Kasus JIS, Waspadai Copycat Accusation

Selasa, 01 Juli 2014 – 22:50 WIB
Kasus JIS, Waspadai Copycat Accusation. JPNN.com

jpnn.com - JAKARTA -- Polisi diingatkan untuk lebih hati-hati melakukan pemeriksaan terhadap murid Jakarta International School (JIS) yang diduga menjadi korban pelecehan. Sebab, bisa saja dengan cara yang salah, anak-anak itu terlibat peniruan tuduhan.

Menurut psikolog Catherine Thomas, di dunia psikologi peniruan tuduhan itu dikenal dengan istilah copycat accusation. Ia mengatakan, dalam kasus-kasus internasional peniruan tuduhan ini sudah beberapa kali terjadi.

BACA JUGA: FPI Pelototi Tempat Maksiat yang Nekat Buka Selama Ramadan

Kandidat doktor di Universitas Radboud, Belanda ini, mencontohkan ketika Marilyn Monroe bunuh diri pada 1962. Dalam tempo sebulan, terjadi peningkatan kasus bunuh diri di Amerika Serikat sebanyak 12 persen.

Di Indonesia, kata dia, juga pernah terjadi yakni ketika Caroline (19), mahasiswa UPH Karawaci bunuh diri dengan melompat dari lantai 9 Kondominium Golf Karawaci 25 November 2011.

BACA JUGA: 154 PNS Pemkab Tidak Ikut Apel

"Sepuluh hari kemudian, seorang mahasiswa UPH lainnya, Cavin, melakukan bunuh diri di Mal Grand Indonesia," kata Catherine dalam keterangan yang diterima, Selasa (1/7).

Catherine pun menyatakan bahwa untuk kasus JIS ini juga berpeluang terjadi copycat. Pertengahan April 2014, orang tua murid Taman Kanak-kanak yang berinisial AK mengadu anaknya mengalami pencabulan di JIS.

BACA JUGA: 30 Persen Warga Jakarta Meninggal Akibat Serangan Jantung

Dua pekan kemudian, ada orang tua murid yang mengadukan bahwa anak mereka TH dan OA juga mengalami tindakan tidak senonoh di sekolahnya.

Menurutnya, pemberitaan mengenai penyiksaan dan pencabulan murid TK JIS, bukan mustahil menimbulkan dampak copycat yang sama.

"Di kalangan para orang tua dan penyidik, muncul tuduhan atau pertanyaan kepada anak-anak mengenai perlakuan yang mereka terima dari pihak sekolah. Apalagi pemberitaan media massa sangat gencar mengenai kasus penyiksaan dan pencabulan di JIS,” kata Catherine.

Ia menambahkan, bisa saja copycat muncul secara lokal di suatu komunitas tertentu, namun kemudian meluas menjadi epidemik yang berskala nasional.

Menurutnya, hal ini pernah terjadi di Amrerika pada tahun 1983-1984. Saat itu ada tuduhan penyiksaan dan pencabulan terhadap para siswa di TK McMartin di Manhattan Beach, dekat Los Angeles, California. Ada puluhan murid yang mengaku disiksa dan dicabuli oleh guru mereka di McMartin.

"Guru bersangkutan diadili dengan dakwaan penyiksaan dan pencabulan siswanya. Tetapi karena bukti-bukti tidak meyakinkan, guru itu dinyatakan tidak bersalah oleh para juri. Ketika penyidik menemukan bukti baru, guru itu diajukan lagi sebagai terdakwa. Tetapi lagi-lagi para juri tidak yakin guru tersebut melakukan pencabulan sebagaimana dituduhkan," ujarnya.

Meski terdakwa itu dinyatakan tidak bersalah, tambahnya, tetapi di seluruh Amerika bermunculan pengaduan mengenai penyiksaan dan pencabulan oleh guru terhadap murid usia dini.

Misalnya pengaduan tentang pencabulan yang dilakukan para guru di The Little Rascals Day Care di North Carolina, Kelly Michaels di New Jersey, The Amirault Family di Massachusetts dan banyak lagi laporan sejenis di seluruh Amerika.

Dari peristiwa ini, telaah para periset psikologi menunjukkan bahwa anak-anak memang sangat mudah dipengaruhi oleh hal-hal yang bersifat sugestif. Kemungkinan seorang anak menjawab secara keliru akan makin besar jika orang tua atau petugas penyidik menggunakan teknik-teknik bertanya yang berbau sugestif atau koruptif.

“Anak yang ditanya cenderung akan membenarkan pertanyaan orang dewasa yang menanyainya,” tutur Catherine.

Catherine menambahkan, kebanyakan anak-anak kurang bisa memahami istilah yang digunakan oleh para penyidik atau orang tua mereka.

Akibatnya, jika anak-anak ditanyai menggunakan istilah-istilah rumit yang tidak dikenalnya, bukan mustahil anak tersebut akan menjawab secara sembarangan.

Selain itu, lanjut dia, jika ditanyai berkali-kali dengan pertanyaan yang serupa, seorang anak cenderung akan menjawab sesuai dengan yang diinginkan oleh penanya.

“Bukan mustahil anak yang ditanyai menjadi tersugesti dan membenarkan perkataan penanya," pungkasnya. (boy/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bongkar Kasus Sodomi di JIS, Polisi Panggil Oknum Guru


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler