Kaum Milenial Harus Kritis, Jangan Terhasut Kelompok Radikal

Rabu, 31 Maret 2021 – 20:11 WIB
Ilustrasi wanita. Foto : Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Psikolog Nirmala Ika Kusumaningrum mengingatkan generasi milenial lebih kritis menyikapi setiap isu. Terutama kritis terhadap radikalisme sehingga bisa terhindar dari kelompok radikal.

"Berpikir kritis akan membantu anak-anak muda bisa terhindar atau minimal akan mempertanyakan aliran-aliran yang radikal," kata Nirmala.

BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: Peringatan untuk Simpatisan Rizieq, Kabar Gembira, Anggota ISIS Berseragam Polisi

Nirmala memaknai kritis adalah kemampuan untuk terbuka, menganalisis, mendengarkan, mengendapkan, menggali, termasuk menyaring nformasi dari berbagai sumber terkait hal-hal di sekitar.

Menurut dia, salah satu cara menghindari kelompok radikal adalah dengan berani membuka diri terhadap semua perbedaan dalam kehidupan.

BACA JUGA: Ada Politikus yang Sengaja Memanfaatkan Agama dan Radikalisme

Mulai dari perbedaan suku, budaya, agama, keyakinan, selera, sampai gaya hidup sekali pun.

"Karena ketika kita mulai melihat bahwa saya lebih atau paling benar daripada dia atau mereka, perlahan bibit radikal mulai terbentuk," sambungnya.

BACA JUGA: Din Syamsuddin Diduga Radikal? Coba Baca Penjelasan Ini

Nirmala mengatakan pada dasarnya tidak bisa digeneralisir bahwa milenial lebih mudah terjebak gerakan radikal. Pasalnya, kata Nirmala, aksi bom bunuh diri seperti di Makassar beberapa hari lalu lebih terkait keimanan.

"Bukan agama ya sehingga akan beda cara pandangnya. Mereka tidak pernah melihat diri mereka sebagai teroris, tapi sebagai pejuang," tuturnya.

Sementara itu pengamat militer dan intelijen Susaningtyas Kertopati berpendapat kebanyakan milenial masih mencari jati diri dan mengikuti arah pihak yang paling berpengaruh.

Menurut wanita yang akrab disapa Mbak Nuning ini, sangat sedikit dari usia milenial memiliki karakter yang kuat, sehingga mudah dipengaruhi hal-hal yang melawan negara.

"Pola rekrutmen (teroris) saat ini berkembang menjadi lebih terbuka menggunakan ruang publik seperti sekolah kampus, perkumpulan agama, dan lain-lain," tuturnya secara terpisah.

Oleh karena itu, kaum milenial harus kritis jika menyangkut pilihan hidupnya. "Kritis itu tentu bila menyangkut hal terkait dengan pilihan hidupnya. Bila salah ajaran maka kritis itu muncul justru sebagai anti ideologi negara," ujarnya.

Nuning berpesan kepada milenial agar bijak memilih pergaulan dan menghindari kelompok garis keras. Sedangkan penegak hukum harus bisa membaca penetrasi ideologi yang dinormalisasikan sehingga menciptakan enabling environment bagi kelompok teroris untuk melakukan rekrutmen, kaderisasi, dan mendapatkan dukungan dana dan politik.

"Hati-hati saat ini proses enabling environtment marak, sehingga yang tidak wajar terasa wajar atau normal," katanya.

Menurut dia, rekrutmen selain dilakukan tertutup, tapi ada ruang-ruang publik yang dipakai dalam proses penjaringan. Ruang-ruang publik itu  seperti sekolah, kampus, dan media sosial.

"Memang pemerintah sudah punya aturan, tapi butuh peran serta masyarakat untuk membantu pengentasan masalah terorisme. Dan ini baik jika milenial dilibatkan," kata Nuning. (flo/jpnn)

Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler