Kasus Covid-19 Melandai, Momentum Terbaik Genjot Vaksinasi

Kamis, 02 Desember 2021 – 08:06 WIB
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kemenkes Siti Nadia Tarmizi membuka data soal angka penularan dari perjalanan luar negeri. Foto: tangkapan layar dalam video Kemenkes.

jpnn.com, JAKARTA - Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengungkapkan adanya penurunan jumlah penyuntikan vaksin per harinya di beberapa daerah dalam 2-3 minggu ini.

“Kondisi penularan yang membaik, membuat masyarakat tidak buru-buru divaksin, mereka menunggu-nunggu dan memilih vaksin merek tertentu,” beber Nadia dalam Dialog Produktif Media Center Forum Merdeka Barat 9 (FMB 9) - KPCPEN, Rabu (1/12).

BACA JUGA: Bea Cukai Soekarno-Hatta Bebaskan Bea Masuk Impor Vaksin Novavax

Nadia pun menekankan semua merek vaksin yang beredar di Indonesia aman dan berkhasiat, sehingga masyarakat diminta segera melakukan vaksinasi dengan merek yang tersedia.

“Semua vaksin sama baiknya, efek samping itu biasa sebagai reaksi tubuh kita saat dilatih vaksin untuk menstimulasi sistem kekebalan tubuh,” papar Nadia.

BACA JUGA: Pakar China Yakin Varian Omicron Cukup Dilawan dengan Vaksin

Nadia juga menyinggung terkait pengaruh vaksin pada varian baru Covid-19.

Dia mengatakan meskipun masih banyak yang harus diteliti terkait efikasi, tetapi efek proteksi vaksin tetap banyak dan manfaatnya lebih besar.

BACA JUGA: Presiden Jokowi Sebut 100 Juta Dosis Vaksin Covid-19 Kedaluarsa

Selain itu, dengan semakin banyak orang divaksin, benteng kekebalan bersama juga akan terbentuk untuk melindungi kita melawan varian baru tersebut.

Saat ini, capaian vaksinasi nasional sekitar 67 persen untuk dosis pertama dan sekitar 46 persen untuk dosis kedua.

Sementara vaksinasi lansia masih perlu terus digenjot, karena baru mencakup sekitar 53 persen untuk dosis pertama.

Untuk percepatan vaksinasi lansia ini dilakukan upaya mendekatkan vaksinasi kepada masyarakat, seperti sistem door to door dan Posyandu lansia.

Selain itu, Nadia menekankan pentingnya terus melakukan sosialisasi dan edukasi agar para lansia bersedia divaksin dengan menggandeng tokoh masyarakat, agama, media, juga memastikan tenaga kesehatan menyampaikan informasi yang benar.

Tak kalah penting adalah perlunya inovasi dan pendekatan spesifik lokal sesuai kebutuhan, yang dapat dijalankan tiap daerah.

Nadia juga meluruskan persepsi keliru bahwa lansia yang memiliki banyak penyakit penyerta maka tubuhnya lemah untuk divaksin.

Justru sebaliknya, lansia harus dibantu imunitasnya melalui vaksinasi.

Bahkan, vaksin Covid-19 justru didesain untuk kaum lansia dan penderita komorbid, sehingga vaksin tersebut akan memberikan perlindungan yang diharapkan.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik (Diskominfotik) Provinsi Sumbar Jasman juga menyampaikan masih banyaknya hoaks menjadi kendala terbesar vaksinasi di daerah.

Untuk mengatasi tantangan hoaks dan kendala kultural, pihaknya mengedepankan pendekatan informal melibatkan alim ulama, cerdik pandai, semua lembaga serta institusi terkait, termasuk memberikan edukasi pentingnya vaksinasi melalui media massa dan anak-anak sekolah.

“Tiap daerah punya kiat tersendiri sesuai local wisdom (kearifan lokal) masing-masing,” tuturnya.

Dia menjelaskan vaksinasi relatif mudah dilaksanakan di daerah terpencil dan penduduknya tetap, dibandingkan wilayah berpenduduk banyak dengan mobilitas tinggi.

Jasman pun sangat mengapresiasi semua pihak yang turut mendukung percepatan vaksinasi, khususnya tenaga kesehatan dan vaksinator sebagai garda terdepan.

Berkat kerja keras bersama, dalam dua bulan terakhir, cakupan vaksinasi di wilayahnya meningkat cukup pesat.

Situasi pandemi yang terkendali merupakan kesempatan untuk percepatan vaksinasi.

Salah satu alasannya, karena tenaga kesehatan dan vaksinator dapat sepenuhnya melaksanakan vaksinasi.

Dokter Spesialis Penyakit Dalam/Vaksinolog Dirga Sakti Rambe mengungkapkan penelitian yang menunjukkan saat tingkat penularan di masyarakat rendah, maka efektivitas vaksin pada tingkat optimal.

"Ini kesempatan baik untuk meningkatkan cakupan vaksinasi karena kasus terkendali,” ujarnya.

Terkait vaksin booster, Dirga menjelaskan panduan WHO bahwa dimulainya booster perlu mempertimbangan berbagai hal, seperti cakupan vaksinasi nasional dan situasi di lapangan.

Dia mengajak masyarakat untuk menunggu, tetap melindungi diri melalui protokol kesehatan ketat.

Dirga juga menyampaikan hal yang patut disyukuri adalah Indonesia dapat memastikan ketersediaan vaksin meski bukan negara produsen vaksin.

Karena itu, ia mengajak masyarakat segera vaksinasi dengan tidak pilih-pilih vaksin, sehingga jangan sampai ada stok vaksin yang terbuang.

“Di Indonesia saat ini pandemi terkendali, tapi selalu ada potensi timbulnya lonjakan kasus, terutama terkait mobilitas pada liburan Natal dan Tahun Baru, juga varian-varian baru yang menyebar di berbagai negara," ungkapnya.

"Karena itu, masyarakat harus selalu terapkan prokes, patuhi aturan level PPKM di daerah masing-masing, dan optimalkan proteksi dengan vaksinasi,” tandas Dirga. (mrk/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kabar Baik! Tiga Hari Ini 5,7 Juta Vaksin Pfizer Merapat ke Indonesia


Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Sutresno Wahyudi, Sutresno Wahyudi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler