Senyum Kecil Aisyah Terselip di Bangku Sekolah

Minggu, 23 Maret 2014 – 16:20 WIB
Plt Wali Kota Medan Drs.Dzulhmi Eldin menjenguk Muhammad Nawawi Pulungan (54), ayah Siti Aisyah Pulungan (8) yang kini terbaring di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Pirngadi Jalan HM Yamin Medan, Kamis (20/3). Nawawi ditempatkan di Ruang 18 Flamboyan. Foto: AMINOER RASYID/SUMUT POS/JPNN

jpnn.com - SENYUM kecil Aisyah mewarnai hari pertamanya saat menuntut ilmu di sekolah dasar negeri (SDN) 060786 yang berlokasi di Jalan Purwo, Medan. Tak jarang perasaan gerogi dan terkesan minder tampak dari wajah mungilnya.

Bagaimana tidak, bocah delapan tahun yang lebih banyak menghabiskan waktu bersama ayah tercintanya itu kini mulai menatap sebuah harapan baru.

BACA JUGA: Sasana Kayong Utara, Minim Fasilitas tapi Lahirkan Juara Dunia

Keinginannya menjadi seorang dokter mungkin saja akan tercapai lewat pendidikan yang kini sudah digelutinya.

Bagaimana Aisyah, bocah tegar yang rela menghabiskan waktu merawat ayah tercinta yang tengah sakit TB Paru akut, saat menuntut ilmu di lembaga pendidikan dasar? Berikut laporan Kesuma Ramadhan dan Anita Sinuhaji, Jumat (21/3).
----------
Kelas I A, SD 060786 kini tampak ramai dengan hadirnya sosok bocah yang menjadi perhatian banyak orang. Ya, Siti Aisyah yang akrab disapa Ica ini menjadi murid ke 21 di dalam kelasnya.

BACA JUGA: Kisah Bocah Medan Setahun Merawat Ayah yang Sakit di Becak

Duduk di bangku paling depan, Ica memulai awal pelajarannya dengan berhitung dan mendikte.

Tak mudah memang untuk berdaptasi. Beruntung, lewat semangatnya, Aisyah takbegitu kesulitab mengikuti pelajaran yang disampaikan guru kelasnya, Fatimah Hanum.

BACA JUGA: Mengintip Bulan Sabit Terbit di Eropa

“Memang hari pertama masih terlihat gerogi, tapi Aisyah orangnya cepat nangkap dan bisa mengenal huruf, walaupun belum bisa nyambung. Mungkin karena latar belakang kehidupannya. Kita berharap ke depannya Aisyah bisa mengikuti mata pelajaran dengan baik,”ujar Fatimah yang juga menjabat sebagai wali kelasnya itu.

Fatimah juga melihat keceriaan yang masih tampak jelas dari raut wajah Aisyah.  Hal ini terlihat saat Aisyah dan teman-teman barunya bernyanyi dengan gerakan. Terdengar sesekali, Aisyah juga mengadu lapar karena tak sempat sarapan pagi.

Meskipun tak banyak berbicara dan sedikit kaku, tapi Fatimah menilai Aisyah adalah anak yang mudah bersosialisasi dengan teman-teman barunya itu.

Apalagi kini perhatian besar terhadap Aisyah tak hanya hadir dari seorang Plt Wali Kota Medan saja, namun juga dari semua pihak.

Melihat itu, rasa haru dan bangga terselip di wajah ayah tercintanya M Nawawi.

“Sangat bangga kali, tercapai keinginannya. Apalagi pemerintah sangat peduli dengan keluarga kami hingga mau memberikan kesempatan bagi pendidikan anak saya dan membantu saya sampai sembuh,”ujar Nawi saat ditemui di ruang perawatannya yang baru,di RSUD dr Pirngadi Medan lantai 7 ruang 11.

Sementara perpindahan ruang perawatannya itu sendiri diamini Dirut RSUD dr Pirngadi Medan, Amran Lubis SPJP.

“Mengingat keduanya tak bisa dipisahkan, Aisyah dan ayahnya sengaja kita tempatkan di satu ruangan, dengan pemantauan khusus. Mengingat riwayat penyakit M Nawawi bisa menular, maka kita juga telah melakukan pemeriksaan terhadap Aisyah dan masih menunggu hasilnya,”terang Amran.

Kini bilang Amran, petugas rumah sakit harus menyiapkan sarapan pagi, sebelum Aisyah dijemput Camat Medan Perjuangan untuk diantarkan ke sekolah. “Begitu juga sepulang sekolahnya petugas rumah sakit menyiapkan makan siangnya. Yang jelas kita sudah menganggap dia sebagai anak RS Pirngadi ini, jadi perawatannya ya seperti anak sendiri,”tegas Amran lagi.

Siti Aisyah sendiri dikenal sebagai anak yang sangat tegar dan penuh semangat merawat ayahnya, Muhammad Nawawi Pulungan (54), yang tidak berdaya akibat penyakit TB Paru akut yang dideritanya.

Setiap harinya, tak jarang Ica harus mendayuh becak barang sang ayah untuk mengelilingi hingar bingar kota metropolitan.  Pasalnya, sejak mengalami komplikasi, Nawawi Pulungan tidak berdaya dan membutuhkan perawatan yang ia dapatkan dari sang anak.

Untuk bertahan hidup, Nawawi dan Ica hanya berharap belas kasihan dari masyarakat iba yang dengan keadaan keduanya.

Ironisnya dari usia 1 tahun, Ica sudah ditinggal pergi oleh ibu kandungnya. Meskipun memiliki keluarga di Pematang Siantar. Namun, sejak ayahnya tak berdaya karena sakit, keluarganya kini tidak peduli dengan keduanya.

Alhasil, Ica harus merelakan masa bermain bersama teman seusianya. Bocah belia itu harus menanggung beban berat di pundaknya. Bersama ayahnya Muhammad Nawawi Pulungan, Ica mencoba bertaruh hidup di Kota Medan.

Di balik keterbatasan ekonomi dan hilangnya sosok seorang ibu, tiga tahun Ica harus berperan menjadi seorang ibu.

Tidur bersandarkan papan dan tanpa alas tak jarang mewarnai kehidupannya. Ya, becak barang milik ayahnya, kerab menghantarkan keduanya mengelilingi kota di balik gemerlapnya kehidupan kota.

Kesabaran dan doa Ica terjawab. Kini lewat perhatian Plt Wali Kota Medan, Dzulmi Eldin, akhirnya Nawawi mendapatkan kesempatan untuk sembuh, dan Ica mendapatkan kesempatan bersekolah.

Bahkan rencananya keduanya akan diberikan sebuah tempat tinggal untuk menatap hari berikutnya. (*)
 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bawa Chiropraksi Tahun 2011, Bangga karena Mulai Populer


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler