Karya Pemikiran Denny JA soal Politik, Agama dan Sastra Menuai Pujian

Selasa, 03 Januari 2023 – 21:17 WIB
Penulis Denny JA mendapat penghargaan Lifetime Achievement Award. Foto: source for JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Sejumlah komunitas di lingkaran Denny JA memilih sembilan buku yang merekam polemik pemikiran pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI) itu untuk kembali dipublikasi.

Denny mengaku sangat senang karena pada 60 tahun usianya dirayakan oleh komunitas-komunitas dengan publikasi dunia pemikirannya.

BACA JUGA: Ganjar Prioritaskan Alokasi APBD 2023 untuk Percepat Penurunan Kemiskinan

Sejak 1980-an, Denny aktif menuangkan gagasan dalam tulisan sejak menjadi aktivis mahasiswa dan penulis.

"Saya memang selalu tersentuh dengan gagasan besar yang menentukan bulat lonjong hidup manusia di dunia politik, agama dan sastra," tuturnya.

BACA JUGA: Denny JA: Sudah Saatnya Indonesia Nyatakan Pandemi Sudah Selesai

Dia lantas menjelaskan mengenai apa yang menjadi pemikirannya di bidang politik, agama dan sastra, selama ini.

“Di bidang politik ekonomi, saya selalu merujuk kepada negara di Skandinavia. Begitu banyak cara mengukur pembangunan yang berhasil, melalui Human Development Index atau World Happiness Index," ujar Denny JA.

BACA JUGA: Melalui Beasiswa, Jokowi Bangun SDM Hingga ke Pedesaan

Sementara itu di bidang agama, Denny dianggap membawa pendekatan baru studi agama di Indonesia melalui pendekatan kuantitatif.

Sehingga ada ukuran untuk membandingkan kehidupan agama dan kemajuan masyarakat.

"Data menujukkan semakin miskin sebuah negara semakin agama dianggap penting. Semakin kaya sebuah negara semakin agama tak lagi menjadi rujukan kebijakan publik," jelasnya.

Menurut Denny, kita bisa memperlakukan 4.200 agama yang kini hadir di dunia sebagai warisan kultural milik kita bersama.

Sedangkan di bidang sastra, Denny juga merujuk hasil riset yang menyebut mereka yang banyak membaca sastra, atau film dengan nuansa sastrawi akan lebih kuat solidaritas dan sensitivitas sosialnya.

Denny melihat data buku sastra, terutama buku puisi semakin tidak dibaca. Penyebabnya bukan karena publik meninggalkan puisi, tapi puisi yang meninggalkan publik.

Karena itulah, Denny bersama komunitasnya mengembangkan genre baru yakni puisi esai. Genre ini hadir dengan membawa semangat agar puisi kembali ke tengah gelanggang.

"Puisi esai merekam peristiwa sosial yang difiksikan. Kini komunitas puisi esai sudah meluas ke wilayah ASEAN," sebut Denny.(chi/jpnn)


Redaktur & Reporter : Yessy Artada

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler