Kalbe Farma Gandeng Korea Bangun Laboratorium Berbasis ABGS

Jumat, 20 Juli 2018 – 21:11 WIB
Peresmian laboratorium teknologi kultur jaringan (tissue culture) di Fakultas Teknobiologi Ubaya, Surabaya, Jawa Timur. Foto: Istimewa

jpnn.com, SURABAYA - PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe) melalui anak perusahannya, PT Bintang Toedjoe melakukan kerja sama transfer teknologi dengan Hanbang Bio Korea dan Universitas Surabaya (Ubaya) berbasis Akademisi, Bisnis dan Government Society (ABGS).

Realisasi kerja sama transfer teknologi diwujudkan dengan membangun laboratorium kultur jaringan (tissue culture) di Fakultas Teknobiologi Ubaya, Surabaya, Jawa Timur.

BACA JUGA: Mobil Ditarik Leasing, Nasabah Ini Nekat Bakar Diri

Peresmian laboratorium dilakukan oleh Direktur Pengembangan Teknologi Industri Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Dr Eng Hotmatua Daulay.

Hadir dalam peresmian tersebut, Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk Vidjongtius, Presiden Direktur PT Bintang Toedjoe Simon Jonatan dan Rektor Ubaya Prof Joniarto Parung.

BACA JUGA: Dihantam Ombak, 2 Nelayan Hilang di Perairan Pandeglang

“Pemerintah mendukung dan mendorong perusahaan-perusahaan untuk ikut berkolaborasi,” papar Hotmatua Daulay dalam sambutannya.

Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk Vidjongtius menjelaskan, setiap tahun pihaknya menyediakan budget khusus untuk penelitian.

BACA JUGA: 23 Kabupaten Diprediksi Dilanda Bencana Kekeringan

“Ada budget tersendiri, dan ide yang mulai dibicarakan sejak 2011, akhirnya bisa direalisasikan tujuh tahun kemudian,” ungkap Vidjongtius dalam siaran tertulisnya, Jumat (20/7).

Presiden Direktur PT Bintang Toedjoe Simon Jonatan menjelaskan, selama ini pihaknya melakukan impor ginseng 50 ton per tahun sebagai salah satu bahan produk Extra Joss.

“Ini end to end kolaborasi, sinergi untuk bisnis. Dengan kerjasama yang kami lakukan sekarang ini, diharapkan mampu meningkatkan produksi dalam negeri sekaligus mengurangi nilai ketergantungan impor,” ujar Simon.

Menurutnya, budidaya bibit unggul akan di lakukan di laboratorium tersebut.

“Saat ini sedang dikembangkan untuk ginseng dan jahe merah. Selanjutnya akan dikembangkan lebih luas lagi seperti temulawak, tumeric dan rempah-rempah lainnya,” sambungnya.

Simon menambahkan, tujuan akhir dari kerjasama ini adalah mengintegrasikan pembibitan dengan kegiatan CSV Bintang Toedjoe, dimana bibit yang dihasilkan akan disalurkan kepada petani-petani yang telah bekerjasama.

“Kami berusaha membantu industri dalam negeri dengan memberdayakan petani-petani. Tentunya juga dengan memperhatikan kesejahteraan mereka,” tambahnya.

Langkah yang ditempuh, lanjut Simon, bibit unggul yang secara kualitas dan masa tanam lebih singkat yang telah disalurkan kepada petani, jika panen akan dibeli lagi oleh Bintang Toedjoe.

“Jadi hasil panen petani akan dibeli kembali oleh PT Bintang Toedjoe sebagai bahan baku Industri. Harapannya, CSV ini dapat membentuk farmer community development yang sustain,” urai Simon.

Untuk pembangunan laboratorium dan fasilitasnya, PT Bintang Toedjoe telah menggelontorkan investasi awal sebesar Rp 6 Miliar.

“Itu murni dari Bintang Toedjoe, untuk selanjutnya dibutuhkan investasi sebesar Rp 200 Miliar untuk in-vitro production dan ex-vitro benih,” pungkas Simon Jonatan.(mg7/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Polisi Baru Tutup 45 Sumur Minyak Ilegal di Batanghari


Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler