jpnn.com, JAKARTA - Kapitra Ampera menilai kemarahan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri soal aksi demonstrasi yang berujung pembakaran Halte Transjakarta, beralasan.
Hal ini disampaikan Kapitra yang juga kader PDI Perjuangan, merespons kemarahan Bu Mega dalam acara peresmian kantor PDIP secara daring, di Jakarta, Rabu (28/10).
BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: Nassar vs Perempuan 78 Tahun, TNI Turun Tangan, Demi Gus Nur, NU Jangan Baper
"Kemarahan Ibu Mega itu sangat beralasan Demokrasi itu diciptakan untuk mensejahterakan rakyat bukan merugikan rakyat," kata Kapitra kepada jpnn.com, Kamis (29/10).
Diketahui, aksi unjuk rasa menolak Undang-undang (UU) Omnibus Law Cipta Kerja yang digelar pada, Kamis (8/10) lalu berujung ricuh. Sejumlah hallte Transjakarta dirusak dan dibakar kelompok anarkis.
BACA JUGA: Oknum Guru Ajak Siswa Pilih Ketua OSIS Seagama, Bu Retno: Ini Ancaman
"Fasilitas umum dibangun pemerintah adalah sarana untuk mensejahterakan rakyat. Kalau itu dirusak justru menyusahkan rakyat. Itu bukan demokrasi tetapi anarki dalam tirani demokrasi," tegas Kapitra.
Karena itu mantan pengacara Habib Rizieq Shihab ini sependapat dengan Presiden Kelima RI Megawati Soekarnoputri, kalau sudah bakar-bakaran itu bukan demokrasi.
BACA JUGA: Megawati Mengajukan Permintaan Kepada Presiden Jokowi, Tak Takut Di-bully
"Saya setuju dengan Ibu Mega, seharusnya mereka cerdas memaknai demokrasi sebagai alat untuk mensejahterakan rakyat," tambahnya.
Ketum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri sebelumnya meminta Presiden Jokowi agar tak memanjakan generasi milenial.
"Anak muda kita jangan dimanja, dibilang generasi kita adalah generasi milenial. Saya mau tanya hari ini apa sumbangsihnya generasi milenial yang sudah tahu teknologi membuat kita sudah viral tanpa harus bertatap langsung?" kata Megawati dalam acara peresmian kantor PDIP secara daring, Jakarta, Rabu (28/10).
Megawai menilai, generasi milenial hanya bisa berdemonstrasi, salah satunya demonstrasi menolak Undang-Undang (UU) Cipta Kerja beberapa hari lalu.
"Apa sumbangsih kalian terhadap bangsa dan negara ini? Masa hanya demo saja," kata Megawati.
Bu Mega pun menyayangkan demonstrasi yang berlangsung beberapa hari terakhir, yang diwarnai aksi perusakan berbagai fasilitas publik, seperti halte Transjakarta dan moda raya terpadu (MRT).
Megawati kembali mempertanyakan apakah dalam berunjuk rasa atau berdemonstrasi diperbolehkan melakukan perusakan.
"Masa (generasi milenial) hanya demo saja. Nanti saya di-bully ini (tetapi) saya enggak peduli, hanya demo saja ngerusak, apakah ada dalam aturan berdemo? Boleh saya kalau mau debat," katanya.
Menurut dia, demonstrasi atau berunjuk rasa memang diizinkan dan diperbolehkan sejak era reformasi.
Namun, sekali lagi Megawati menegaskan tak ada aturan yang mengatur diperbolehkannya perusakan terhadap fasilitas umum.
"Ada aturan dalam demo diizinkan karena ketika reformasi, kita masuk ke dalam alam demokrasi, ya. Tetapi adakah, jawab, aturannya bahwa untuk merusak? Enggak ada. Kalau ada orang bilang ada Bu, mana dia, sini, sini kasih tahu sama saya," kata Megawati Soekarnoputri.(fat/jpnn)
Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam