Kebiasaan Tidur Juga Bisa Menaikkan Berat Badan loh

Kamis, 24 Agustus 2017 – 09:11 WIB
Tidur. Foto: Meetdoctor

jpnn.com - Orang yang tidak mendapatkan jumlah tidur cukup cenderung mengalami kelebihan berat badan dan memiliki lingkar pinggang lebih besar, hal ini menurut sebuah studi baru yang diterbitkan di PLOS ONE.

Tapi apa yang tidak ditemukan dalam penelitian ini adalah kejutan nyata. Hasilnya tidak menunjukkan hubungan antara tidur yang buruk dan makanan yang kurang sehat. Dengan kata lain, skimping pada shuteye bisa menambah berat badan, meski tidak memicu kegemaran makanan bergula atau berlemak.

BACA JUGA: 5 Pengaruh Diet pada Kulit

Penelitian ini melibatkan 1.615 orang dewasa di Inggris yang disurvei tentang pola tidur dan makanan normal mereka.

Mereka juga memberikan sampel darah dan berat badan, lingkar pinggang, tekanan darah, kolesterol, gula darah dan fungsi tiroid mereka yang diukur.

BACA JUGA: Kenaikan Berat Badan di Usia Dewasa Bisa Membahayakan Kesehatan?

Para peneliti ingin melihat berapa lama mereka tidur per malam akan memengaruhi tindakan kesehatan umum ini.

Hasilnya, orang yang tidur sekitar 5,9 jam dalam semalam memiliki lingkar pinggang rata-rata 37,4 inci dan rata-rata BMI 28,6, sedangkan mereka yang rata-rata tidur 8,4 jam dalam semalam memiliki lingkar pinggang rata-rata 35,8 inci dan rata-rata BMI 27,1.

BACA JUGA: Sudah Diet Keras tapi Berat Badan Belum Juga Turun? Bisa jadi ini Penyebabnya

Setelah hasilnya disesuaikan dengan usia, jenis kelamin, etnisitas, status sosial ekonomi dan status merokok, setiap jam tidur tambahan per malam dikaitkan dengan pengurangan lingkar pinggang 0,3 inci dan penurunan BMI hampir setengah poin.

Tidur lebih pendek juga dikaitkan dengan kadar kolesterol HDL baik yang lebih rendah.

Kolesterol HDL dianggap protektif terhadap penyakit kardiovaskular (walaupun penelitian terbaru telah mempertanyakan hal ini) dan tingkat rendah dianggap sebagai faktor risiko untuk masalah jantung, terutama di kalangan orang muda.

Hubungan antara durasi tidur dan masalah kesehatan lainnya kurang jelas. Meskipun data menunjukkan bahwa tidur pendek dikaitkan dengan gula darah dan peradangan yang lebih tinggi serta fungsi tiroid yang lebih rendah, temuan ini tidak signifikan secara statistik.

Studi ini juga tidak menemukan hubungan yang signifikan antara durasi tidur dan kualitas diet, yang mengejutkan para periset.

Dalam sebuah penelitian 2016 di European Journal of Clinical Nutrition, orang yang tidur hanya lima setengah jam atau kurang per malam mengonsumsi rata-rata 385 kalori ekstra per hari daripada mereka yang tidur tujuh jam atau lebih.

Co-author Greg Potter, PhD, seorang peneliti di University of Leeds, mengatakan mungkin studi tersebut tidak memiliki cukup banyak orang untuk mendeteksi hubungan yang tidak baik antara durasi tidur dan diet.

"Mungkin juga orang tidak secara akurat melaporkan pilihan makanan mereka. Karena para peserta hanya disurvei pada satu waktu," kata Potter, seperti dilansir laman Health, Rabu (23/8).

Penelitian ini hanya menawarkan sebuah snapshot dan tidak bisa menentukan bagaimana perubahan pola tidur bisa memengaruhi perubahan pola makan.

Tapi terlepas dari bagaimana tidur dan berat badan terkait, Potter mengatakan penelitian tersebut mendukung gagasan bahwa tidur tujuh hingga sembilan jam semalam, jumlah yang direkomendasikan oleh National Sleep Foundation, tidak hanya baik untuk kesehatan secara keseluruhan, tapi juga baik untuk manajemen berat badan.

"Temuan kami menunjukkan bahwa orang yang tidur dikisaran tujuh hingga sembilan jam ini cenderung tidak mengalami kelebihan berat badan dibandingkan mereka yang tidur kurang dari jumlah waktu yang tekah ditetapkan," pungkas Potter.

Potter merekomendasikan agar orang menemukan pola tidur yang memungkinkan mereka terbangun secara alami di pagi hari.(fny/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Syahrini: Masih Dua Kilo Lagi, Semangat!


Redaktur & Reporter : Fany

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler