Kegiatan Keagamaan yang Optimal dan Cakap di Ruang Digital

Sabtu, 01 Juni 2024 – 00:19 WIB
Media digital memiliki multiperan sebagai media informasi, komunikasi, pendidikan, kontrol, sekaligus dakwah dalam hal kegiatan keagamaan. Foto: Dok. Kominfo

jpnn.com, SEMARANG - Dalam rangka program Literasi Digital di Indonesia, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menyelenggarakan chip-in mengenai penguatan keterampilan digital masyarakat Indonesia bernama #MakinCakapDigital 2024 untuk segmen komunitas di wilayah Jawa Tengah, Rabu (29/5/2024).

Acara ini mengangkat tema "Optimalkan Ruang Digital dalam Kegiatan Keagamaan".

BACA JUGA: Kemenkominfo Serukan Pentingnya Literasi Digital Bagi ASN

Kali ini hadir pembicara program kegiatan Literasi Digital #MakinCakapDigital di tahun 2024 yang ahli di bidangnya untuk berbagai bidang, antara lain tokoh masyarakat Bambang Sadono mantan Wakil Ketua DPRD Jawa Tengah, Digital Campaign Specialist PT. Telkom Indonesia Afif Mas’udi Ihwan, dan Key Opinion Leader Rifqil Muslim.

Survei terbaru dari We Are Social dan Kepios 2022 menyebutkan, pengguna internet di Indonesia terus bertambah setiap tahunnya, kini bahkan mencapai 204 juta pengguna atau sudah digunakan oleh 73,7 persen penduduk Indonesia.

BACA JUGA: Kemenkominfo Gencarkan Literasi Digital Menjelang Pemilu 2024

Sejumlah 80,1 persen penduduk Indonesia menggunakan internet untuk mencari informasi dan dapat menghabiskan waktu 8 jam 36 menit dalam satu hari menggunakan internet.

Internet dapat menjadi platform yang tepat untuk melakukan kegiatan keagamaan secara optimal untuk memperluas jangkauan, meningkatkan partisipasi, dan memperkuat komunitas keagamaan.

BACA JUGA: 8 Tahun Buron, Pembunuh Vina Cirebon Ditangkap di Daerah Ini

Strategi yang dapat diterapkan untuk mengoptimalkan ruang digital dalam kegiatan keagamaan bisa dilakukan dengan cara mengadakan ibadah atau upacara keagamaan secara online, membuat konten-konten edukatif, melakukan penggalangan dana atau donasi secara online dan masih banyak yang lainnya.

"Media digital berpotensi untuk memaksimalkan pesan keagamaan karena lebih praktis, cepat, murah, dan efektif," kata mantan Wakil Ketua DPRD Jawa Tengah Bambang Sadono saat menjadi pembicara.

Dia menjelaskan bahwa media digital memiliki multiperan sebagai media informasi, komunikasi, pendidikan, kontrol, sekaligus dakwah dalam hal kegiatan keagamaan.

Dalil dalam menyebarkan dakwah lebih luas ini dapat berlandaskan Surat An-Nahl Ayat 15 yang berbunyi "Ajaklah manusia ke jalan Tuhanmu dengan cara yang bijaksana, pengajaran yang baik dan berdialoglah dengan mereka dengan cara-cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk".

Digital Campaign Specialist PT. Telkom Indonesia Afif Mas’udi Ihwan menyampaikan media untuk konten keagamaan di ruang digital atau internet dapat terbagi menjadi video, dokumen PDF, tulisan seperti berita atau hasil penelitian, visual seperti infografis, dan kegiatan interaktif seperti kuis atau tes menarik.

"Kita dapat berpartisipasi untuk menyejukkan ruang digital dengan pesan damai, mencegah penyebaran berita hoaks, tetap beretika ketika berinteraksi di ruang digital, dan berkonten positif perangi konten negatif," jelas Afif.

Partisipasi audiens untuk menyebarkan nilai baik keagamaan ini terbilang penting, karena menurut Bambang, media digital tidak lepas dari kekurangan di antaranya rawan hoaks, konflik, penipuan, susila, dan judi.

Dalam hal penyebaran konten agama di internet, Rifqil memberi contoh banyak informasi yang tidak terfilter, konten agama tidak dapat dipertanggungjawabkan, sanad keilmuan yang tidak jelas, penyebaran hoaks, dan konten dakwah cenderung kaku serta menghakimi.

"Bagaimana cara mengatasi konten negatif ini? Pertama dapat memperjelas esensi dari konten yang dibagikan, kemudian dapat memperdalam ilmu dan belajar ilmu sesuai tingkatan, mengukuhkan pembagian disiplin ilmu tertentu, membiasakan tabayyun dalam segala hal, dan sering saring sebelum sharing," kata Key Opinion Leader Rifqil Muslim.

Setidaknya, ada tiga metode dakwah yang dapat menjadi acuan saat ingin menyebarkan konten agama yang bermanfaat dan penuh kedamaian menurut Surat An Nahl Ayat 125, seperti yang disampaikan Rifqil dalam materinya, yaitu metode Bil Hikmah, Mujadalah, dan Mau'izhah al-hasanah.

Metode Bil Hikmah adalah metode yang paling utama dari segala sesuatu baik pengetahuan maupun perbuatan.

Hikmah adalah sesuatu yang jika digunakan, dipraktekkan atau dipakai maka akan menghalangi timbulnya mudharat. Seorang dai harus memiliki hikmah yang sepenuhnya tentang tindakan dan pengetahuan yang dilakukan untuk melakukan dakwah. Hikmah ini akan membuat dirinya dapat menyampaikan dakwah dengan percaya diri serta tidak ragu-ragu.

Selanjutnya, metode Mau'izhah al-hasanah atau pengajaran yang baik ini menurut Hamka adalah sesuatu yang dapat diterapkan baik di masyarakat, lembaga pendidikan maupun rumah tangga dan metode mujadalah yang dapat dilakukan dengan cara memahami pokok persoalan dan mengenal mitra dialog.

Rifqil menjelaskan bahwa dengan metode dakwah yang tepat juga masuk dalam jenis kecakapan digital.

Kecakapan digital dapat dijelaskan sebagai kecakapan berkomunikasi, mengelola informasi dan konten, menjadikan teknologi sebagai penyelesaian masalah, dan memperhatikan etika, keamanan, serta legalitas dunia maya.

"Jangan gagap digital karena internet dapat memaksimalkan pesan keagamaan jika digunakan secara selektif, produktif, edukatif, dan motivatif," katanya. (rhs/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pulang dari Tempat Karaoke, Hendrikus Ujang Dibunuh Teman Dekat


Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler