Indonesia sudah melaporkan lebih dari 50.000 kasus COVID dalam sehari untuk pertama kalinya, melewati India yang pernah menjadi sebagai episentrum COVID-19 di Asia.
Sistem kesehatan Indonesia tengah menghadapi tantangan besar, ada kekhwatiran kekurangan tenaga kesehatan sehingga mereka yang baru lulus dari sarjana kedokteran pun harus diterjunkan untuk menangani COVID-19.
BACA JUGA: Kalau Anda Positif Covid-19, Jangan Sembunyikan
Tingkat kematian COVID di luar rumah sakit juga telah menjadi ketakutan warga, di saat mereka juga putus asa untuk mencari tangki oksigen.
Rabu kemarin (15/07), Kementerian Kesehatan Indonesia mencatat angka harian tertinggi, yakni 54.517 kasus baru dan 991 kematian dalam 24 jam.
BACA JUGA: Petenis Inggris Susul Roger Federer Mundur dari Olimpiade Tokyo 2020, Kenapa ya?
Tapi Pemerintah Indonesia mengatakan jika situasi saat ini "sangat terkendali".
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, membantah tuduhan yang mengatakan pandemi Covid-19 di Indonesia tak terkendali.
BACA JUGA: Sedih, Bayi 2 Bulan Meninggal Akibat COVID-19
"Jadi kalau ada yang berbicara bahwa tidak terkendali keadaannya, sangat-sangat terkendali," katanya dalam konferensi pers Senin kemarin.
"Jadi yang bicara tidak terkendali itu bisa datang ke saya. Nanti saya tunjukkan ke mukanya bahwa kita terkendali."
India, yang pernah menjadi episentrum COVID di Asia, kini melaporkan rata-rata sekitar 44.000 kasus harian dan 1.028 kematian.
Tingkat kematian harian di Indonesia sudah 10 kali lipat dari angka yang tercatat di awal Juni.
Tetapi data resmi yang diumumkan oleh Pemerintah Indonesia diduga jauh lebih kecil dari angka sebenarnya, karena jumlah tes di Indonesia rendah, ditambah pelacakan kontak yang buruk.
“Indonesia bisa menjadi episentrum pandemi, tetapi mungkin sebenarnya sudah menjadi episentrum Asia,” kata Dicky Budiman, ahli epidemiologi Indonesia di Griffith University Australia.
"Jika Anda melihat perbedaan populasi antara India dan Indonesia, maka pandemi ini jauh lebih serius daripada di India."
Dicky mengingatkan jumlah kasus COVID di Indonesia bisa jadi sebenarnya sudah mencapai 100.000 per hari dengan 2.000 kematian.
Tetapi populasi India hampir lima kali lipat dari hampir 270 juta orang di Indonesia.
Indonesia memiliki sekitar 141 kasus per juta orang dibandingkan dengan sekitar 29 kasus per juta di India, menurut Our World in Data.
Secara kumulatif, India telah mencatat lebih dari 30 juta penularan dan lebih dari 400.000 kematian.
Sementara Indonesia, menurut data resmi, sudah mencatat lebih dari 2,6 juta kasus penularan dan 69.210 kematian. Kekhawatiran menjelang perayaan Idul Adha
Indonesia sedang memberlakukan pembatasan yang lebih ketat, termasuk menutup pusat perbelanjaan, restoran, dan perkantoran di Jakarta, di seluruh Pulau Jawa dan Bali.
Namun pembatasan aktivitas warga juga sudah diadaptasi oleh wilayah lain mulai dari Sumatra hingga Papua.
Tetapi sekarang ada kekhawatiran varian Delta yang sangat menular akan menyerang daerah yang lebih terpencil di mana fasilitas kesehatan tidak akan mampu menangani wabah besar.
"Ini harus kita pantau dengan ketat, karena kalau terjadi apa-apa [di wilayah itu] fasilitas kesehatan mereka jelas di bawah Jakarta atau Jawa," kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.
Perayaan Idul Adha minggu depan juga telah menjadi kekhawatiran dapat memicu ledakan wabah penularan baru.
"Setiap pertemuan massal hanya akan mempercepat infeksi," kata Dr Dicky Budiman.
"Bom waktu ada di mana-mana."
Artikel ini diproduksi oleh Hellena Souisa dari artikel ABC News dalam Bahasa Inggris.
Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mewujudkan Komitmen Sinergi, Bea Cukai Berkunjung ke Instansi Lain