jpnn.com, JAKARTA - Katib Aam PBNU Kiai Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) melawat ke Amerika Serikat untuk mengikuti sejumlah pertemuan penting.
Gus Yahya membicarakan soal perdamaian global di tengah pandemi COVID-19.
BACA JUGA: Lihat Nih Penampakan Kapal Perang Baru TNI AL, Siap Dioperasikan
Menurutnya masyarakat internasional tidak dapat menunda upaya mencari jalan keluar dari berbagai masalah yang tidak kalah mendesaknya, walau dibayang-bayangi pandemi.
Terutama terkait ancaman konflik yang makin membahayakan di tingkat lokal, regional dan global.
BACA JUGA: Herzaky Demokrat Menyoroti Status Pengacara Kubu Moeldoko
Demikian dikemukakan Gus Yahya dalam keterangannya diterima di Jakarta, Senin (12/7).
Dia terlibat aktif dalam aktivisme perdamaian dunia di tengah pandemi.
BACA JUGA: Langkah ini Penting Menekan Kematian Pasien COVID-19 yang Isoman
Selama lima hari di Amerika Serikat, Gus Yahya mengikuti lima agenda utama.
Gus Yahya diminta terlibat dalam pembicaraan menyangkut agenda IF20 (Inter Faith 20), yaitu agenda sandingan dalam KTT (Konferensi Tingkat Tinggi) G20, yang akan digelar pada September mendatang di Bologna, Italia.
Sebagai wakil dari Gerakan Global Islam untuk Kemanusiaan (Humanitarian Islam), Katib Aam akan menggelar KTT bersama Komunitas Masjid Muhammad atau dikenal juga sebagai The Nation’s Mosque.
Yaitu komunitas Muslim Afro-Amerika yang nenek moyang mereka diperbudak di Amerika sekian abad lalu.
KTT itu bertajuk Building a Global Alliance Founded Upon Shared Civilizational Values (membangun aliansi global berdasarkan nilai-nilai keadaban bersama).
"Selain itu, mengikuti WEA (World Evangelical Alliance), organisasi Evangelis Internasional dengan pengikut lebih dari 600 juta orang di 140 negara," ujar Gus Yahya.
Selanjutnya, Katib Aam PBNU mengikuti KTT IRF (International Religious Freedom Summit) selama tiga hari dan menyampaikan pidato pada salah satu plenonya dengan topik 'The Rising Tide of Religious Nationalism' (pasang naik nasionalisme religius).
Di sela kegiatan, Gus Yahya juga dijadwalkan bertemu dengan sejumlah senator Amerika, yaitu Mitt Romney, Benjamin Sasse dan Thomas Cotton.
Katib Aam juga akan berbagi panel dengan mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Michael Pompeo yang pernah berkunjung ke Jakarta atas undangan GP Ansor pada Oktober tahun lalu.
Kunjungan tersebut saat gelaran konferensi oleh Hudson Institute, salah satu think tank terbesar di Amerika untuk mendiskusikan masalah-masalah terkait stabilitas kawasan Indo-Pasifik.
"Saya akan mengusung gagasan-gagasan yang bersumber dari idealisme Nahdlatul Ulama, nilai-nilai Pancasila, serta pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945," kata Katib Aam.
Dia menjelaskan, visi kemanusiaan dalam idealisme NU dan fondasi NKRI mengandung inspirasi yang sangat dibutuhkan untuk mencari jalan keluar dari ancaman destabilisasi global yang paling berbahaya dewasa ini, yaitu konflik antaridentitas, baik etnik, agama, maupun ideologi sekuler.(Antara/jpnn)
Simak! Video Pilihan Redaksi:
Redaktur & Reporter : Ken Girsang