Kalimat Brigpol Firman Sehari Sebelum Tewas, Bikin Merinding

Kamis, 16 November 2017 – 00:45 WIB
Istri Almarhum Brigpol Firman, Zanta Lusia Manangsang dan anaknya, Lala, didampingi Ibu-ibu Bhayangkari Polres Mimika, melepas jenazah Firman, Rabu (15/11). Foto: MAYER SARIOA/RADAR TIMIKA/JPNN.com

jpnn.com - Brigpol Firman, anggota Brimob Batalyon B Polda Papua tewas saat baku tembak dengan kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Distrik Tembagapura, tepatnya di Mile Point 69, Rabu (15/11) sekitar pukul 03.50 WIT.

Brigpol Firman merupakan anggota Brimob Polda Papua asal Sulsel. Di keluarga, dia dikenal sosok yang sangat sayang kepada ibunya

BACA JUGA: Kronologis Baku Tembak Brimob vs KKB, Brigpol Firman Tewas

Pria ganteng itu sudah belum sempat meuwujudkan niatnya menyelam sembari memasang foto almarhumah ibunya, Kartia, di Taman Laut Bunaken, Manado, Sulut.

Mendiang Firman ingin menunjukkan kecintaannya terhadap mendiang ibunya yang dua tahun lalu meninggal dunia.

BACA JUGA: Ini Perkiraan Kekuatan KKB dan Jenis Senjatanya

Niatnya itu pernah disampaikan kepada kakaknya, Shanty Kumala Dewi.

"Dia (almarhum Firman, red) suka menyelam. Dia niatkan menyelam dan memasang foto almarhumah ibu kami. Tetapi niatnya itu tidak kesampaia,"cerita Shanty saat dihubungi lewat balik ponselnya, Rabu (15/11) malam. Terdengar suaranya parau terisak-isak.

BACA JUGA: Terungkap, Ini Motif KKB Mengisolasi 2 Desa di Tembagapura

Mendiang meniatkan menyelam, kata Shanty, setelah sebelumnya adiknya itu pernah mendaki Gunung Puncak Carstenz Pyramid (4,884 m.dpl).

Saat berada di puncak gunung tertinggi di Indonesia itulah, beber Shanty, adiknya itu memasang foto mendiang ibunya, lantas diunggah di salah satu akun media sosialnya pada September lalu.

Sebelum gugur dalam kontak tembak mendiang Brigadir Firman, sehari sebelumnya (Selasa, 14 November), Firman menyempatkan diri menghubungi Shanty Kumala Dewi, via video call.

Dalam perbincangan itu, Firman minta didoakan sebelum melaksanakan tugas di Kawasan PT Freeport Indonesia.

"Adik saya (Mendiang Firman, red) bilang mau masuk hutan, minta didoakan mudah-mudahan selamat pulang, "cerita Shanty dengan suara pilu.

Setiap akan melaksanakan misi operasi, kata Shanty, adiknya itu terlebih dahulu menghubungi dirinya.

"Kemarin itu, saya dan adik saya video call selama sejam," beber Shanty yang saat ini bermukim bersama suaminya di Jogjakarta.

Shanty mengaku sempat melarang adiknya itu. Namun, mendiang mengaku, misi yang dilakukannya untuk menyelamatkan dan membebaskan orang yang disandera kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Mil 69, Tembagapura, Papua.

"Mau selamatkan orang banyak dan ini tugas negara, " ujar Shanty menirukan ucapan mendiang adiknya itu.

Dia mendapatkan kabar duka tersebut, dari salah seorang adiknya yang juga personel polisi yang bertugas di Papua.

"Adik saya, (Briptu Ahmad Risvan, red) bilang kakaknya (mendiang Firman, red) tertembak. Saya awalnya tidak percaya dan mengira orang lain. Nanti setelah diperlihatkan foto evakuasi, baru saya percaya," bebernya.

Shanty mengaku, tidak ada firasat apa pun atas kepergian adiknya itu. "Tetapi sehari sebelumnya, saya bermimpi jatuh pingsan dan masih merasakan sakit pada badan ini," jelasnya.

Mendiang Fiman merupakan anak kelima dari enam bersaudara. Dua saudara Firman lainnya, juga merupakan anggota Polisi.

Shanty mengatakan, kedua orang tuanya (Agussalim dan Almarhumah Kartia, red) berasal dari Kampung Baniaga, Kelurahan Taroada, Kecamatan Turikale, Kabupaten Maros.

Kedua orang tuanya itu bertemu di Ambon. "Orang tua kami menikah di Ambon dan kami dilahirkan di sana," bebernya.

Namun, orang tua mereka buka usaha dan pindah ke Timika, Papua.

"Waktu itu, adik saya (Firman, red) masih duduk di kelas dua SD di Ambon. Kemudian Firman melanjutkan sekolahnya hingga kelas dua SMA di Timika dan dia kembali pindah ke Sentani dan menyelesaikan sekolahnya di sana," ujarnya.

Dia mengenal sosok mendiang adiknya sebagai orang yang murah senyum dan sabar, serta tidak pernah mengeluh dalam menjalankan tugasnya.

"Kendati dia sakit, ia tetap melaksanakan tugas yang diberikan. Setiap ada masalah di dalam keluarga kami, dialah yang selalu menenangkan dan memberikan semangat kepada saudaranya yang lain," jelasnya.

Shanty menjelaskan, dirinya sedang dalam perjalanan ke bandara untuk menuju ke Timika. "Bapak kami masih di Maros dan rencananya transit di Maros, kemudian bersama-sama ke Timika," bebernya.

Sementara itu, Ayudia, yang pernah satu indekos dengan mendiang Firman, menceritakan, sosok mendiang sangat baik kepada siapa saja.

"Momen waktu tinggal di indekos sama-sama, almarhum makan apa adanya dan orangnya baik sama siapa saja, serta humoris," bebernya. (eds)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ryamizard Ryacudu Siap Turun Langsung Atasi KKB


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler