Kebakaran Meluas, Kalteng Perpanjang Hujan Buatan

Selasa, 01 September 2009 – 10:48 WIB
PALANGKA RAYA - Tim Modifikasi Cuaca (TMC) Kalimantan Tengah (Kalteng) akan memperpanjang penyemaian hujan buatan hingga 20 hari lagiItu dilakukan guna karena meluasnya kebakaran hutan dan lahan serta memburuknya kualitas udara.

Menurut Koordinator Lapangan (Korlap) TMC Kalteng Tri Handoko Seto, sebetulnya tugas TMC selesai tanggal 4 September

BACA JUGA: Serbu BI, Buru Uang Receh

"Tapi Gubernur meminta agar diperpanjang lagi selama 20 hari atau menjelang lebaran
Sehingga, kami jadwal penaburan garam-garaman di awan akan ditambah," ujar Tri Handoko kepada JPNN.

Dijelaskannya, pesawat CASA 212-200 telah terbang 16 kali untuk menaburkan garam sebanyak 11.220 ton di sejumlah wilayah yang paling banyak titik panasnya

BACA JUGA: DPRD Enggan Kembalikan Mobnas

Antara lain, Pulang Pisau, Katingan, Seruyan, dan Lamandau
Pesawat pesawat mulai beroperasi pada 16 Agustus lalu, namun terhenti tanggal 25 Agustus karena kerusakan teknis pada pesawat

BACA JUGA: Ditemukan 2 Jenazah Lagi, 5 Masih Hilang

Itu disebabkan baling-baling kiri pesawat tak berfungsi akibat kerusakan mesin.

Untuk mengurangi titik panas yang terus bertambah, menurutnya sejak 31 Agustus pesawat serupa yang bertugas menyemai hujan buatan di Kalimantan Barat (Kalbar) dimobilisasi ke KaltengMobilisasi itu dilakukan secara bergantian antara Kalteng dan Kalbar," katanya.
Seto mengaku tak mengetahui kepastian pesawat milik Badan Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT) tersebut selesai diperbaikiSebab, tim mekanik dari Merpati Airlines Surabaya masih melakukan perbaikan

Dirinya berharap pesawat segera beroperasi kembali karena sebaran titik panas kembali meningkat tiga hari terakhir, yaitu 21 titik pada 28 Agustus, 29 Agustus 40 titik, dan 30 Agustus 62 titikPeningkatan jumlah ini menyebabkan jadwal terbang pesawat dari Kalbar semakin tinggi.
"Pesawat CASA 212-200 dalam sehari dapat menaburkan garam hingga 800 kilogram yang bisa membuat hujan turun mencapai ratusan ribu meter kubik," tuturnya.

Di tempat terpisah, Kepala Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Kalteng Mega Hariyanto mengatakan, titik panas kembali meningkat disebabkan rendahnya kesadaran masyarakat untuk tak membakar hutan dan lahan"Masyarakat sudah tak sadar bahwa yang dilakukan baik sengaja dan tak sengaja bisa berdampak besarIni adalah aktivitas manusia yang menyengsarakan masyarakat juga," ucap Mega kepada sejumlah wartawan usai Serah Terima Jabatan (Sertijab) Kepala Balai Taman Nasional Sebangau (TNS) di Hotel Dandang Tingang, kemarin pagi.

Menurutnya, harus ada penegakan hukum agar ada efek jera terhadap pelaku pembakaranApalagi saat ini Peraturan Gubernur (Pergub) Kalteng Nomor 52 Tahun 2008 yang mengatur cara pembakaran lahan secara terkendali oleh masyarakat telah dicabut.

Petugas pemadam kebakaran saat ini juga cukup kewalahan dengan banyaknya titik api akibat kebakaran hutan dan lahan di Bumi Tambun BungaiSebab, jumlah personelnya terbatas, misalnya personel Manggala Agni yang hanya 210 orang se-Kalteng

"Seberapa banyaknya petugas pasti tak sanggup karena lokasi titik api tersebar dan banyak jumlahnyaPatroli pemadaman rutin baik oleh Manggala Agni dan satuan dari Dishut terus dilakukanTapi karena jumlahnya (titik panas) banyak dan personel sedikit, ada beberapa lokasi yang tak terjangkau," ungkapnya.

Kendala lain, ucap Mega, sumber air mulai kering"Sumber air di sekitar Trans Kalimantan sebagian besar juga telah keringSaat apel siaga di Jabiren, Manggala Agni yang memadamkan titik api di sana kesulitan dengan sumber airUntuk September 2009, saya dengar ada pembicaraan dukungan peralatan berupa helikopter disamping TMCJumlahnya belum diketahui, tetapi diharapkan bisa terealisasi," tuturnya.

Sementara itu, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Palangka Raya Imam Mashudi mengutarakan, jarak pandang beberapa hari terakhir mengalami penurunanBerdasarkan pantauan BMKG, jarak pandang maksimal hanya terjadi menjelang siang yakni dua kilometer (km).

"Jarak pandang horizontal bervariasiPagi hari hingga pukul 08.00 WIB masih satu kilometer, demikian juga menjelang pukul 17.00 WIBDi antara waktu tersebut mencapai dua kilometer karena ada pergerakan angin dan cahaya matahari," tuturnya.

Meskipun tak sampai mengganggu penerbangan, menurutnya itu sudah berdampak pada kondisi lainnya seperti pada kesehatan dan pendidikan"Jarak pandang minimal yang masih diperbolehkan untuk melakukan penerbangan adalah 1,5 km," kata Imam kepada Kapos, pekan lalu(def)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Gorut akan Kontrakan 3 Pulau ke Singapura


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler