jpnn.com - SIDOARJO – Halaman Masjid Al Mukminin Jemundo dipenuhi ratusan warga. Laki-laki, perempuan, tua, dan muda khusyuk melaksanakan salat Id yang dimulai sekitar pukul 06.00 Senin (28/7).
Setelah khotbah, jamaah salat Id berhamburan keluar untuk pulang. Sebagian berjalan kaki, sebagian yang lain mengambil sepeda motor maupun mobil.
BACA JUGA: Penadah Motor Curian Ditangkap
Di antara lautan manusia itu, ada 52 orang yang memisahkan diri. Mereka pulang dengan menggunakan ambulans dan pikap milik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sidoarjo.
Mereka adalah para pengungsi Syiah dari Sampang, Madura. Sejak dua tahun lalu, mereka mengungsi dan menetap di Rusun Puspa Agro Jemundo. Kemarin adalah kali kedua mereka berlebaran di penampungan.
BACA JUGA: Empat Napi Kasus Korupsi Ikut Terima Remisi
Sapi’i, seorang pengungsi, mengungkapkan keinginannya pulang ke Pulau Garam. “Kangen, di sana tempat orang tua saya,” katanya dengan sedih.
Semua pengungsi memiliki keinginan yang sama. Pada hari nan fitri itu, mereka ingin menghabiskan waktu dengan keluarga dan kerabat. Namun, tahun ini keinginan tersebut hanya bisa menjadi angan-angan. Sebab, sampai saat ini masih ada larangan dari pemerintah kepada para pengungsi untuk kembali ke Madura.
BACA JUGA: Petasan Bakar 40 Rumah, Salat Id Dibatalkan
Meski demikian, tidak sedikit pengungsi yang mencoba kembali ke kampung halamannya. “Beberapa pengungsi pernah beberapa kali pulang ke Madura,” kata Muhammad Zaini.
Namun, sesampainya di sana, mereka dikembalikan lagi ke tempat pengungsian. Tidak mudah memang bagi warga Syiah Sampang itu untuk meluapkan kerinduan pada tanah kelahiran. Kehadiran mereka di sana dikhawatirkan memicu konflik lagi.
Kepala Desa Bluuran, Kecamatan Karang Penang, Sampang, Muhammad Faruk menjelaskan, pihak desa sudah berkoordinasi dengan sejumlah kepala dusun jika ada warga Syiah yang pulang kampung saat Idul Fitri. Jika ada warga Syiah yang pulang, pihak desa meminta laporan terlebih dahulu. Itu dilakukan untuk memberikan jaminan keamanan saat berada di daerah konflik.
”Hingga saat ini (kemarin, Red), kami belum menerima laporan warga (Syiah) di Sidoarjo akan pulang (mudik). Kami sudah berkoordinasi juga dengan aparat keamanan dan Brimob,” kata Faruk.
Pihaknya tidak menginginkan warga Syiah menyelundup masuk ke kampung tanpa koordinasi. Dikhawatirkan warga yang mengetahui akan bertindak anarkistis. Dengan demikian, warga Syiah yang pulang kampung akan dijaga ketat personel keamanan.(laz/dry/c7/ami)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ribuan Guru di Batam Sumbang Rp 125 Juta untuk Palestina
Redaktur : Tim Redaksi