jpnn.com - SOSOK lain yang berdarah pahlawan dan menjadi public figure adalah Karina Salim.
”Kakek buyutku adalah adik H Agus Salim. Sementara kakekku sepupu Opa Emil (Salim, menteri era Soeharto, Red),” kata Karina membuka perbincangan dengan Jawa Pos di kediamannya di kawasan Senopati (4/11).
BACA JUGA: Eyangnya Penyanyi Senior Ini Pernah Dibuang ke Pulau Bacan
Karina berkisah, keluarganya tidak pernah gembar-gembor soal itu.
Dia tahu bahwa Muyang-nya, panggilan H Agus Salim dari generasi keempatnya, adalah pahlawan nasional secara tidak sengaja.
BACA JUGA: Ketahuilah, Maia Estianty Keturunan Pahlawan Nasional
Bukan dari pihak keluarga yang memberitahunya. Karina mengatakan, dirinya baru tahu bahwa Agus Salim adalah pahlawan nasional saat SD.
”Waktu itu sedang ada pelajaran sejarah. Terus kok di bukunya ada foto yang sama dengan foto di rumah. Dari situ, barulah aku tanya dan mendapat penjelasan,” kenang perempuan berambut panjang itu.
BACA JUGA: Si Cantik Santai Walau Di-Bully Karena Agama
Dia mendapat banyak cerita bahwa kakek buyutnya adalah orang yang sangat cerdas.
Dia menguasai ilmu linguistik dan fasih berbicara dalam beberapa bahasa.
Padahal, dia hanya belajar secara otodidak. Belum lagi sepak terjangnya pada masa perjuangan kemerdekaan RI.
Hal tersebut diakui Karina sangat menginspirasi. Dia pun berkeinginan bisa menjadi pribadi yang berguna untuk masyarakat.
Memang tidak dengan berjuang di medan perang seperti yang dilakukan Agus Salim.
Karina punya misi agar anak muda tidak mengidolakan sosok yang salah.
Karina lantas mencontohkan kemunculan Awkarin, remaja yang populer dengan posting video yang tidak pantas.
”Aku ingin menyelamatkan generasi muda dari sosok-sosok yang tidak patut dijadikan panutan,” tegasnya.
Kegemasan Karina muncul setelah melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana anak-anak muda itu berpenampilan, berbicara, dan bertingkah laku.
Dia melihat bagaimana remaja-remaja sekarang berani tampil full make-up ke sekolah.
Karina melihat mereka sebagai korban kemudahan arus informasi dari seluruh penjuru dunia. Padahal, tidak semua informasi bisa ditelan bulat-bulat.
Di sisi lain, mereka seperti kehilangan sosok yang layak jadi panutan.
Padahal, Indonesia punya segudang pahlawan nasional yang secara ketokohan sangat layak jadi panutan. Indonesia juga punya banyak public figure berprestasi.
Namun, entah kenapa anak-anak muda lebih mengenal sosok-sosok seperti Awkarin dan teman-temannya.
Padahal, setiap tahun Hari Pahlawan yang jatuh setiap 10 November selalu diperingati.
”Tapi, itu jadi sekadar peringatan. Upacara bendera, setelah itu sudah. Terlewat begitu saja tanpa bisa dimaknai,” katanya.
Karina menambahkan, pemerintah sepertinya punya pekerjaan rumah untuk mengenalkan para pahlawan tersebut.
Pengenalannya mungkin dengan cara yang lebih populer sehingga bisa diterima anak-anak muda. Teater salah satunya.
Menjelang peringatan Hari Pahlawan, pemerintah melalui sekolah-sekolah negeri bisa menyelenggarakan pentas teater yang kisahnya diambil dari kisah perjuangan para pahlawan nasional.
”Dengan begitu, mau tidak mau, kan anak mudanya akan mendalami cerita pahlawan tersebut. Dan sedikit banyak bisa belajar,” terang gadis kelahiran 25 tahun silam itu.
Selain mengharapkan campur tangan pemerintah, Karina melakukan upaya mandiri.
Dia berencana memanfaatkan media sosial untuk memberikan pencerahan kepada anak-anak muda agar tidak salah memilih role model. Jika punya kesempatan berbicara di depan publik pun, Karina berusaha memanfaatkan sebaik-baiknya.
”Tahun lalu aku berkesempatan berbicara di UK Indonesia Business Forum bersama Ibu Susi (Pudjiastuti), Dian Sastro, dan Anna Soubry, menteri dari Inggris. Di sana aku berbicara kondisi anak muda Indonesia sekarang,” terang Karina.
Karina berharap, dengan semangat dan motivasinya untuk menyelamatkan generasi muda, dirinya bisa terus berjuang.
Tidak dengan angkat senjata seperti kakek buyutnya memang. Tapi dengan caranya sendiri. (glo/nor/and/c10/ang/sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sakura, Andalan Fariz RM Bangkitkan Kenangan Lama
Redaktur : Tim Redaksi