Kegiatan UMKM Alami Penurunan, tetapi Masih Ada Optimisme untuk Pemulihan

Kamis, 18 Februari 2021 – 13:57 WIB
Direktur Utama BRI Sunarso paparkan hasil survei UMKM BMSI. Foto: Humas BRI

jpnn.com, JAKARTA - Direktur Utama BRI Sunarso menyatakan, kegiatan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) menurun pada kuartal IV 2020 jika dibandingkan kuartal sebelumnya. Hal itu tecermin pada BRI Micro & SME Index (BMSI) yang turun dari 84,2 pada kuartal III menjadi 81,5 di kuartal IV 2020.

"Walaupun begitu, pelaku UMKM masih tetap optimis menyongsong Kuartal I 2021 yang ditunjukkan oleh ekspektasi BMSI yang tetap di atas ambang batas 100," ujar Sunarso saat press conference virtual di Jakarta, Kamis (18/02).

BACA JUGA: Kisah Ester Si Mantri BRI, Jadi Agen Pembangunan di Perbatasan

Dia menjelaskan, penurunan BMSI sejalan dengan penurunan PDB sebesar -0,42 persen dari kuartal III ke kuartal IV 2020.

Penurunan ini disebabkan tiga faktor.

BACA JUGA: Sustainability Bond BRI Tarik Minat Investor, Ciptakan Berbagai Peluang

Pertama pengetatan aktivitas sosial dan mobilitas masyarakat berupa Penerapan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) diakhir kuartal III 2020, diikuti pengurangan hari libur Natal dan Tahun Baru 2020 membuat konsumen membatalkan liburan dan belanja.

"Akibatnya menekan UMKM. Terutama menyebabkan banyak usaha perhotelan, transportasi, dan perdagangan mengalami penurunan pendapatan," kata dia.

BACA JUGA: Berperan Aktif Tanggulangi Dampak Pandemi Covid-19, BRI Tuai Apresiasi UMKM

Sunarso mengatakan, komponen BMSI yang mencatat penurunan yang terbesar adalah volume produksi dan nilai penjualan. Ini berpengaruh pada volume persediaan barang input, barang jadi, serta penggunaan tenaga kerja yang lebih rendah dari kuartal sebelumnya.

"Jika dilihat BMSI sektoral, hampir semua sektor mengalami penurunan, kecuali sektor industri pengolahan. Penurunan tertinggi terjadi pada sektor hotel dan restoran," jelas dia.

Kedua adalah faktor musiman. Penurunan BMSI sektor pertanian berhubungan dengan awal musim tanam, sehingga produksi pertanian, khususnya tanaman bahan makan mengalami penurunan.

Ketiga faktor cuaca yang mengganggu produksi UMKM.

Hal itu terjadi pada level BMSI sektor pertambangan dan konstruksi. Produksinya juga lebih rendah dari kuartal sebelumnya, karena tingginya curah hujan menganggu aktivitas konstruksi dan kegiatan pertambangan.

"Sebaliknya, BMSI sektor industri pengolahan meningkat, seiring dengan naiknya aktivitas usaha untuk mengantisipasi permintaan jelang perayaan Natal dan Tahun Baru," papar Sunarso.

Optimisme UMKM Masih Terjaga

Sunarso menyebutkan, meski BMSI menurunan, optimisme pelaku UMKM tetap terjaga, tecermin pada indeks ekspektasinya. Indeks ekspektasi BMSI tercatat di atas 100 yaitu 105,4 pada kuartal IV 2020.

"Ini menunjukkan mayoritas pelaku UMKM masih optimis aktivitas usahanya akan semakin membaik pada kuartal I 2021," ungkap dia.

Namun, jika dibandingkan kuartal III 2020, ekspektasi BMSI kuartal IV-2020 sedikit lebih rendah. Dia menilai, optimisme pelaku UMKM menyambut kuartal I 2021 tidak setinggi optimisme saat menyongsong kuartal IV 2020.

"Penyebab utamanya adalah masih meningkatnya tren kasus baru Covid-19, kemudian diikuti pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di Jawa dan Bali," jelas Sunarso.

Sunarso mengakui mendapatkan temuan menarik dalam survei BMSI tahun ini, meskipun penilaian pelaku UMKM terhadap perekonomian secara umum menurun, tetapi penilaian terhadap kinerja pemerintah masih tetap tinggi.

Hal ini terlihat pada meningkatnya indeks kepercayaan pelaku usaha (IKP) UMKM kepada pemerintah pada kuartal IV-2020 ke level 136,3 dari sebelumnya di level 126,8 pada kuartal sebelumnya.

IKP diatas batas 100 menandakan bahwa pelaku UMKM percaya pada kemampuan pemerintah menjalankan tugas dan kewajibannya.

"Kenaikan komponen IKP kuartal IV 2020 tertinggi terjadi pada indikator keyakinan yang mengukur kemampuan pemerintah meningkatkan pertumbuhan ekonomi," kata dia.

Dia menilai, pelaku UMKM tampaknya lebih yakin perekonomian akan kembali pulih apabila pandemi berhasil dikendalikan.

Selain itu rencana pemerintah yang akan terus membantu pemulihan sektor UMKM melalui kelanjutan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) 2021 juga turut menambah keyakinan tersebut.

Program restrukturisasi, subsidi bunga, dan pinjaman baru terbukti memberikan dampak positif terhadap kinerja usaha UMKM untuk bisa bertahan dan bangkit.

"Kemampuan debitur UMKM menjadi lebih baik dalam memenuhi kewajibannya membayar pokok dan bunga pinjaman,” tambah Sunarso.

Komitmen BRI Dorong Pertumbuhan UMKM

Surnaso menegaskan, BRI terus mencari sumber pertumbuhan baru disegmen UMKM, terutama segmen mikro yang menjadi fokus bisnis perseroan.

"Kedepan, BRI bahkan menyentuh segmen yang lebih kecil lagi yakni Ultra Mikro," kat Sunarso.

Berdasarkan data riset Kemenkop, terdapat 57 juta usaha UMKM di Indonesia, dimana 30 juta diantaranya belum mendapat akses pendanaan formal. Sebanyak 30 juta yang belum mendapatkan akses pendanaan formal tersebut 5 juta diantaranya masih mendapatkan sumber pendanaan dari rentenir.

Dia juga menyadari untuk memberdayakan dan mengembangkan segmen ultra mikro dibutuhkan teknologi dan digitalisasi.

"BRI dapat melayani masyarakat sebanyak banyaknya dengan biaya semurah mungkin. Hal tersebut dapat dicapai dengan cara go smaller, go shorter dan go faster,” tutup Sunarso.(mcr10/jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur & Reporter : Elvi Robia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler