.
BACA JUGA: Atasi KDRT, Australia Tertarik Bangun Kantor Polisi Khusus Wanita
Sebagian besar, dorongan untuk produktivitas yang lebih besar dilakukan melalui sensor yang tepat untuk memahami fisiologi sapi.
Teknologi pengukur gerak
Salah satu potongan teknologi itu adalah alat pengukur langkah sederhana (pedometer), yang biasa dipakai orang-orang agar tetap bugar.
Pada sapi perah, alat itu bisa menunjukkan kapan mereka siap untuk kawin.
"Detektor berahi pertama didasarkan pada pedometri. Sapi yang sedang berahi menunjukkan aktivitas yang lebih tinggi. Sebelum ia siap untuk kawin, ia menjadi lebih aktif. Jadi peternak bisa tahu kapan ia bernafsu, dan bisa diperah," jelas Dr Efraim Maltz, ilmuwan ternama dalam industri susu Israel.
Dr Efraim mengatakan, teknologi terbaru mampu mengukur komposisi susu bahkan sebelum sapi meninggalkan kadang pemerahan.
"Alat itu mengukur secara online setiap sapi, lemak, protein dan laktosa sebagai pengukuran atas kualitas susu," sebutnya.
Sebuah kritik atas produksi susu sejumlah itu adalah apa yang dilakukan terhadap kesejahteraan hewan tersebut.
"Pada umumnya sapi Israel adalah makhluk yang bahagia. Sapi bahagia, peternak senang," utara Dr Efraim.
Tapi teknologi itu juga memakai pengukuran yang objektif.
"Tentu saja, beberapa sensor, mendeteksi sapi saat ia berbaring, jarak yang ia tempuh, dan kami memiliki sensor yang sangat baik di tempat pemerahan, yang mengukur interaksi dengan peternak," sambung sang ilmuwan.
Sapi berenergi tinggi siap kawin
Untuk mencapai 12.000 liter susu per tahun, - dua kali lipat rata-rata Australia untuk setiap sapi –dibutuhkan fase berkembang biak di waktu yang tepat.
Dr Efraim mengatakan, hal itu juga bisa diukur, karena ketika sapi berkembang biak, ia kehilangan energi, memasuki ‘keseimbangan energi negatif’.
"Setelah sapi beranak, ia kehilangan tenaga dan bagian yang lebih besar dari susunya dihasilkan dari bagian belakang tubuhnya, ia berada dalam keseimbangan energi negatif," jelasnya.
Ia menambahkan, "Begitu ia semakin mendekati kondisi puncak untuk reproduksi, dan berat tubuhnya meningkat, ia memiliki kesempatan lebih besar untuk hamil."
Israel, seperti Australia, cuacanya panas hampir sepanjang tahun, tapi keluarga peternak Israel menjaga sapi mereka agar tetap dingin.
"Selama musim panas, sapai-sapi itu tak terkena radiasi matahari langsung. Kami memaksa mendinginkan sapi sebelum susunya diperah. Entah bagaimana, tapi hal ini melepas stress akan panas, dan produksi susu dapat dipertahankan selama musim panas," ungkap Dr Efraim.
Sebagai indikasi tentang bagaimana dunia sedang menyaksikan kemajuan industri susu Israel, perusahaan China ‘Brigth Foods’ baru saja membeli perusahaan susu terbesar Israel dengan nilai transaksi lebih dari satu miliar dolar, tahun ini.
Industri susu Israel menggunakan air yang disuling, dan limbah susu setara dengan enam juta orang.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ratusan Orang Berenang Telanjang di Hobart Rayakan Hari Terpendek Musim Dingin