jpnn.com, SURABAYA - Kasus difteri atau infeksi tenggorokan, kini mulai mengancam wilayah Provinsi Jawa Timur.
Hingga akhir November, tercatat dari data dinkes provinsi sudah 318 kasus difteri terjadi di 35 kabupaten/kota di Jawa Timur, dengan korban 12 orang meninggal dunia.
BACA JUGA: 20 Persen Ortu di Jakarta Lebih Percaya Imunisasi Swasta
Jumlah ini lebih sedikit dibandingkan tahun lalu, sebanyak 352 kasus.
Namun, tahun ini jumlah meninggal dunia lebih banyak dibandingkan tahun lalu yang hanya tujuh anak.
BACA JUGA: Bayi Meninggal di Sukabumi, Terjunkan Tim Investigasi
Kasus difteri paling banyak terjadi di Kabupaten Pasuruan dengan 44 anak, Sampang sebanyak 33 kasus, Gresik 26 kasus, Surabaya dan Nganjuk sama-sama 19 kasus.
Kemudian Sidoarjo dan Kota Malang sama-sama 15 kasus. Meski jumlah kasus difteri cukup banyak, Dinas Kesehatan Jatim membantah kondisi ini merupakan KLB.
BACA JUGA: Bayi 6 Bulan Meninggal Usai Imunisasi, Bidan Desa Kaget
"Kondisi ini belum merupakan KLB, karena angkanya masih di bawah tahun lalu," ujar Dr Kohar Hari Santoso, Kadinkes Jatim.
Kohar menambahkan, difteri ini mudah menyebar karena disebabkan bakteri corynebacterium diphtheriae dan corynebacterium ulcerans yang menyebar kepada orang lain melalui batuk, bersin dan saat bernafas.
Difteri adalah infeksi tenggorokan yang berbuntut pada kesulitan bernafas.
Penyakit yang rata-rata menyerang anak-anak ini bisa berakibat fatal hingga kematian.
Gejala paling mencolok terbentuknya membran kelabu yang menutupi tonsil dan bagian atas tenggorokan. Salah satu pencegahan penyakit ini adalah dengan imunisasi. (end/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Usai Diimunisasi, Bayi 6 Bulan Itu Demam Tinggi
Redaktur & Reporter : Natalia