jpnn.com, JAKARTA - Mengawali pagi di 1 Januari 2024, tak ada salahnya jika melongok perjalanan panjang perekonomian Indonesia setahun lalu, sepanjang 2023.
Berbagai peristiwa perekonomian terjadi sepanjang tahun yang diselimuti oleh kemarau kering atau El Nino. JPNN.com merangkum berbagai sorotan pada 2023, di antaranya adalah persaingan TikTok Shop dan Tanah Abang, lonjakan harga beras karena El Nino, hingga prediksi perekonomian global yang tak akan baik-baik saja pada 2024.
BACA JUGA: Kaleidoskop Ekonomi 2021: Jungkir Balik Perekonomian, Bangkit di Tengah Ketidakpastian
1. TikTok Shop vs Tanah Abang
Gencarnya serbuan teknologi menjadi berkah bagi banyak UMKM. Kementerian Teknologi dan Informatika (Kemenkominfo) mencatat sebanyak 21 juta atau sekitar 32 persen dari total 64 juta UMKM di Indonesia yang memanfaatkan teknologi digital.
Namun, ternyata tidak semua UMKM berhasil dalam pemanfaatan tersebut. Hal itu pun yang menyebabkan gejolak pada 2023.
BACA JUGA: Kaleidoskop 2022: Badai PHK hingga Resesi Global Jadi Ancaman Perekonomian
Para pedagang di Pasar Tanah Abang kalah bersaing dengan mereka yang mampu menjajakan dagangan di TikTok Shop. Salah satu alasannya adalah karena persaingan harga yang tidak masuk akal.
Hal lain, yang membuat pedagang Tanah Abang tumbang adalah fitur live shopping dengan komoditas barang impor dan sistem predatory pricing yang menjual barang impor dengan harga sangat murah.
BACA JUGA: Kaleidoskop 2023: Ini Deretan Mobil Baru yang Meluncur di Indonesia
BPS memang mencatat adanya kenaikan dari impor tekstil ke Indonesia, khususnya dari Tiongkok. Pada 2022 saja, nilai impor tekstil dan barang tekstil impor yang masuk ke Indonesia mencapai USD 10,1 miliar atau naik 7,4 persen dibanding 2021 yang sekalgus menjadikannya rekor tertinggi baru.
Catatan lain yang dimiliki International Trade Center (ITC) yakni impor tekstil ilegal dari Tiongkok yang mencapai USD 2,9 miliar atau setara dengan 28.480 kontainer pada 2022.
Pemerintah pun bertindak tegas dengan menutup TikTok Shop. Platform itu resmi ditutup dan tak bisa lagi diakses per Rabu (4/10), pukul 17.00 WB.
Penutupan resmi itu diumumkan oleh Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan untuk menghentikan sepinya Tanah Abang.
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Menkop UKM) Teten Masduki mengatakan upaya Indonesia menerbitkan TikTok dipuji kancah global.
"Soal TikTok Indonesia dipujilah oleh dunia, karena Amerika juga tidak bisa menyelesaikan," ujar Teten dalam rapat kerja bersama Komisi VI DPR-RI, Kamis (23/11).
Dia membeberkan bahwa presiden telah menugaskannya untuk menyusun kebijakan ekonomi digital sejak dua tahun lalu. Hal itu mengingat 123 juta orang Indonesia sudah masuk dalam platform asing asal China tersebut.
2. Lonjakan Harga Beras
Kemarau kering yang terjadi di Indonesia sepanjang 2023 menyisakan berbagai persoalan, terutama pada harga pangan pokok. Beras mengalami lonjakan harga sepanjang tahun 2023 dan turut menyulut kenaikan di berbagai komoditas lain.
Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok (SP2KP) Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat harga sejumlah bahan pokok melonjak lebih 10 persen sejak awal 2023.
Harga beras medium meroket 20,35 persen pada 2 November 2023 dibandingkan 2 Januari 2023. Lalu harga beras premium sudah naik 15,27 persen, harga gula konsumsi sudah melonjak 11,89 persen.
Dikutip dari laman resmi bi.go.id/hargapangan pada 29 Desember 2023 harga beras medium I Rp 14.700 per kilogram, beras medium II Rp 14.500 per kilogram, beras kualitas super tembus Rp 16 ribu per kilogram, beras kualitas super II Rp 15.500 per kilogram.
Di sisi lain, beras kualitas bawah I Rp 13.550 per kilogram, dan kualitas bawah II Rp 13.350 per kilogram.
3. Kabar Tak Sedap Perekonomian 2024
Pada akhir 2024, Institute for Development of Economics and Finance (Indef) memprediksi arah perekonomian pada 2024 mendatang.
Direktur Eksekutif Indef Tauhid Ahmad mengatakan ada potensi terjadinya stagnasi ekonomi Indonesia pada tahun depan. "Ada kemungkinan stagnasi bahkan mungkin sedikit melambat walaupun tidak besar," ujar Tauhid di Jakarta, Rabu (28/12).
Menurut Tauhid, faktor utama yang menghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah perlambatan ekonomi global.
Sebab, terjadi pelemahan permintaan ekspor Indonesia, terutama dari China, Amerika Serikat, Jepang, dan Korea Selatan.
"Kami masih punya masalah dari sisi penurunan ekspor impor sampai tahun depan, harga komoditas masih belum bergejolak baik akibat pelemahan ekonomi dunia, sehingga itu yang membuat ekonomi kita tidak bertumbuh tinggi," kata Tauhid.
Selain itu, Tauhid juga mengatakan faktor daya beli domestik turut memengaruhi perekonomian dalam negeri.
Dia menyebut walaupun pemerintah menyiapkan bantuan sosial untuk masyarakat untuk menjaga daya beli.(mcr10/jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul