jpnn.com - TEHERAN - Setelah delapan tahun lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin akhirnya kembali menginjakkan kakinya di Teheran, Iran, kemarin (23/11). Kunjungan pertama Putin ke Iran dilakukan pada 2007 silam. Saat itu bertemu langsung dengan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei. Kunjungannya kali ini merupakan pertemuan 12 negara pengekspor gas alam.
Namun, diperkirakan Putin lebih banyak membahas tentang dukungan kepada Presiden Syria Bashar Al Assad.
BACA JUGA: Di Sultra, Penegakkan Hukum Dinilai Resahkan Warga
Selama ini Iran memang terkenal sebagai sekutu lama Syria. Khamenei adalah pendukung Assad sejak pemberontakan mulai bergolak di negara tersebut pada 2011. Konflik yang berlarut-larut itu membuat 250 ribu penduduk Syria tewas. Putin membantu Assad dengan serangan udara yang diluncurkan sejak 30 September lalu.
Rusia dan Iran memang harus mencari solusi jika ingin mempertahankan Assad. Sebab, dalam pertemuan 20 negara untuk membicarakan masa depan Syria di Vienna Sabtu (14/11), sudah ada keputusan yang diambil.
BACA JUGA: Kategori Metropolitan, Surabaya Juara
Januari nanti PBB meminta pemerintah Syria dan oposisi alias para pemberontak bernegosiasi. Enam bulan setelahnya atau sekitar Mei sudah harus ada kesepakatan gencatan senjata antara kedua belah pihak. Pada Mei 2017, pemilu di Syria bakal dilangsungkan untuk memilih pemimpin Syria dan membentuk konstitusi yang baru.
Dalam pertemuan kemarin, Putin juga memastikan menarik larangan pengiriman alat-alat teknologi nuklir ke Iran. Diharapkan, pencabutan larangan itu bisa membuat pengayaan nuklir di Teheran lebih modern. (AFP/Sputnik News/sha/c14/ami)
BACA JUGA: Tingkatkan Kualitas PNS dan ASN, Ini yang Dilakukan MenPAN-RB
BACA ARTIKEL LAINNYA... Menaker Lepas 20 Pelajar SLTA Magang ke Jepang
Redaktur : Tim Redaksi