Kamrussamad: Harga BBM Dinaikkan, Jumlah Orang Miskin Naik

Selasa, 30 Agustus 2022 – 07:45 WIB
Anggota Komisi XI DPR Kamrussamad. Foto: Dokumen MCKS.

jpnn.com - JAKARTA - Anggota Komisi XI DPR Kamrussamad meminta Menteri Keuangan Sri Mulyani dan pemerintah memikirkan matang-matang rencana kenaikan bahan bakar minyak (BBM) subsidi.

"Bukan saja ongkos ekonomi, tetapi juga ongkos sosialnya sangat besar. Kemiskinan pasti meningkat lagi," kata Kamrussamad dalam keterangannya, Senin (29/8).

BACA JUGA: Budi Gunawan: Pengalihan Subsidi BBM Jadi Perlindungan Masyarakat Kelas Bawah

Dia menjelaskan dari catatan Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk miskin pada Maret 2022 sebanyak 26,16 juta, menurun 340.000 orang dari September 2021 dan 1,38 juta dari Maret 2021. 

"Ini dengan garis kemiskinan Rp 505.469 per kapita per bulan. Dengan komposisi garis kemiskinan makanan Rp 374.455 per kapita per bulan atau 74,08 persen, dan garis kemiskinan bukan makanan Rp 131.014 per kapita per bulan," ungkap Kamrussamad.

BACA JUGA: Anthony Budiawan: Dana Kompensasi BBM Seperti Siluman, Angkanya Sesuka Mereka

Politikus Partai Gerindra itu mengatakan kalau BBM dinaikan 30 perse saja, angka kemiskinan yang tadinya turun, akan naik tajam kembali.

"Sebab, jika harga BBM pertalite dan solar naik, maka harga pangan juga akan menyusul, bahkan cukup tinggi. Jika itu terjadi, maka jumlah penduduk miskin dipastikan bertambah," paparnya.

BACA JUGA: Sri Mulyani Ungkap Ada BLT yang Cair Minggu Ini, BBM Segera Naik?

Menurutnya, hal ini pernah terjadi di 2013 dan 2014. BBM naik 30 persen inflasi harga pangan melonjak 16 persen dan angka kemiskinan bertambah 400.000-860.000 penduduk.

"Hati-hati, angka kemiskinan yang tadinya menurun 340 ribu, gara-gara harga BBM naik, orang miskinnya bertambah 800 ribu  penduduk," ungkap dia.

Legislator Dapil III DKI Jakarta (Jakarta Utara, Jakarta Barat, dan Kepulauan Seribu) itu mengatakan pemerintah selalu bilang subsidi Rp 502 triliun habis. 

Menurutnya, hal ini yang perlu diluruskan. Yang perlu dicatat, tambah dia, dari angka Rp 502 triliun itu yang dialokasikan sebagai subsidi energi Rp 208 triliun, dan baru terserap subsidinya Rp 75,59 triliun. 

"Jadi, kalau belum habis terserap subsidinya, kenapa harga BBM harus dinaikkan dalam waktu dekat?" paparnya.

Di samping itu, lanjut Kamrussamad, menaikkan harga BBM dalam waktu dekat, tidak akan menyelesaikan masalah anggaran. 

Sebab, kalau BBM dinaikkan, pemerintah juga harus menanggung dana belanja sosial sebagai kompensasi kepada orang miskin. "Jadi, ini selesai di kantong kanan, bocor di kantong kiri," pungkas Kamrussamad. (boy/jpnn)

Video Terpopuler Hari ini:


Redaktur & Reporter : M. Kusdharmadi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler