Kebijakan Prorakyat Chavez Ikut Berperan Runtuhkan Ekonomi Venezuela

Minggu, 22 Mei 2016 – 07:59 WIB
Serikat buruh menggelar aksi solidaritas menyalakan seribu lilin untuk mengenang Hugo Chavez di Bundaran HI pada 2013 lalu.

jpnn.com - MANTAN Presiden Venezuela Hugo Chavez semasa hidupnya dielu-elukan sebagai jagoan antikapitalisme dan imperealisme. Kebijakannya yang populis dan menitikberatkan pada kemandirian ekonomi serta pemerataan kekayaan menjadi referensi para aktivis "kiri" di berbagai negara, termasuk Indonesia.  

Namun, krisis ekonomi yang dialami Venezuela saat ini tak bisa dipisahkan dari kebijakan-kebijakan pria dengan nama lengkap Hugo Rafael Chávez Frías tersebut. Bahkan bisa dikatakan malapetaka yang menimpa negara Amerika Latin itu merupakan warisan Chaves.

BACA JUGA: Venezuela: Dulu Kaya, Sekarang Papa

Pada 2003, Chavez menerapkan kebijakan ekonomi yang dikecam kalangan pebisnis. Yakni, penetapan harga bahan-bahan kebutuhan pokok oleh pemerintah. Harga yang prokonsumen itu membuat produsen lokal gulung tikar. Sebagian memilih menjual produknya di pasar gelap. Pemerintah Venezuela pun terpaksa mengimpor bahan pokok demi memenuhi perut rakyatnya.  
 
Untuk mempertahankan harga pangan terjangkau oleh masyarakat, pemerintah menggelontorkan subsidi besar-besaran yang didanai hasil penjualan minyak Venezuela. Untuk waktu yang cukup panjang kebijakan ini sukses meningkatkan kualitas hidup rakyat negara di kawasan Amerika Selatan itu. 

Namun, ketika harga minyak dunia mulai anjlok pada 2010, reaksi berantai terjadi di Venezuela. Pemerintah tak sanggup lagi mengimpor bahan pokok dan memberikan subsidi. Akibatnya kelangkaan terjadi di mana-mana. Rakyat pun kelaparan.

BACA JUGA: Pengamat: EgyptAir Jatuh Bukan karena Teroris, tapi..

Kini penerus Chavez, Presiden Nicolas Maduro yang harus menanggung tugas berat memberesakan masalah ini. Tapi lagi-lagi warisan Chavez menjadi penghalang. Kali ini bukan warisan kebijakan, melainkan ideologi.

Seperti Chavez, sang presiden juga menjunjung tinggi kedaulatan ekonomi, menentang neoliberalisme, kapitalisme dan paham-paham lain yang selama ini diasosiasikan dengan Amerika Serikat dan sekutunya. Maklum Maduro adalah murid Chavez. Dia juga duduk sebagai wakil presiden pada periode akhir pemerintahan pria yang meninggal dunia pada 2013 silam.

BACA JUGA: Wali Kota Muslim London Disebut Seperti Teroris

Meski kelaparan mengancam rakyatnya, Maduro tegas nyatakan tidak akan minta tolong negara-negara kuat di Benua Amerika. Sebab, Chavez mengajarinya untuk mandiri dan independen. Artinya, tidak bergantung pada negara lain, namun mengandalkan kekuatan sendiri. Meminta bantuan atau berutang, menurut Maduro, hanya akan membuka peluang bangsa lain mengintervensi Venezuela.

Maduro malahan menjadikan musuh-musuh Venezuela sebagai kambing hitam. Dia menuduh negara-negara yang tidak suka pada Venezuela sengaja memantik perang ekonomi. Merekalah yang merekayasa krisis ekonomi yang berdampak buruk pada pemerintahan Maduro tersebut. Karena itu, mulai pekan lalu, sang presiden memberlakukan situasi darurat di Venezuela. (AFP/Reuters/BBC/theguardian/theeconomist/hep/c5/any/dil/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... TOP! Malaysia - Indonesia Capai Sasaran Operasi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler