Kandang Bubrah

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Selasa, 06 September 2022 – 17:48 WIB
Seorang mahasiswi membawa spanduk yang menarik perhatian saat demo menolak kenaikan harga BBM di depan Gedung DPR, Selasa (6/9) Foto: Kenny Kurnia Putra/JPNN.com

jpnn.com - Kandang bubrah, secara harfiah berarti rumah yang berantakan, rumah yang tidak punya keteraturan karena yang tinggal di dalamnya kacau balau saling bertengkar sampai membuat seluruh isi rumah porak poranda.

Rumah yang berantakan sering juga disebut sebagai ‘’kapal pecah’’ untuk menggambarkan kondisi yang hancur berantakan.

BACA JUGA: Demo Tolak Kenaikan Harga BBM, Mahasiswi Ini Bawa Spanduk Bertuliskan Sugar Daddy

Dalam tradisi klenik dan mistisisme Jawa, kandang bubrah adalah bagian dari ritual klenik untuk mencari pesugihan dan kekayaan.

Praktik mencari kekayaan melalui ritual klenik yang banyak dikenal masyarakat Jawa Timur adalah memelihara tuyul.

BACA JUGA: Jokowi Seharusnya Turun Gunung Menengahi Konflik Andika-Dudung

Di Jawa Tengah dikenal ritual klenik memelihara nyi blorong, dan di Jawa Barat dikenal ada babi ngepet.

Kandang bubrah adalah salah satu ritual yang dilakukan untuk mengumpulkan kekayaan atau mencari ‘’kesaktian’’, kekuasaan atau power.

BACA JUGA: PPP Ribut Lagi, Suharso Murka Nama Jokowi Dibawa-bawa

Sesuai dengan namanya, ritual ini dilakukan dengan cara menjadikan bangunan rumah bubrah, tidak teratur, dan harus selalu dalam kondisi direnovasi dengan berbagai tambahan dan bongkaran.

Tidak selamanya kandang bubrah identik dengan ritual klenik dan mistik.

Orang Jawa memakai idiom itu untuk menggambarkan situasi rumah yang tidak teratur dan tidak terawat.

Idiom itu juga dipakai ketika seorang kepala rumah tangga tidak punya wibawa untuk mengatur anggota keluarganya, sehingga di antara mereka terus-menerus saling ribut.

Dalam perspektif ini Indonesia sekarang ini sedang berada dalam kondisi kandang bubrah.

Sang kepala rumah tangga bernama Joko Widodo sedang menghadapi kondisi kandang bubrah.

Dia dengan penuh percaya diri mengumumkan kenaikan harga BBM di akhir pekan, dan harga baru itu langsung berlaku satu jam setelah pengumuman. 

Narasi yang dipakai sebagai alasan kenaikan adalah bahwa sang bapak sudah mengeluarkan terlalu banyak uang subsidi kepada anak-anaknya.

Kata sang bapak subsidi itu nilainya sampai Rp 500 triliun lebih, dan ternyata jumlah sebesar itu salah sasaran, karena diterima oleh anak-anaknya yang selama ini memakai mobil.

Supaya lebih adil, subsidi dicabut, dan anak yang miskin dikasih bantuan langsung tunai sebesar Rp 150 ribu selama 4 bulan.

Maunya supaya anak yang miskin tidak bertambah miskin, dan supaya sang bapak bisa bernapas lebih lega bebas dari beban subsidi kepada anak-anaknya.

Kenaikan harga BBM mendapat penolakan luas dari publik.

Buruh dan mahasiswa melakukan demonstrasi di mana-mana.

Ada sekelompok mahasiswa yang menerobos masuk ke gedung DPRD dan mendudukinya.

Tidak ada wakil rakyat di sana, dan para mahasiswa leluasa mendudukinya.

Di beberapa tempat bentrok mahasiswa dengan polisi terjadi.

Sepanjang hari ini media sosial menampilkan trending topic ‘’Batalkan Kenaikan BBM’’.

Sebuah akun twitter menampilkan demo mahasiswa di Pematang Siantar yang rusuh karena mahasiswa bentrok dengan polisi.

Terlihat seorang pendemo diringkus polisi dan terlihat seorang aparat memukul perut pendemo.

Di beberapa daerah demo berlangsung secara bergelombang.

Di Jakarta massa pedemo menyindir Puan Maharani, Ketua DPR RI, yang menangis ketika Presiden SBY menaikkan harga BBM beberapa tahun yang lalu.

Bukan hanya Puan yang menangis, Megawati Soekarnoputri juga ikut melakukan adegan menangis, dan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto juga ikut-ikut menangis dengan sesenggukan.

Kebetulan hari ini (6/9) Puan Maharani sedang berulang tahun.

Beberapa koleganya di DPR mengucapkan selamat ulang tahun kepada Puan.

Sindiran para pedemo terhadap tangis Puan direspons oleh elite PDIP.

Said Abdullah, politikus PDIP, mengatakan bahwa beda kondisi antara zaman SBY dengan sekarang.

Dulu pemerintah tidak menghadapi kondisi susah seperti sekarang. Begitulah kira-kira argumentasinya.

Apa pun alasan yang disampaikan, publik tidak terlalu percaya.

