jpnn.com, JAKARTA - Keluarga siswa SMKN 4 Semarang, Gamma Rizkynata Oktafandy, 17, korban penembakan polisi mengaku menerima intervensi dari pihak kepolisian dan oknum wartawan. Keluarga korban diminta tutup mulut atas kasus penembakan itu.
Agung, Paman Gamma mengatakan intervensi itu terjadi ketika Kapolrestabes Semarang Kombes Irwan Anwar mendatangi rumah korban untuk mengucapkan belasungkawa, dan menjelaskan kronologi kasus penembakan tersebut pada Senin (25/11).
BACA JUGA: Polisi Tembak Mati Siswa SMKN 4 Semarang, Keluarga Korban Lapor ke Polda Jateng
Kombes Irwan datang bersama Kasat Reskrim Polrestabes Semarang Kompol Andika Dharma Sena, Kasat Resnarkoba Polrestabes Semarang Hankie Fuariputra, dan seorang yang tidak memperkenalkan diri, dikiranya itu polisi.
"Pada saat Pak Kapolrestabes datang ke rumah kami menjelaskan kronologi kepada keluarga kami. Kami tidak tahu kalau Pak Kapolrestabes membawa wartawan yang berdirinya di depan saya," kata Agung ditemui awak media di daerah Bendan Ngisor, Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng), Selasa (3/11) sore.
BACA JUGA: Info Terkini Kasus Video Asusila Guru dan Siswi di Gorontalo, Keluarga Korban Lapor Polisi
Setelah itu, orang yang semula dikira polisi itu mendekatinya dengan menyebut sebagai wartawan. Saat itulah, Agung menerima intervensi agar keluarga membuat video pernyataan telah mengikhlaskan kepergian korban.
"Pak, ini biar beritanya tidak menyebar kemana-mana sebaiknya keluarga korban membuat video pernyataan bahwa sudah mengikhlaskan kejadian ini, tidak akan membesarkan masalah ini, dan masalah hukum selanjutnya diserahkan kepada pihak Polrestabes Semarang," tutur Agung menirukan oknum wartawan itu.
BACA JUGA: Kombes Aris Ungkap Alasan Aipda Robig Tembak Siswa SMK Hingga Tewas, Ternyata
Namun, Agung tak mudah hanyut dalam rayuan. Dia menolak permintaan tersebut karena akan mengobrolkan bersama keluarga besar terlebih dulu. Termasuk, dia menyebut ada faktor kejanggalan dalam penembakan ini.
"Haduh saya tidak mau, terus Pak Kapolrestabes bilang. 'Tidak apa-apa, Pak. Nanti Bapak memberi pernyataan begini saja, lalu dia mengulangi lagi bahwa ini keluarga Gamma mengikhlaskan masalah ini'. Namun, saya tetap tidak mau," katanya.
Agung tak menyangka ada seorang wartawan bisa masuk ke rumahnya, dan mencoba campur tangan dalam kasus kematian keponakannya. Pasalnya, saat Kombes Irwan tiba, ada dua wartawan yang izin meliput, tetapi diusir.
"Yang pertama bilang itu wartawannya, saya baru tahu namanya belakangan ini. Saat itu dia pulangnya duduk semobi di sebelah Pak Kapolrestabes. Ciri-cirinya putih, agak gempal, pakai baju biru, saya tidak tahu dari media mana, pokoknya dia mengaku sebagai wartawan," katanya.
Bahkan, sebelum Kombes Irwan dengan oknum wartawan itu pamit, dia sempat meminta dokumentasi foto yang diambil agar tidak disebarkan. Namun, dia kaget foto-foto itu tersebar di media sosial.
"Pertemuannya setengah jam. Saya pun kira foto-foto itu tidak disebar, ternyata malah disebarkan ke media sosial, saya tidak terima karena ada dua wartawan datang diusir malah ini bawa wartawan," katanya.
Seperti diketahui, GRO (16) merupakan seorang siswa SMKN 4 Semarang meninggal dunia karena luka tembak yang dilakukan Aipda Robig Zaenudin.
Peluru pertama mengenai pinggul kanan GRO hingga meninggal dunia. Sementara peluru kedua menyerempet dada AD, lalu mengenai tangan kiri SA.
Korban meninggal dunia di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr Kariadi Semarang pada Minggu (24/11) sekitar pukul 01.58 WIB. Akan tetapi, polisi berkilah bahwa korban merupakan pelaku tawuran.
Kini, polisi yang berdinas di Satuan Reserse Narkoba atau Sat Resnarkoba Polrestabes Semarang tersebut mendekam di sel Rumah Tahanan (Rutan) Polda Jateng.(mcr5/jpnn)
Redaktur : Budianto Hutahaean
Reporter : Wisnu Indra Kusuma