Laporan di media-media, termasuk media sosial, menyebutkan15 gajah termasuk tiga anaknya berjalan-jalan dari kota ke kota di Tiongkok tanpa tujuan jelas dan menimbulkan kerusakan miliaran rupiah.

Gajah Asia adalah binatang asli di provinsi Yunnan yang terletak di sebelah barat Tiongkok.

BACA JUGA: Saya Tidak Ragu untuk Mendapatkan Vaksin AstraZeneca di Australia

Sekelompok binatang itu bergerak ke arah utara tahun ini dan menciptakan banyak kerusakan di lahan pertanian dan kawasan yang dilewati kawanan gajah.

Rekaman kamera CCTV di desa-desa memperlihatkan kawanan itu bergerak di jalan-jalan, merobohkan pepohonan dan menurut sebuah media lokal juga merusak sebuah pabrik minuman beralkohol.

BACA JUGA: PSK di Melbourne Manfaatkan Aturan Ini Agar Tetap Bekerja Selama Lockdown

Pergerakan kawanan gajah ini sudah menimbulkan kekhawatiran di kalangan warga dalam diskusi online.

Siaran secara langsung juga dilakukan guna mengikuti pergerakan mereka, diantaranya menggunakan drone yang memantau dari udara.

BACA JUGA: Tidaklah Mudah Menjadi Relawan di Jalur Gaza, Fikri Harus Menahan Rasa Sedih dan Marahnya

Pergerakan kawanan gajah ini juga menjadi masalah bagi para petani di lokasi yang dilewati.

Media lokal di Tiongkok melaporkan jumlah kerugian sudah melebihi $UD1 juta, atau lebih dari Rp15 miliar.

Yang juga belum diketahui adalah mengapa kawanan gajah tersebut bergerak dan dimana mereka akan berhenti.

"Susah untuk menjelaskan alasan pasti mengenai migrasi kawanan ini namun kalau berbicara dalam kerangka lebih besar, tantangan terbesar bagi gajah Asia di Yunnan adalah hilangnya habitat mereka," kata Pan Wenjing, Manajer Proyek Hutan dan Kelautan dari lembaga Greenpeace.  Tersesat 'mabuk' dan kelaparan?

Beberapa media melaporkan gajah betina yang memimpin kawanan ini mungkin tersesat dan karenanya membuat mereka bergerak tidak menentu.

Gajah-gajah ini biasanya bermukim di kawasan hutan tropis terbesar di Tiongkok, yaitu di kawasan hutan lindung Xishuangbanna yang berbatasan dengan Laos dan Myanmar. 

Para penggiat lingkungan memperkirakan sekitar 270 dari 300 gajah Asia di Yunnan berada di taman nasional, yang juga menjadi pusat kunjungan wisatawan.

Kawanan ini memulai pergerakan mereka ke arah utara sejak setahun lalu, kemudian berdiam di sebuah kawasan, sebelum kemudian bergerak lebih ke utara lagi tahun ini.

Sejauh ini kawanan tersebut sudah melakukan pergerakan lebih dari 400 kilometer.

Sebuah laporan media mengatakan kawanan gajah tersebut awalnya berjumlah 17 ekor, tetapi dua diantaranya kemudian "mabuk" dan tertinggal dari yang lain, sebelum akhirnya kembali ke habitat aslinya.

Teori "gajah mabuk" tampaknya berasal dari sebuah artikel di media pemerintah yang mengatakan kawanan tersebut tampak berada di dekat sebuah pabrik minuman alkohol.

"Bila gajah ditemukan menenggak alkohol, bisa saja karena baunya sama seperti buah-buahan yang sudah busuk," kata  Zhang Jinshuo seorang pakar masalah hewan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Tiongkok, seperti dikutip oleh media Tiongkok Youth Daily. 

Di satu titik kawanan gajah ini bergerak melewati sebuah kota yang hanya berjarak 50 kilometer dari ibu kota provinsi Yunnan, Kunming, yang memiliki penduduk sekitar 6 juta orang.

Kantor berita Tiongkok Xinhua mengatakan "tindakan berhati-hati" sudah diterapkan untuk menghindari konflik antara manusia dengan kawanan gajah tersebut.

Ini bukanlah kali pertama kawanan gajah memasuki wilayah pemukiman manusia di Tiongkok.

Media Tiongkok melaporkan belasan orang di Yunnan tewas karena gajah di tahun 2019. Bagaimana mengembalikan kawanan gajah ini?

Dengan kawanan ini belum menunjukkan mereka akan bergerak ke arah selatan, warga di berbagai desa yang dilalui gajah tersebut telah menyusun kendaraan di jalanan guna membantu pergerakan mereka.

Mereka sekarang juga mulai memberikan makanan dalam usaha memancing kawanan gajah ini kembali ke habitat asalnya.

"Jagung, tebu dan bahan-bahan pertanian lain disukai oleh gajah," kata Li Zhongyuan dari Biro Kehutanan Taman Nasional Xishuangbanna .

Walau pergerakan kawanan gajah liar ini yang merusak kawasan kota dan desa yang dilalui mereka, menurut Li Zhongyuan, situasi terkait gajah di Tiongkok sebenarnya  membaik.

"Jumlah gajah sebenarnya meningkat dari sekitar 170 di tahun 1990-an menjadi 300 ekor sekarang," katanya kepada media lokal.

Pan Wenjing dari Greenpeace mengatakan meningkatknya jumlah ini terjadi karena perburuan terhadap gajah sudah dilarang.

Namun meningkatnya populasi gajah bersamaan dengan memburuknya situasi lingkungan bagi mereka, karena kebun karet, kebun teh dan tempat pemukiman manusia bertambah luas.

"Antara tahun 1975 sampai 2014, di mana kawanan gajah ini merambah, hutan alami sudah mengalami penurunan sebanyak 16 persen karena pembangunan ekonomi dan pertumbuhan jumlah penduduk," katanya.

"Peningkatan penduduk dan menurunnya habitat mereka membuat gajah bergerak lebih jauh untuk menemukan tempat yang lebih layak untuk mereka."

Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dari ABC News

BACA ARTIKEL LAINNYA... Warga di China Tolak Kebijakan Satu Keluarga Bisa Punya 3 Anak

Berita Terkait