Karena 4 Faktor Ini, Asyik Bakal Juara di Jabar

Jumat, 22 Juni 2018 – 20:22 WIB
Aksi Pasangan Sudrajat - Ahmad Syaikhu saat pamer kaus putih bertuliskan 2018 Asyik Menang, 2019 Ganti Presiden. Foto Instagram

jpnn.com, JAKARTA - Pilkada Jawa Barat 2018 yang diikuti empat pasangan calon (Paslon) diprediksi akan menjadi pertarungan sengit. Pasangan Sudrajat-Syaikhu (Asyik) dinilai berpeluang jadi juara.

Direktur Survei & Polling Indonesia (SPIN), Igor Dirgantara, mengungkapkan, terdapat 4 faktor penting penentu kemenangan pasangan Asyik.

BACA JUGA: Kemdagri: Pelantikan Iwan Bule di Jabar Sesuai Aturan

Pertama, Prabowo Subianto dan Ahmad Heryawan (Aher) adalah dua sosok penting yang bisa mewujudkan kemenangan bagi pasangan nomer urut 3 tersebut. Prabowo Subianto sebagai Ketum Partai Gerindra, kata dia, masih berpengaruh kuat bagi masyarakat Jabar.

"Berdasarkan hasil survei SPIN, elektabilitas Prabowo (37,1%) masih unggul atas Jokowi (30,5%) di Jawa Barat. Keunggulan Prabowo ini sudah tercermin dalam kemenangannya di Provinsi Jabar sebagai ladang suara saat Pilpres 2014," katanya di Jakarta, Jumat (22/6).

BACA JUGA: Ridwan Kamil Gagal Membenahi Birokrasi Jabar

Sementara, lanjut dia, kinerja Ahmad Heryawan yang sukses memimpin Jabar selama dua periode punya nilai plus dalam memberikan dukungannya kepada pasangan Asyik.

Dulu, kata Igor, Aher selalu diprediksi kalah di Pilgub 2008 dan 2013 oleh semua lembaga survei.

BACA JUGA: Siap Buka Rumah Dinas 24 Jam untuk Warga Jabar

"Namun faktanya justru menang, karena adanya silent voters, yaitu pemilih diam yang sebenarnya sudah menetapkan pilihan, tetapi tidak dinyatakan secara terbuka," jelas dia.

Igor melihat, doktrin memilih pemimpin sebagai ibadah di PKS, ditambah efektivitas mesin parpol Gerindra, PKS dan PAN diharapkan bisa menyapu bersih undecided voters dan swing voters pada hari H pencoblosan.

"Demonstration effect kemenangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno yang juga diusung Gerindra-PKS-PAN di Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu bertendensi diikuti warga Jabar, terutama di daerah yang berdekatan dengan Jakarta, seperti Depok, Bekasi, dan Bogor," terang dia.

Faktor kedua, lanjut Igor, hanya pasangan Asyik yang mentautkan kemenangannya di Pilkada Jawa Barat 2018 dengan kemenangan Prabowo Subianto di Pilpres tahun 2019 nanti dengan jargon "2018 Asyik Menang, 2019 Ganti Presiden".

Bahkan, pasangan Asyik berani membentangkan kaos ganti presiden saat acara debat Cagub Jabar, karena diusung oleh barisan partai oposisi pemerintah (Gerindra, PKS) + PAN.

"Sedangkan paslon lainnya terbagi dan diusung oleh parpol pendukung pemerintah yang ingin mempertahankan status quo penguasa sekarang ini," terang dia.

Yang ketiga, lanjut Igor, kontroversi pelantikan Komjen Iriawan sebagai Pj Gubernur Jabar yang menimbulkan polemik dan kecurigaan publik, terkait netralitas dalam Pilkada 2018.

Menurut dia, bisa jadi hal tersebut merupakan wujud kepanikan penguasa bahwa paslon Asyik yang tidak mendukung Jokowi 2 periode berpotensi menang.

"Sehingga pelantikan Komjen Irawan tetap di lakukan, meskipun diduga melanggar aturan dan menciptakan kegaduhan. Hal ini tentu bisa menjadi amunisi penguasa untuk pemenangan paslon tertentu. Namun sebaliknya, mungkin saja malah kontradiktif, bahkan blunder. Karena prilaku aparat lebih mudah ditebak daripada prilaku pemilih," terangnya.

Sedangkan faktor yang keempat, 'nyunda', 'nyakolah', dan 'nyantri' adalah poin penting warga Jabar memilih Gubernurnya. Menurutnya, ada sublimasi ketiga faktor itu ke dalam diri Sudrajat sebagai orang asli Sumedang, berlatar belakang militer dengan pendidikan sangat baik.

"Begitu juga dengan Syaikhu yang berasal dari Cirebon adalah seorang ustaz dan birokrat berwawasan luas," ungkap Igor. (dil/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Warga Pangandaran Keluhkan Banjir pada Cawagub Jabar


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler