JAKARTA - Partai Golongan Karya (Golkar) sudah menggerakkan mesin politik untuk mengusung Aburizal Bakrie sebagai calon presidenIcal "sapaan Aburizal" memiliki segalanya
BACA JUGA: KPU Minta Rp 100 M untuk Gedung Baru
Termasuk kekuatan finansial yang kuat dan jaringan parpol serta para kader yang memenangi sebagian besar pilkadaWalaupun punya banyak "amunisi dan gizi", bos Bakrie Group itu, tampaknya, harus berjuang keras
BACA JUGA: Wako Medan Incar Kursi Ketua PD Sumut
Berdasar data Lingkaran Survei Indonesia (LSI), popularitas Ical masih kalah jauh oleh dua tokoh yang sedang atau pernah menjabat presiden."Ical masih di bawah SBY dan Megawati," kata Mochamad Barkah Pattimahu, peneliti LSI, dalam paparannya di Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) I Golkar di Hotel Borobudur, Jakarta, senin (18/10).
LSI sengaja diundang untuk melihat potensi Ical
BACA JUGA: Kader Golkar Tetap Dilarang Ikut Nasdem
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai incumbent masih merupakan tokoh paling populerSBY yang tidak akan maju dalam Pilpres 2014 masih memiliki 30 persen lebih dukunganDi kategori kedua, bertengger mantan Presiden Megawati Soekarnoputri (Mega) yang masih memiliki 10 persen lebih dukungan.Posisi Ical, ujar Barkah, berada di kategori ketiga yang memiliki elektabilitas di bawah 10 persenPada kriteria tersebut, terdapat nama-nama tokoh lain, seperti Hatta Rajasa, Prabowo Subianto, Ani Yudhoyono, dan Sri Mulyani"Kendati saat ini hanya berada di bawah 10 persen, Ical masih memiliki peluang yang sangat besar," tegas Barkah.
Salah satu faktor yang sangat memengaruhi kemenangan seseorang adalah popularitas dan pengenalan mereka di publikBarkah menilai Ical sebagai tokoh baru yang lama bergelut di dunia bisnisNamun, baru menjabat setahun sebagai ketua umum Golkar, Ical sudah diperhitungkan untuk menjadi capres"Waktu empat tahun masih cukup untuk Ical dan Golkar untuk memopulerkannya di mata pemilih," tutur Barkah.
Jika SBY terhalang dalam pilpres karena ketentuan konstitusi, masih ada sosok Mega yang sangat mungkin masih majuNamun, menurut Barkah, peluang Ical sangat besarSebab, tingkat kepuasan masyarakat kepada Mega sudah mencapai angka yang sangat optimum"Akan sangat sulit untuk diangkat guna meraih suara dan juga guna memengaruhi pemilih untuk memberikan suara kepada PDIP," tambahnyaApalagi, sejak Pemilu 2004, suara PDIP terus merosot"Ini menunjukkan, pamor Mega mengalami penurunan," lanjutnya.
Saat ini, lanjut Barkah, popularitas Ical baru mencapai 70 persenSejumlah variabel dari sisi Ical belum diketahui maksimal oleh publikApabila variabel itu dapat dimaksimalkan, tentu angka elektabilitasnya akan melonjak.
Variabel apa yang dimaksud? Barkah menyatakan, setidaknya ada sejumlah variabel yang memungkinkan Golkar unggul pada 2014Golkar memiliki sejarah yang unikSaat Orde Baru, Golkar memimpinNamun, saat reformasi (Pemilu 1999), Golkar kalahTetapi, hal itu diputarbalikkan Golkar pada Pemilu 2004"Saat Pemilu 2009 kalah lagiNamun, Golkar bisa saja bangkit kembali (pada 2014)," ujarnya.
Kekuatan lain Golkar adalah jaringan dan konsolidasi partaiGolkar memiliki dana untuk menggerakkan mesin-mesin politik, dari pusat hingga daerah"Terakhir adalah tren dukungan terhadap Golkar yang cenderung naik," ujarnya.
Namun, tetap saja ada variabel yang bisa mengganjal IcalVariabel itu adalah citra negatif yang hinggap pada diri IcalKasus lumpur Lapindo dan pajak adalah variabel untuk menjatuhkan IcalNamun, Barkah meyakini bahwa dua citra negatif tersebut tidak terlalu berpengaruh di masyarakat luas"Itu hanya permainan level elite," tandas Barkah.
Indikator keyakinan Barkah adalah kemampuan IcalJika citra negatif itu berpengaruh, Ical tidak akan menjadi ketua umum"Kenaikan suara Golkar dalam survei juga membuktikan, citra negatif itu tidak terlalu berpengaruh," ujarnyaHanya, jika Ical ingin maju sebagai capres, Partai Golkar harus diperkuat dulu hingga 2014(bay/c9/tof)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kedua Kubu Saling Bantah
Redaktur : Tim Redaksi