jpnn.com - JAKARTA - Usai pemungutan suara Pemilihan Presiden (Pilpres), Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyatakan masih ada dua titik krisis yang dihadapi bangsa Indonesia.
Di antaranya tanggal 22 Juli ketika Komisi Pemilihan Umum (KPU) saat mengumumkan hasil Pemilu Presiden (Pilpres) 2014, dan ketika ada perselisihan terhadap hasil perhitungan KPU yang kemudian di bawa ke Mahkamah Konstitusi (MK).
BACA JUGA: Pengawalan Suara Pilpres Mengalami Kemunduran
"Bisa jadi kedua titik kritis ini akan menimbulkan permasalahan politik di tanah air," ujar Presiden di kantornya, Kompleks Istana Negara, Jakarta, Kamis, (17/7).
Menghadapi dua titik kritis tersebut, Kepala Negara menyerukan masyarakat untuk bersama-sama menjaga, mengawal, berkontribusi, agar proses politik, demokrasi yang tengah berjalan ini berjalan damai, demokratis, aman, tertib, dan lancar.
BACA JUGA: Jokowi-JK Sementara Unggul di 9 Dari 10 Perwakilan Luar Negeri
"Insya Allah menjadi harapan kita semua, tepat tanggal 20 Oktober 2014 saya akan resmi mengakhiri mandat dan amanat saya memimpin bangsa ini, menjalankan pemerintahan ini. Kemudian kita sambut presiden baru yang akan segera membentuk pemerintahan yang dipimpinnya,” tutur Presiden.
Dalam kapasitasnya sebagai Kepala Negara, Presiden mengaku sudah menyampaikan agar KPU dan MK bertindak secara profesional dan kredibel. Ia pun meminta masyarakat mengawal dan mengawasi kerja kedua lembaga tersebut.
BACA JUGA: Ngaku Sakit, Istri Muda Wali Kota Palembang Urung Digarap KPK
Manakala ada pihak yang tidak terima terhadap hasil yang diumumkan KPU pada 22 Juli nanti, Presiden menyarankan agar membawanya ke MK.
“Itu yang benar, itu yang tepat, dan itu yang baik. Diperlukan jiwa besar, tanggung jawab sertaetika agar segala sesuatunya itu ditempuh melalui jalur konstitusi ataupun berdasarkan Undang-undang dan aturan yang berlaku,” tandas Presiden. (flo/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Anggap Kriminalisasi Penyelenggara Quick Count Bahayakan Demokrasi
Redaktur : Tim Redaksi