Para ekonom yang kritis sudah mengajukan berbagai argumen yang membantah pernyataan pemerintah mengenai besaran subsidi dan salah sasaran subsidi.

Logika sederhana publik mengatakan, kalau subsidi salah sasaran mengapa harga BBM yang dinaikkan.

Kalau harga pasar dan harga keekonomian ada selisih, mengapa ada SPBU swasta yang bisa menjual dengan harga jauh di bawah harga Pertamina.

Ada SPBU yang bisa menjual lebih rendah, tetapi segera di-sweeping oleh pemerintah dan diminta untuk menaikkan harga sesuai dengan harga Pertamina.

Kenaikkan harga BBM harus segera dilakukan karena pemerintah sudah tidak sanggup lagi menahan beban subsidi.

Maka, mumpung publik masih konsen ke masalah Ferdy Sambo, kenaikan BBM pun diumumkan.

Ternyata publik tetap bereaksi keras dengan berbagai demo.

Biasanya, pemerintah akan tetap jalan terus, paling-paling demo hanya berlangsung satu atau dua hari saja, setelah itu hidup kembali normal.

Episode kandang bubrah kasus Ferdy Sambo jauh dari selesai.

Komnas HAM sudah menyelesaikan laporannya.

Alih-alih laporan itu konklusif malah menimbulkan masalah baru, karena mengungkit kembali mengenai kasus dugaan pelecehan seksual yang dilakukan mendiang Joshua terhadap Putri Candrawathi, yang sampai sekarang masih tetap tidak ditahan.

Ihwal Putri yang tidak ditahan banyak publik yang merasa terluka rasa keadilannya.

Alasan bahwa Putri masih punya anak kecil tidak bisa diterima begitu saja, karena dalam berbagai kasus banyak ibu-ibu yang tetap ditahan bersama anaknya yang masih balita.

Komnas Perempuan membela Putri Candrawathi, dan publik pun mencibir.

Seorang netizen berkomentar, Komnas Perempuan harusnya ganti nama menjadi ‘’Komnas Putri’’.

Keluarga mendiang Joshua membantah dengan keras dugaan pelecehan seksual itu.

Kesaksian yang lain menyebutkan bahwa Putri Cendrawati melakukan hubungan seksual dengan sopir Kuat Ma’ruf.

Kesaksian ini dibantah. Akan tetapi, publik bisa menilai betapa bubrahnya kandang rumah tangga Ferdy Sambo kalau istrinya sampai menjadi korban pelecehan seksual oleh ajudan atau  pembantu rumah tangganya.

Institusi kepolisian sedang berada dalam kondisi kandang bubrah yang parah.

Jokowi sebagai kepala rumah tangga harus bertanggung jawab sepenuhnya, karena institusi itu berada di bawah kewenangannya.

Kalau sampai Ferdy Sambo lolos dari hukuman berat, dan motif kasus pembunuhan tidak terungkap, publik akan menilai bahwa kandang Polri sedang bubrah.

Kandang bubrah terjadi juga di lingkungan TNI. Rapat dengar pendapat Komisi I DPR RI dengan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa membuka borok kandang bubrah itu kepada publik.

Jenderal Andika Perkasa, sebagai penguasa kandang, tidak bisa mengelak ketika ditohok dengan pertanyaan mengenai persaingan dingin dirinya dengan KSAD Jenderal Dudung Abdurrahman, yang tidak datang dalam rapat penting itu.

Jenderal Andika tegas membantah ada perang bintang di kandang TNI.

Akan tetapi, publik sudah bisa membaca ada yang bubrah di kandang TNI, karena setiap kali Panglima ada acara, KSAD Dudung tidak ikut mendampingi.

Dudung yang oleh sebagian netizen diledeki sebagai ‘’Jenderal Baliho’’--karena menurunkan baliho Habib Rizieq Shihab—disebut-sebut punya ambisi untuk menggantikan Jenderal Andika yang pensiun akhir tahun ini.

Kandang bubrah juga terjadi di lingkungan partai politik pendukung Joko Widodo.

Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang menjadi anggota Koalisi Indonesia Bersatu yang pro-Jokowi—mendadak memecat Suharso Monoarfa sebagai ketua umum dan menggantinya dengan Muhammad Mardiono.

Kadang bubrah PPP terjadi karena Suharso membuat marah para kiai dengan pernyataan ‘’amplop kiai’’ saat ada acara di KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi).

Kandang bubrah di PPP merupakan lagu lama yang diputar lagi.

Dulu semasa Orde Baru PPP menjadi langganan kandang bubrah, sampai diledeki sebagai ‘’partai yang tidak pernah bersatu, dan tidak pernah membangun’’.

Jokowi adalah pengamal mistisisme yang tekun.

Ia pasti tahu ritual kandang bubrah yang bisa mendatangkan kesakten, dengan membiarkan rumah dalam kondisi bubrah.

Jangan-jangan, Jokowi sedang menjalankan praktik mistis itu untuk memperoleh ‘’kesaktian’’ baru. (*)

Yuk, Simak Juga Video ini!


Redaktur : M. Kusdharmadi
Reporter : Cak Abror

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler