Kebakaran Kilang Minyak Pertamina Akibat Petir? Begini Penjelasan Ahli...

Jumat, 02 April 2021 – 21:37 WIB
Profesor Reynaldo Zoro menyebutkan petir memungkinkan menjadi penyebab terbakarnya tangki Kilang Balongan, Indramayu, Jabar. Foto: Antara

jpnn.com, JAKARTA - Kepala Pusat Penelitian Petir (Lightning Research Center/LRC) Sekolah Teknik Elektro & Informatika (STEI) Institut Teknologi Bandung (ITB) Profesor Reynaldo Zoro menyebutkan petir memungkinkan menjadi penyebab terbakarnya tangki Kilang Balongan, Indramayu, Jabar.

Menurut dia, petir tropis memang memiliki kekuatan lebih besar dibandingkan petir subtropis.

BACA JUGA: Pertamina Pastikan Pasokan BBM Jatimbalinus Aman Pasca-kebakaran Kilang Minyak Indramayu

Zoro menyebut, petir tropis memiliki sambaran tinggi, amplitudo besar, gelombang sangat curam, impulse force-nya bisa mengancurkan dan muatan arus petir jauh lebih besar.

"Sebenarnya tangki-tangki Pertamina memenuhi standar pengamanan. Hanya saja, karena petir tropis memang sangat kuat, bisa membuat tangki berlubang," ujarnya melalui keterangannya di Jakarta, Jumat (2/4).

BACA JUGA: Soal Penanganan Korban Kebakaran Kilang Balong, Pusdalops PB: Pertamina Sangat Tanggap

Dia mengatakan, ketika tangki berlubang, maka memungkinkan akan terbakar.

Hal itu karena, tiga komponen penyebab kebakaran adalah spark yang berasal dari petir, bahan bakar, dan oksigen.

"Tadinya oksigen tidak ada. Tetapi ketika tangki bolong, maka ada ruang untuk oksigen," beber dia.

Zoro juga menyebut secara historis banyak kebakaran tangki kilang yang disebabkan sambaran petir, salah satunya kilang di Malaysia.

"Saking banyaknya, sampai pernah dibukukan. Dalam buku tersebut dijelaskan mengenai tangki kilang yang pernah terbakar akibat petir. Termasuk di kilang Malaysia," ujar Zoro.

Dia menyebutkan, penyataan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) soal petir tidak ada di sekitar wilayah Balongan saat terjadi kebakaran masih terlalu diri untuk disimpulkan.

Hal itu karena, lightning detector milik BMKG kurang akurat untuk melakukan evaluasi detail.

"Lebih banyak ke arah cuaca," ungkap dia.

Menurut dia, terdapat dua hal penting untuk melakukan evaluasi mengenai lightning detection system yakni local accuration dan detection efficiency.

"Kalau mau evaluasi, kami harus menggunakan data yang baik dan alat yang canggih. Kalau peralatan BMKG itu agak berbeda," kata dia.

Zoro mengungkapkan data satelit Himawari yang dikenal sangat akurat menyatakan bahwa di sekitar Balongan sekitar pukul 00.00-03.00 WIB, terjadi pergerakan badai petir.

"Bahkan, menurut pengamatan Himawari, dari sore sampai pukul 05.00 pagi. Dan konsentrasi petir tertinggi justru berada pada waktu yang diklaim BMKG," katanya.

Sedangkan hasil monitoring lighting detector BMKG, kerapatan petir sekitar pukul 00.00- 02.00 WIB, justru berkumpul pada bagian barat kilang minyak Balongan atau sejauh kurang lebih 77 kilometer. (antara/jpnn)

Jangan Lewatkan Video Terbaru:


Redaktur & Reporter : Elvi Robia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler