jpnn.com, BOGOR - Wali Kota Bogor Bima Arya mengatakan kenaikan kasus konfirmasi COVID-19 di wilayahnya terjadi karena kedisiplinan dan kekhawatiran warga yang mulai menurun.
Senin (3/8) kemarin, terjadi penambahan delapan kasus baru, sehingga total kasus positif COVID-19 di Kota Hujan menjadi 301 kasus.
BACA JUGA: Pak Jokowi Dapat Bisikan Dari Mana Soal Ancaman Gelombang Kedua?
“Saya membaca satu situasi yang sangat mengkhawatirkan. COVID-19 naik, tetapi kekhawatiranya menurun, disiplinnya menurun. Ini yang sangat berbahaya,” ujar Bima kepada Radar Bogor, Senin (3/8).
Menurut Bima, naiknya jumlah kasus konfirmasi di Kota Bogor merupakan salah satu indikator menuju puncak COVID-19 dan itu masih sesuai prediksi.
BACA JUGA: Bima Arya: Pak Menhub dan Gubernur DKI, Kami Sudah Kewalahan
Namun, Bima tak sependapat dengan penilaian bahwa Indonesia telah menghadapi gelombang kedua.
“Gelombang pertama saja belum tuntas. Gelombang kedua itu kalau sudah mentok kemudian flat-nya menurun,” tuturnya.
BACA JUGA: Bima Arya Bentuk Detektif Covid-19, Inilah Tugasnya
Bima menjelaskan saat ini Kota Bogor sedang menghadapi sejumlah klaster persebaran COVID-19.
Antara lain, klaster keluarga, luar kota, fasilitas kesehatan, hingga klaster perkantoran.
Banyaknya klaster penularan baru ini menurut dia, karena kurang pedulinya masyarakat terhadap bahaya Covid-19.
“Tidak mungkin klaster keluarga melonjak kalau semua yang merasa beresiko berhati-hati,” paparnya.
Sebagai mantan pasien COVID-19, Bima menceritakan, kemungkinan kembali terpapar untuk kedua kalinya begitu kecil.
Namun, ia menyatakan tetap mengedepankan antisipasi dan tetap menjaga kebersihan.
“Setiap pulang ke rumah tidak menyapa anak sebelum mandi. Langsung menerobos ke kamar mandi dulu, bersih-bersih semua. Jadi saya kadang-kadang bisa lima kali mandi di rumah itu. Keluar lagi, masuk lagi, mandi lagi,” katanya.
Ke depan, pihaknya akan kembali meningkatkan kewaspadaan terhadap bahaya COVID-19 dengan memperketat protokol kesehatan.
Suami Yane Ardian itu meminta, kegiatan tatap muka organisasi perangkat daerah (OPD) kembali dikurangi dan dilakukan secara daring.
“Situasi ini masih gawat, lebih baik dibilang lebay, dari pada kemudian kalah. Betul orang bilang lebay, berlebihan lebih baik dicap begitu dari pada kalah dan korban berjatuhan,” tegasnya. (ded/c)
Jangan Lewatkan Video Terbaru:
Redaktur & Reporter : Adek