Kaleidoskop Ekonomi 2021: Jungkir Balik Perekonomian, Bangkit di Tengah Ketidakpastian

Kamis, 30 Desember 2021 – 21:20 WIB
Catatan JPNN.com, setidaknya ada enam hal besar yang mewarnai perekonomian di Indonesia sepanjang 2021. ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Ketidakpastian perekonomian masih menghantui Indonesia selama 2021. Ekonomi sempat jatuh bangun karena terjadinya gelombang kedua Covid-19 pada Juni 2021.

Optimisme sejumlah pihak sempat tertahan lantaran adanya pembatasan mobilitas ketat.

BACA JUGA: 5 Jenis Bisnis yang Laris Manis selama 2021, Tak Ada Matinya

Banyak pihak menganggap sepanjang 2021 masih menjadi tahun yang penuh dengan teka-teki.

Catatan JPNN.com, setidaknya ada lima hal besar yang mewarnai perekonomian di Indonesia sepanjang 2021. Berikut ini Daftarnya:

BACA JUGA: Kaleidoskop 2021: 5 Atlet Putri Indonesia yang Tampil Mencuri Perhatian

1. Ekonomi Triwulan II moncer

Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan pada Triwulan II 2021 ekonomi melejit, menyentuh angka 7,0 persen (yoy).

Hal itu, membuat Indonesia resmi keluar dari resesi yang membelenggu akibat pertumbuhan ekonomi minus pada periode sebelumnya.

BACA JUGA: Kaleidoskop 2021: 5 Kebijakan Kontroversial Anies Baswedan, Tiba-tiba Lenyap karena Berdasar Mimpi?

Lima sektor usaha memberikan kontribusi 64,85 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada triwulan II-2021.

Usaha tersebut di antaranya, yaitu industri, pertanian, perdagangan, konstruksi, dan pertambangan.

2. Gelombang III pandemi datang

Optimisme pada perekonomian berubah menjadi kekhawatiran karena gelombang kedua memuncak pada Juni hingga awal Juli 2021.

Pengetatan mobilitas memaksa banyak orang berada di rumah selama PPKM. Rumah sakit penuh dengan pasien varian Delta.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati bahkan mengakui kekhawatirannya soal kinerja perekonomian kuartal III 2021 menjadi lebih berat.

Sri Mulyani menyatakan adanya pembatasan mobilisasi bakal mempengaruhi laju pemulihan ekonomi.

Bendahara negara berhitung, pemerintah sudah mengucurkan tambahan anggaran Rp 176 triliun untuk penanganan Covid-19 dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

Menurut Sri Mulyani, total anggaran penanganan kesehatan menjadi Rp 214,9 triliun. Bahkan, mungkin saja total anggaran kesehatan membengkak menjadi di atas Rp 300 triliun.

Sri Mulyani ketar-ketir soal nasib APBN.

3. Ekonomi masih tumbuh, tetapi ritel modern mulai tumbang

BPS kembali mencatat di tengah pembatasan yang betubi-tubi ekonomi Indonesia Triwulan III 2021 tumbuh 3,51 persen.

Ekonomi Indonesia triwulan III-2021 terhadap triwulan sebelumnya mengalami pertumbuhan sebesar 1,55 persen (q-to-q).

Pada sisi produksi, Lapangan Usaha Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 16,10 persen. Sementara dari sisi pengeluaran, Komponen Ekspor Barang dan Jasa mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 9,28 persen.

Kendati demikian, ritel modern mulai tumbang, salah satunya adalah Giant.

Salah satu ritel modern terbesar di Indonesia resmi tutup pada 31 Juli 2021, usai PT Hero Supermarket Tbk (HERO) selaku perusahaan pengelola mengumumkan berakhirnya operasional ritel format hypermarket tersebut pada akhir Mei 2021.

4. Prestasi pajak ternyata masih hebat

Direktur Jenderal Pajak Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Suryo Utomo mengungkapkan kebahagiaan atas keberhasilan DJP mencapai target penerimaan pajak 2021.

Suryo mengumumkan pada akhir Desember bahwa setelah 12 tahun perjuangan tanpa henti pajak melebihi target 100 persen dari patokan APBN.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan neto penerimaan pajak hingga 26 Desember 2021 sebesar Rp 1.231,87 triliun.

Menurutnya, sejumlah 138 Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di seluruh Indonesia berhasil mencapai target penerimaan pajak lebih dari 100 persen. Selain itu, sejumlah tujuh Kantor Wilayah (Kanwil) berhasil mencapai target sebesar lebih dari 100 persen dari target yang ditetapkan untuk masing-masing Kanwil, yaitu Kanwil DJP Jakarta Selatan I, Kanwil DJP Wajib Pajak besar, Kanwil DJP Jakarta Khusus, Kanwil DJP Sulawesi Utara, Tengah, Gorontalo, dan Maluku Utara, Kanwil DJP Kalimantan Selatan dan Tengah; dan Kanwil DJP Jakarta Utara.

Namun, baik DJP dan Kemenkeu masih akan pasang kuda-kuda untuk menyambut tantangan 2022.

Pasalnya, defisit APBN akan kembali menyempit tak boleh lebih dari tiga persen.

5. Harga sembako meroket, rokok bakal menyusul

Sekretaris Jenderal Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) Reynaldi Sarijowan memberi rapor merah ke pemerintah menyusul lonjakan harga bahan pokok, seperti minyak goreng, cabai rawit merah, dan telur.

Data IKAPPI menyatakan kenaikan minyak goreng di beberapa daerah, ada yang menembus Rp 21 ribu per liter.

Kemudian harga cabai rawit merah mengalami lonjakan hingga berada di kisaran Rp 100 ribu hingga Rp 105 ribu per kilogram.

Berikutnya harga telur yang biasanya berkisar Rp 23 ribu sampai 24 ribu per kilogram, sudah menembus angka Rp 30 ribu.

Ada yang menjual telur ayam dengan harga Rp 32 ribu per kilogram, sedangkan harga minyak goreng sudah mencapai Rp 19 ribu per liter hingga Rp 20 ribu per liter.

Selain itu Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati juga telah mengumumkan cukai hasil tembakau (CHT) akan naik sebesar 12 persen dan mulai berlaku awal 2022. Hal itu, bakal menyulut kenaikan harga rokok pada 2022.

6. Transisi energi, premium dan pertalite lenyap

Wacana transisi energi yang digulirkan membuat banyak pihak merasa berat. Hal itu karena, pemulihan ekonomi dianggap belum mumpuni.

Namun, Direktur Pembinaan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Soerjaningsih menyatakan Indonesia memasuki masa transisi energi.

Oleh karena itu, pemerintah mendorong penggunaan bensin RON 90 sebagai BBM ramah lingkungan.

"Premium RON 88 akan digantikan dengan pertalite RON 90, sebelum akhirnya kita akan menggunakan bahan bakar yang ramah lingkungan," kata Soerjaningsih

Menurutnya, pemerintah sedang menyusun peta jalan bahan bakar minyak ramah lingkungan. Nantinya pertalite juga akan digantikan dengan bahan bakar yang kualitasnya lebih baik.(mcr10/mcr28/jpnn)


Redaktur : Elvi Robia
Reporter : Elvi Robia, Wenti Ayu

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler