Kandang Kerbau Majikan Jadi Rumah Badri Sekeluarga

Bau Kotoran Sudah Bukan Hal Asing

Senin, 24 Maret 2014 – 09:40 WIB

jpnn.com - Keluarga Badri tinggal di tempat yang tidak biasa. Lantaran tidak mempunyai uang untuk membeli atau mengontrak rumah, mereka terpaksa tinggal di kandang kerbau.

HANDI SALAM, Sukabumi

BACA JUGA: Pernikahan Sesama Jenis di Michigan yang Hanya Sehari

PEMERINTAH memang memiliki program rehab rumah tidak layak huni (RTLH). Tujuannya, masyarakat bisa tinggal di rumah yang sehat.

Namun, program tersebut belum sampai kepada Badri. Lelaki berusia 65 tahun, warga Kampung Bobojong, RT 4/ RW 3 Desa Balekambang, Kecamatan Nagrak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, itu terpaksa menghuni tempat yang sangat tidak layak beserta anak dan istrinya.

BACA JUGA: Senyum Kecil Aisyah Terselip di Bangku Sekolah

Kini Badri sekeluarga tinggal di kandang kerbau lantaran tidak memiliki rumah. Badri bersama Sopia, 40, dikaruniai empat anak. Mereka tidak mempunyai pilihan selain menghuni kandang sapi milik majikannya, Soma.

Menurut pengakuannya, Badri tinggal di kandang kerbau sejak 20 tahun lalu. Namun, tinggal di kandang kerbau di kampung tersebut baru tiga bulan terakhir.

BACA JUGA: Sasana Kayong Utara, Minim Fasilitas tapi Lahirkan Juara Dunia

Berdasar pantauan Radar Sukabumi (JPNN Group), Badri bersama empat anaknya, yakni Risma, 12; Yana, 8; Nandar, 6; dan Risnawati, 2,5, tinggal satu atap dengan kerbau peliharaan majikannya. Hal itu terpaksa dilakukan karena Badri tidak mempunyai uang untuk membangun rumah.

“Sebenarnya, saya ingin seperti orang lain. Tapi, mau gimana kalau biaya tidak ada. Kami hanya bisa pasrah,” ungkapnya, Minggu (23/3).

Meski tinggal di kandang kerbau berisiko terhadap kesehatan istri dan empat anaknya, Badri mengaku tidak bisa berbuat banyak. Apalagi, dia tinggal bersama dua kerbau.

“Ukuran gubuk ini 6x4 meter ini. Saya tinggal satu atap dengan dua kerbau milik majikan. Bagi kami, bau kotoran sudah tak asing,” ucapnya.

Mereka rela tidur dengan kerbau tanpa dinding pemisah. Selain itu, atap yang terbuat dari bambu sering bocor ketika hujan turun lebat. “Yang penting, atas dan samping kiri kanan tertutup,” ujarnya lantas mengusap air mata.

Badri menerangkan belum terdata dalam daftar miskin. Sebab, dia bersama keluarganya baru tinggal di kampung tersebut. “Kami sekeluarga sangat berharap bantuan bedah rumah seperti yang dilakukan bupati selama ini,” jelasnya.

Yuyu Yuliani, istri perangkat RT setempat, menuturkan bahwa keluarga tersebut memang belum melakukan administrasi pemindahan ke wilayah tersebut. Jadi, pemerintah desa setempat belum mengetahui peristiwa itu.

Namun, Yuyu berupaya mengajukan permohonan kepada pemerintah desa setempat agar Badri dan keluarga menerima bantuan secepatnya. “Karena rumahnya sudah tidak aman lagi untuk ditempati sehingga harus diprioritaskan perbaikannya. Kasihan kalau sampai tinggal di kandang,” ujarnya.

Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Sukabumi Adjo Sarjono menambahkan, seharusnya keluarga Badri pindah dari kandang kerbau. Mereka tidak boleh tinggal seatap dengan hewan karena akan menimbulkan penyakit sekaligus mengancap kesehatan penghuni.

“Sebetulnya menurut laporan aparat setempat keluarga ini bukan warga asli kampung itu dan keberadaanya baru tiga bulan. Namun dia ingin tinggal di sana. Sehingga kami akan upayakan rumah yang layak huni,” papar dia.

Saat ini, pihaknya berupaya untuk membangunkan rumah layak huni itu. Adapun, untuk proses pembangunannya secara gotong royong.

Sementara, majikan Badri yang bernama Soma sudah berniat untuk menghibahkan tanah tersebut. Selanjutnya, tempat itu akan dibangun rumah yang terpisah dari kandang kerbau.

“Majikan akan menghibahkan tanah itu untuk Badri. Pihak aparat setempat sedang mengurus surat-suratnya agar tidak jadi masalah di kemudian hari,” ungkap Adjo. (*/JPNN/c18/diq)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kisah Bocah Medan Setahun Merawat Ayah yang Sakit di Becak


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler