jpnn.com - jpnn.com - Kompetisi sepak bola profesional di tanah air akan dimulai pada akhir Maret mendatang.
PSSI menjadwalkan kompetisi tersebut akan dimulai dengan Liga - 1 atau Indonesia Super League pada 26 Maret, serta Liga-2 atau Divisi Utama yang rencananya kick off sebulan kemudian.
BACA JUGA: Pelatih Timnas Harus Berurusan dengan Wong Hang Tailor
Meski begitu, otoritas tertinggi sepak bola Indonesia itu belum juga berencana menggelar pertemuan dengan para tim peserta.
Wakil Ketua Umum PSSI, Joko Driyono mengatakan, mereka sejatinya sudah menjadwalkan agenda pertemuan tersebut. Terutama untuk membahas sejumlan regulasi anyar yang akan diberlakukan pada kompetisi musim baru nanti.
BACA JUGA: Kerangka Skuat Persebaya Mulai Terlihat
"Hanya, kami belum bisa melakukannya karena kami masih disibukan dengan pembentukan badan liga yang baru," kata Joko.
Memang, sebelumnya, Ketua Umum PSSI, Edy Rahmayadi menyebutkan bahwa PSSI akan membentuk sendiri perusahan baru untuk menjadi operator kompetisi dengan nama PT Liga Indonesia Baru.
BACA JUGA: Timnas Bakal TC di Spanyol, Jepang dan Korea
Artinya, PT Liga Indonesia dan PTGTS (Gelora Trisula Semesta) yang pernah menjadi operator kompetisi profesional tanah air itu, sudah tak dipertahankan lagi.
Nah, Joko menambahkan, pembentukan perusahan operator baru tersebut, saat in sudah masuk dalam tahap finalisasi.
Dan, bila semuanya sudah rampung, PSSI akan segera mempublikasikannya pada awal pekan depan. "Sebentar lagi semuanya sudah rampung. Tunggu saja," kata CEO PT Liga Indonesia itu.
Senada dengan Joko, deputi sekjen football, Fanny Riawan mengatakan, khusus untuk tim-tim peserta Liga - 2, mereka akan bekerja sama dengan seluruh Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI untuk mensosialisasikan regulasi kompetisi musim baru nanti.
Terutama penggunaan pemain dengan maskimal usia di atas 25 tahun dengan hanya maksimal lima pemain di atas usia tersebut.
"Tim Liga - 2 kan ada 60 tim, kalau mengundang seluruhnya ke Jakarta, butuh biaya lebih, dan itu sangat memberatkan tim-tim peserta," ujar Fanny.
“Apalagi sebagian besar klub berada di pelosok tanah air. Jadi, untuk memudahkan semuaya, kami berencana mensosialisasikan aturan-aturan baru dalam kompetisi nanti, lewat Asprov," tegasnya.
Keresahan mulai dirasakan oleh klub-klub Liga - 2 atau yang sebelumnya dikenal dengan nama Divisi Utama.
Penyebabnya, sampai saat ini PSSI belum juga memberikan kejelasan kepada para klub kasta kedua tersebut. Terutama tentang kepastian kompetisi dan regulasi musim baru nanti.
CEO Perserang Serang, Babay Karnawi menyebutkan bahwa, mereka sedang berada dalam kebingungan dalam mempersiapkan tim.
"Karena belum ada kepastian regulasi. Kami dengar adanya pembatasan pemain dengan makisimal usia 25 tahun. Tapi, itu semua baru kami dengar dari media, bukan dari mulut PSSI sendiri," keluh Babay, kemarin (8/2).
Menurut dia, sejatinya PSSI harus lebih proaktiv membangun komunikasi dengan klub-klub level dua tersebut.
Sebab, lanjut Babay, kompetisi kasta kedua adalah salah satu pangsa pasar terbesar sepak bola nasional dengan melibatkan 60 klub seluruh Indonesia.
"Jumlah pemain yang terlibat di kompetisi ini juga jauh lebih banyak," tegasnya.
Senada dengan Karnawi, manajer Persatu Tuban, Fahmi Fikroni juga mengungkapkan bahwa sedang mengalami kebingungan. Padahal, sudah sebulan terakhir mereka sudah melakukan persiapan tim.
"Namun, kami juga butuh kepastian kompetisi. Karena, kalau belum pasti, maka pelatih juga akan sulit menentukan peak performance pemain," ujar Fahmi.
Pria yang juga anggota DPRD Kabupaten Tuban itu lantas menjelaskan bahwa, mereka sudah berusaha membangun komunikasi dengan dengan Sekjen PSSI Ade Wellington terkait kepastian kompetisi musim baru nanti.
"Tapi, setiap kali komunikasi, jawaban yang kami terima adalah nanti dulu, nanti dulu," papar Fahmi.
Komentar tidak kalah keras bahkan diungkapkan oleh pelatih Martapura FC, Frans Sinatra Huwae yang menyebutkan bahwa ada diskriminasi sistematis yang sedang dipertontonkan oleh PSSI dalam membangun sepak bola tanah air.
"Kami tim-tim yang di Liga - 2 bukan lagi seperti anak tiri, tapi anak buangan yang tidak diperhatikan oleh induknya," kata Frans.
Alasan Frans tersebut berkaitan dengan PSSI yang hanya memfasilitasi turnamen pra musim kepada tim-tim Liga - 1 (Indonesia Super League) lewat Piala Presiden.
Sementara untuk tim - tim Liga-2 belum ada pergerakan apa-apa. "Jadi, kami ini sebenarnya dianggap atau nggak sih oleh federasi," tegasnya.(ben)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Klub-klub Liga-2 Merasa jadi Anak Buangan
Redaktur & Reporter : Soetomo