Kapten Mursal Mustari, Luar Biasa!

Minggu, 13 Agustus 2017 – 00:05 WIB
Kapten (Inf) Mursal Mustari. Foto: RAMLAN HARUN/MALUT POST/JPNN.com

jpnn.com - Sebagai personel Tentara Nasional Indonesia (TNI), Kapten (Inf) Mursal Mustari, tak hanya fokus pada tugas pengamanan negara. Bertugas di Pos Satgas 726/Tamalatea Toboko, dia membagi waktu untuk mengerjakan hal lain yang bermanfaat bagi masyarakat juga dirasa penting.

Kapten (Inf) Mursal Mustari mengembangkan sebuah TPQ. Meski mungil, di TPQ ini sudah puluhan santri belajar mengaji hingga khatam Alquran.

BACA JUGA: Seperti Ini Ekspresi Sang Jenderal Saat Meninjau Lokasi Latihan Pasukan Khusus TNI

RAMLAN HARUN, Ternate

Waktu menunjukkan pukul 7 malam. Dari balik reruntuhan bangunan bekas pabrik minyak goreng di Kelurahan Toboko, Ternate Selatan, Maluku Utara, lamat-lamat terdengar suara lantunan ayat-ayat suci Alquran.

BACA JUGA: Heroik! Nyawa Nyaris Melayang, Serda Suparlan Hentikan Perampokan di Pegadaian

Semakin didekati, suara darasan makin kencang. Lalu tampaklah sebuah bangunan sederhana berdinding tripleks beratap seng. Lantai papannya dilapisi karpet hijau.

Dari bangunan itulah asal suara ngaji berasal. Oleh warga sekitar, bangunan tersebut dikenal sebagai Taman Pendidikan Alquran (TPQ).

BACA JUGA: Perampokan di Pegadaian, TNI Duel dengan Pelaku, Pistol Terjatuh, Dramatis...

Ia menjadi bagian dari Pos Satgas 726/Tamalatea Kodam XIV Hasanuddin. TPQ ini letaknya persis di belakang pos utama. Ada pula sebuah musala di dekat situ.

Malam itu (10/8), seperti malam-malam lainnya, TPQ yang dibangun secara swadaya oleh warga Toboko ini selalu ramai orang belajar membaca Alquran. Mulai dari kanak-kanak, hingga orang dewasa.

Kapten (Inf) Mursal Mustari, Perwira Pembinaan Mental di Satgas tersebut, adalah orang yang bertanggung jawab mengajari para santri ini.

Kapten Mursal baru delapan bulan bertugas di Satgas tersebut. Sejak awal, ia sudah bertekad mengembangkan TPQ itu. Saat bertugas di Makassar sebelumnya, ia juga menjadi guru mengaji dengan ratusan santri.

”Jadi di sini juga ajari anak-anak membaca Alquran. Tapi banyak juga orang dewasa, bahkan anggota Satgas yang ikut belajar,” tuturnya kepada Malut Post (Jawa Pos Group).

Di TPQ seluas 7x8 meter itu, Mursal mengajar mengaji setiap malamnya. Awalnya, bangunan itu bahkan belum dicat. Mursal lah yang berinisiatif mengecatnya dengan warna putih seperti sekarang.

Kebanyakan santri Mursal adalah anak-anak dari kalangan tidak mampu. Prinsipnya, siapa saja boleh datang asalkan serius ingin belajar. Santri yang belajar pun tak dipungut biaya sama sekali.

”Jadi kita sifatnya membantu. Tidak memungut apapun, yang penting rajin dan pakaian yang digunakan sesuai. Karena yang dihadapi adalah Alquran, maka harus dibenarkan. Sehingga pakaian harus diperhatikan, minimal pakaian muslim,” kata pria asal Pinrang, Sulawesi Selatan, itu.

Sejak Mursal mulai mengajar, terhitung sudah ratusan orang yang pernah nyantri di situ. Yang khatam pun sudah ratusan.

”Ada yang masih di Iqra, ada sudah Juz, bahkan ada yang sudah bolak-balik tiga kali khatam Quran,” kata perwira 54 tahun itu.

Saat ini, Mursal tengah mengajari 43 santri. Mereka berasal dari Toboko maupun kelurahan lain disekitarnya seperti Mangga Dua, Kota Baru, dan Tanah Tinggi.

”Ada yang masih TK hingga SMA, ditambah anggota-anggota Satgas 18 orang. Selain mengaji, anak-anak juga kami ajarkan doa-doa penting,” ucapnya.

Jam mengaji mereka dimulai sejak bakda Magrib hingga masuk waktu Isya. Ayah lima anak ini kadang dibantu seorang ustaz, Arbain.

”Ustaz Arbain datangnya dua kali seminggu. Karena beliau juga punya TPQ di Takoma, dan pekerjaan lainnya sebagai pegawai negeri,” tuturnya.

Mursal mengaku tak kesulitan menghadapi santri yang dominan anak-anak. Di Makassar, ia pernah punya santri yang mencapai 100 lebih. Sebagian besar adalah anak tentara. Ia juga pernah menjadi pendidik saat masih Bintara di Bandung.

”Tapi beda mengajarkan pendidikan militer dengan mengaji. Harus sabar menghadapi anak-anak,” ungkap suami Marita Asnina itu.

Menyambi jadi guru mengaji tak membuat Mursal merasa tugasnya sebagai TNI terganggu. Justru pekerjaan tambahan itu menjadi ladang baginya untuk mengamalkan ilmu.

”Tahun 90-an waktu masih di Bandung pernah menjadi juara dalam pertandingan pembacaan Quran seluruh Indonesia untuk Kodam, mendapat juara tiga. Itu waktu masih muda. Tapi sekarang kan sudah tua, napas juga sudah menurun,” katanya sembari tersenyum.

Sayangnya, meski amat menikmati jadi guru mengaji di TPQ Pos Satgas, Agustus ini merupakan bulan penghabisan Mursal. Bulan depan ia sudah akan ditarik kembali ke Kodam XIV Hasanuddin.

Bagaimana nasib para santri di situ nanti? ”Saya akan minta yang gantikan saya untuk melanjutkan TPQ ini. Kalau tidak bisa, saya minta Ustaz Arbain yang lanjutkan,” tandasnya.(mg-04/kai)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pak Dandim Siapkan Sanksi untuk Anak Buah Berkendaraan Tanpa Surat


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler