jpnn.com - JAKARTA - Pengamat kepolisian Bambang Rukminto menilai pengakuan saksi bernama Dede dalam kasus pembunuhan terhadap Vina dan Eky di Cirebon pada 2016 sebagai temuan penting dalam pengusutan perkara yang mendapat perhatian publik ini.
"Sekecil apa pun informasi sangat penting untuk penyelidikan," kata Bambang melalui layanan pesan, Kamis (25/7).
BACA JUGA: Pengakuan Dede Soal Skenario Kasus Vina Bisa Langsung Diusut, Tak Perlu Laporan
Namun, dia meminta polisi bisa tetap fokus dan tak terganggu pengakuan Dede dalam menyelidiki perkara pembunuhan ini dan terus mencari pelaku yang belum tertangkap.
"Terlepas dari pernyataan itu, kepolisian harus melakukan penyelidikan dan mengejar siapa pelaku pembunuhan sebenarnya," kata Bambang.
BACA JUGA: Usut Kesaksian Palsu Aep dan Dede di Kasus Vina, Bareskrim Gelar Perkara
Menurutnya, polisi sampai kini masih punya pekerjaan rumah, yakni menangkap pembunuh Vina dan Eky di Cirebon seperti tertuang dalam putusan Mahkamah Agung (MA).
"Secara formil berdasar keputusan MA terkait tiga DPO yang masih belum ditemukan, maupun secara materiil terkait kesaksian-kesaksian terbaru," kata Bambang.
BACA JUGA: Iptu Rudiana Disudutkan di Kasus Vina & Eky, Elza Syarief Bakal Lakukan Somasi
Sebelumnya, Dede yang berstatus satu saksi yang ada dalam putusan hakim di kasus tewasnya Vina dan Eky mengungkapkan pengakuan teranyar.
Pengakuan disampaikan Dede kepada Dedi Mulyadi yang disiarkan melalui akun YouTube Kang Dedi Mulyadi (KDM) Channel.
Dede buka suara soal peran Aep dan ayah almarhum Eki, Iptu Rudiana yang ketika itu betugas di unit narkoba dalam pengusutan kasus tewasnya Vina di Cirebon.
Dede mengatakan, cerita soal peristiwa yang menewaskan Vina dan Eky diketahuinya berasal dari Aep dan Iptu Rudiana.
Dia mengaku sudah disodori skenario tentang tewasnya dua sejoli itu saat di Polsek dan disuruh mengaku menyaksikan pelemparan batu, juga pengejaran terhadap Vina serta Eky.
"Diskenariokan, disuruh lihat yang mengejar, yang ngelempari batu, motor berapa orang. Saya bilangnya segerombolan saat itu,” tutur Dede.
Selain itu, Dede juga disuruh menyebutkan merek motor yang terlibat kejadian secara detail.
“Motor ini itu mereknya, padahal saya enggak tahu sama sekali motornya. Yang nyuruh, ya, Aep dan Pak Rudiana. Sebut motor Vixion, Satria, ini itu. Harus nyebutin,” ucap Dede.
Kemudian, saat membuat berita acara pemeriksaan (BAP) di kantor polisi, dia menceritakan sesuai skenario tersebut.
"Dalam BAP saya menceritakan ada pelemparan batu, bawa bambu, terus saya melihat motor yang mengejar. Di konsep skenario itu enggak ada nama Hadi, Pegi. Tiga nama DPO itu enggak ada,” kata Dede. (ast/jpnn)
Redaktur : Soetomo Samsu
Reporter : Aristo Setiawan