Kampung Wisata tanpa Listrik, Terang Tunggu Ada Pernikahan

Jumat, 25 Maret 2016 – 00:07 WIB
Warga Kampung Wisata, Kelurahan Gunung Lengkuas, Ahmad Kharin saat menunjukan kondisi rumahnya yang tak memiliki lampu maupun kabel aliran listrik dari PLN, Kamis (24/3). Foto: Harry Suryadiputra/Batam Pos/JPG

jpnn.com - SUNGGUH mengenaskan kondisi  Kampung Wisata, Kelurahan Gunung Lengkuas, Bintan, Kepulauan Riau. Salah seorang warganya, Ahmad Kharin, cerita kampungnya itu  tak pernah merasakan adanya lampu penerangan di rumahnya sejak 43 tahun lalu. 

HARRY SURYADIPUTRA, Bintan

BACA JUGA: Dokter Lo Siauw Ging Kerap Menolak Uang dari Pasien

Kampung wisata itu tak pernah tersentuh aliran listrik sehingga di malam hari hanya lampu teplok berbahan bakar minyak tanah yang menemaninya selama ini.

"Siang hari saya berkebun. Kalau malam di rumah aja ditemani lampu pelita (teplokm red). Kalau ngilangin suntuk selama ini, hanya dengarin radio yang dihidupkan dari batre," ujar ayah dua anak ini di rumahnya Gang Wisata, RT 04/RW 03, Kamis (24/3).

BACA JUGA: Mengharukan, Aksi Sejumlah Polisi Ini Sungguh Mengharukan

Masuknya aliran listrik yang menerangi rumah warga inipun pada saat tertentu saja seperti perayaan pernikahan, kenduri maupun acara adat. Namun aliran listrik itu bukan berasal dari pasokan yang langsung diberikan dari PLN, melainkan melalui sambungan kabel maupun dari mesin genset.

Untuk mendapatkan aliran listrik melalui sambungan kabel, lanjutnya warga harus merogoh koceknya sebesar Rp 400 ribu. Biaya itu untuk membeli kabel listrik dan juga uang jasa menggunakan aliran listrik dari rumah warga di kampung sebelah yang berjarak sekitar 500 meter. 

BACA JUGA: Ngojek Setahun Rp 7 Juta, Kini Rp 27 Juta Per Bulan

Sedangkan untuk mendapatkan aliran listrik dari mesin genset warga harus merogoh koceknya sebesar Rp 500 ribu. Biaya ini untuk penyewaan mesin genset dan juga membeli bahan bakar mesin tersebut yaitu Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis bensin di kios minyak sebrang kelurahan ini.

"Jadi untuk dapatkan aliran listrik warga harus kerja keras. Baik dengan membeli kabel untuk sambung menyambung ke rumah warga maupun sewa mesin genset. Kita minta pemerintah bisa bantu agar kampung ini bisa terang benderang," katanya.

Ketua RW 03 Kampung Wisata, Muchtar mengakui jika dirinya pernah mengusulkan ke PLN Rayon Kijang agar kampung ini dapat tersentuh aliran listrik. Namun hingga saat ini PLN tak merealisasikannya, sehingga warganya terpaksa harus menjalani hidup tanpa merasakan adannya penerangan.

"Pada 2010 lalu sudah saya usulkan ke PLN. Namun hingga saat ini tak kunjung direalisasikan, sehingga 144 jiwa terpaksa menggunakan lampu teplok untuk penerangan ketika malam hari," jelasnya.

Perkampungan yang berlokasi di kaki Gunung Lengkuas ini memiliki 50 rumah yang didiami 144 warga dari 65 Kepala Keluarga (KK). Data geografis inilah yang diajukan dirinya kepada PLN Rayon Kijang agar bisa menjadi acuan serta landasan tersedianya pendirian tiang-tiang untuk penopang kabel yang akan mengaliri listrik hingga ke rumah-rumah warganya.

Namun pihak PLN tak pernah menanggapi usulannya dengan berbagai alasan diantaranya belum mendapatkan persetujuan dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bintan terkait suplai aliran listriknya dan juga pengadaan tiang-tiang penopang kabel dalam mengalirkan arus listrik. 

Jadi, jika usulan itu mau ditindaklanjuti PLN, maka pihaknya harus berkoordinasi dengan pihak Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben) Bintan agar disediakan pendirian tiang-tiang beton penompang kabel hingga izin suplai aliran listriknya.

"Kita harapkan pemerintah dapat memperhatikan secara serius kondisi warga di kampung ini. Bagaimana bisa kampung ini maju jika tak pernah mendapatkan aliran listrik," ungkapnya.***

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kisah Perempuan Tanpa Nama Di Antara Tiga Sastrawan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler