Kapan Harga BBM Turun? Begini Penjelasan Energy Watch Indonesia

Senin, 13 April 2020 – 15:06 WIB
Mulai Minggu (10/2) ini Pertamina melakukan penyesuaian harga BBM. Foto: dok/JPG

jpnn.com, JAKARTA - Penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) dalam negeri banyak dinanti masyarakat, menyusul anjloknya harga minyak dunia akibat terpukul oleh pandemi corona virus (Covid-19).

Terkait hal itu, Direktur Eksekutif Energy Watch Indonesia Ferdinand Hutahaean, mengatakan bahwa sektor energi memang ikut terpukul oleh pandemi Covid-19. Terutama minyak mentah. Jatuhnya tak terbendung.

BACA JUGA: Minyak Dunia Jatuh Lagi, Harga BBM Pertamina Turun?

Contohnya, periode Januari 2020 harga minyak mentah Brent masih di kisaran USD67,02 /barel dan WTI di kisaran USD59,80 /barel. Sementara ICP pada harga USD 65,38 /barel.

Nah, periode periode April 2020 harga Minyak Mentah dunia jenis Brent jatuh lebih dalam, USD 25/barel dan WTI dikisaran angka USD 20/barel.

BACA JUGA: Pertamina Ancang-ancang Turunkan Harga BBM Nonsubsidi

"Harga yang luar biasa memukul perekonomian khususnya sektor minyak. Turunnya harga minyak dunia tersebut saat ini belum diikuti oleh penurunan harga jual BBM Pertamina," kata Ferdinand saat dihubungi pada Senin (13/4).

Menurutnya, pertanyaan publik itu merupakan hal yang wajar menyusul anjloknya harga minyak mentah dunia. Namun dia mengingatkan bahwa dalam penentuan harga jual BBM, ada beberapa faktor atau komponen yang dijadikan dasar perhitungan.

BACA JUGA: Pertamina Diminta Menurunkan Harga BBM Mengikuti Tren Minyak Dunia Saat ini

Komponen utama dari perhitungan ini adalah harga minyak mentah dan nilai tukar dolar serta beberapa komponen lainnya seperti biaya distribusi, biaya penyimpanan, margin dan lain-lain. Dan satu hal yang tidak boleh diabaikan adalah periode impor minyak mentah untuk bahan baku produksi BBM.

Menurut Ferdinand, rata-rata minyak mentah yang diproduksi saat ini untuk diolah jadi BBM adalah minyak mentah yang diimpor dua bulan lalu pada saat harga minyak mentah masih di kisaran diatas 50 USD/barel.

"Maka, tentu perhitungan harga keekonomian masih mengacu pada harga minyak pada bulan Februari, bukan menggunakan harga yang sekarang. Harga sekarang baru digunakan untuk perhitungan harga BBM dua bulan ke depan, begitulah mengapa harga BBM sekarang belum turun," jelasnya.

Selain itu, nilai tukar dolar saat ini yang tinggi membuat penurunan harga semakin sulit diwujudkan kecuali ke bulan-bulan yang akan datang. Untuk harga BBM Mei akan menggunakan harga crude impor bulan Maret, Juni menggunakan harga April dan begitu seterusnya.

"Maka jika harus turun maka baru pada sekitar bulan Mei dan Juni bisa terjadi penyesuain harga. Dan semua kembali kepada Perpres 191 yang mengatur periodik evaluasi harga BBM," ucap Ferdinand.

Pihaknya berharap agar Pertamina segera lakukan evaluasi harga jual BBM. Bila sekarang sudah bisa dilakukan penurunan harga, maka sewajarnya diturunkan sesuai perhitungan harga keekonomian supaya Pertamina tetap untung dan rayat bisa merasakan dampak penurunan harga minyak dunia dan sedikit terbantu di tengah tekanan ekonomi akibat virus corona ini.

"Publik juga harus memahami bahwa penurunan penjualan BBM akibat dampak turunnya aktivitas publik tentu akan mempengaruhi bisnis Pertamina yang biaya operasionalnya tidak turun bahkan mungkin naik akibat kenaikan nilai tukar dolar," tandasnya. (fat/jpnn)


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler