jpnn.com, JAKARTA - Kantor Utusan Khusus Presiden (UKP) RI menggelar Rembug Pangan Orang Muda untuk mewujudkan kepemimpinan pangan dan rasa kebangsaan pada bidang pangan dan pertanian di kalangan generasi muda menuju ketahanan pangan di tanah air.
Asisten Deputi UKP RI Bidang Kerja Sama Pengentasan Kemiskinan dan Ketahanan Pangan Dorita Setiawan dalam pidato pembukaan acara Rembug Pangan Orang Muda Focus Group Discussion (FGD) Kepemimpinan Pangan dan Kebangsaan di Museum Sumpah Pemuda Jakarta, Rabu (20/12) mengatakan di era yang penuh ketidakpastian ini, memastikan pasokan pangan yang cukup dan aman menjadi prioritas utama.
BACA JUGA: Kedaulatan Pangan, Peternak Banjarnegara Akhirnya Dapat Sertifikasi Domba Layak Ekspor
“Ketahanan pangan bukan hanya soal makanan di meja kita, tetapi juga berkaitan erat dengan stabilitas ekonomi, kesehatan masyarakat, dan keberlanjutan lingkungan. Oleh karena itu, perlu ada langkah konkret untuk mewujudkan ketahanan pangan. Anak muda dan perempuan memiliki peran yang sangat signifikan dalam upaya mewujudkan hal ini,” kata Dorita.
Dalam upaya mewujudkan ketahanan yang berkelanjutan maka acara FGD Rembug Pangan Orang Muda ini digelar dengan harapan mampu meningkatkan kesadaran tentang peran vital perempuan dan anak muda sebagai agen perubahan dalam urusan penyediaan pangan bagi masyarakat.
BACA JUGA: Bicara di Hadapan Sukarelawan PIJAR, Atikoh Ganjar Singgung Program Stabilitas Pangan
FGD diinisiasi UKP RI bekerja sama dengan Foodbank of Indonesia (FOI). Perempuan dan anak muda menjadi mesin penggerak inovasi teknologi yang saat ini memainkan peran penting dalam meningkatkan ketahanan pangan.
“UKP RI mendorong penguatan pelaksanaan regulasi yang ada, seperti UU Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Pengembangan Kawasan Food Estate juga diupayakan sebagai langkah strategis sesuai RPJMN 2020-2024.
Kami juga memberi perhatian khusus pada Perpres Nomor 125 Tahun 2022 tentang Penyelenggaraan Cadangan Pangan Pemerintah, yang menjadi bagian penting dari sistem logistik pangan nasional,” kata Dorita.
BACA JUGA: 3.000 Nelayan & Petani Bekasi Dukung Ganjar Turunkan Harga Pangan sekalian Buka Lapangan Kerja
Pada aspek konsumsi pangan, UKP RI memerhatikan isu kehilangan pangan dan sampah makanan (FLW), serta peningkatan kualitas dan keamanan pangan.
Program Pola Pangan Harapan (PPH) juga menjadi fokus dalam meningkatkan kualitas konsumsi pangan dan mengurangi indikator stunting dan wasting pada anak.
UKP RI juga menyoroti isu keberlanjutan regionalisasi pangan melalui pengembangan dan penguatan sistem produksi dan distribusi pangan lokal. Inovasi di tingkat daerah diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada beras.
“Dengan menggabungkan berbagai aspek ini, kami berharap dapat membawa Indonesia menuju ketahanan pangan yang berkelanjutan, melibatkan berbagai pihak dari tingkat pusat hingga daerah, dan merangkul teknologi smart farming dalam gerakan Petani Muda Keren,” katanya.
Pada kesempatan yang sama Founder Foodbank of Indonesia Muhammad Hendro Utomo mengatakan pihaknya mendorong anak muda dan perempuan untuk terlibat lebih jauh dalam upaya mewujudkan ketahanan pangan.
“Kami menekankan pentingnya bahan pangan, kemudian membantu orang miskin untuk menghaluskan perasaan kita, dan di sini juga saya ingin menyampaikan pentingnya peran perempuan sebagai pengambil keputusan pangan untuk keluarga,” kata Hendro.
Perempuan merupakan lini pertama yang menjadi sosok penentu pangan keluarga. Peran perempuan semakin diakui signifikan terlebih setelah pada 22 Desember 1928 digelar Kongres Perempuan Indonesia yang mengumpulkan tokoh-tokoh pergerakan perempuan hingga tercetuslah Hari Ibu, untuk mendorong konsep Indonesia di wilayah nusantara, yang kemudian berpuncak pada kemerdekaan Indonesia.
Di acara tersebut dilakukan rembug dengan para peserta yang terdiri dari perwakilan dari BEM Universitas sejumlah perguruan tinggi, perwakilan OSIS sejumlah SMA/SMK di Jabodetabek, organisasi kepemudaan, dan perusahaan mitra dengan dipandu oleh Moderator Dr. Hendrajit (Direktur Global Future Institute).
CEO Yayasan Kitong Bisa Juliane Sari Manurung menyampaikan pengalaman dan praktik baik yang dilakukan yayasannya dalam memberdayakan kewirausahaan khususnya di bidang pangan di wilayah Indonesia timur.
Sementara, Duta Petani Millenial dan Founder Petani Muda Keren Agung Wedhatama menyampaikan pengalamannya dalam mengembangkan pertanian modern dan smart farming.
Menurut dia, implementasi pertanian presisi yang berbasis digitalisasi dan IoT harus terus dikembangkan diketuktularkan.
“Dan yang terpenting adalah regenerasi petani muda sehingga anak-anak muda Indonesia terlibat dalam aktivitas pertanian berkelanjutan,” kata Agung Wedhatama.
Pada kesempatan yang sama, Dekan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Indonesia Universitas Indonesia Dr. Bondan Kanumoyoso menekankan pentingnya pangan dan potensi anak muda untuk dapat bersaing di masa depan.
Termasuk di dalamnya terkait perjalanan diplomasi pangan Nusantara, potensi unggul orang muda melalui pangan, dan bumbu rempah sebagai kekuatan utama masakan Indonesia.
Associate Professor Universitas Pendidikan Indonesia Dr. Cica Yulia, S.Pd, M.Si fokus pada kuliner sebagai kekuatan bangsa. Cica memaknai keunggulan kuliner Indonesia dibandingkan negara lain, kekayaan aroma dan rasa khas kuliner Mustika rasa dari rempah-rempah, dan bagaimana kuliner lokal dalam membantu memerangi masalah gizi.
Hadir pula pada kesempatan itu Staf Khusus Presiden RI Bidang Inovasi, Pendidikan, dan Daerah Terluar Billy Mambrasar.
Rembug pangan orang muda menghasilkan sejumlah resolusi mengenai kebangkitan pangan dan kebangkitan bangsa yang akan disampaikan kepada perumus kebijakan.
Resolusi sekaligus diharapkan mampu meningkatkan kesadaran akan pentingnya peran orang muda dan perempuan dalam membangkitkan kemandirian pangan. Di samping kesadaran akan keragaman pangan indonesia sebagai salah satu solusi kemerdekaan pangan.
Pentingnya meragamkan pangan, merangkum ide-ide, menyerap aspirasi geografis dari masyarakat lokal sehingga upaya meragamkan pangan bisa mempertimbangkan kearifan lokal hingga tingkat penyusunan kebijakan.
Kondisi fisik lingkungan, lokasi geografis, pemetaan SDM dan SDA, perlu pendekatan multidisipliner dan multi-gerakan yang terintegrasi.(flo/jpnn)
Redaktur & Reporter : Natalia