jpnn.com, JAKARTA - Pemerintah menargetkan angka inflasi nasional di bawah 4 persen melalui rencana penurunan tarif komoditas penyumbang inflasi terbesar.
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian dalam Rapat Koordinasi (Rakor) Pengendalian Inflasi Daerah menyampaikan data terbaru inflasi Indonesia yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) per 2 Mei 2023 sebesar 4,33 persen (y-o-y).
BACA JUGA: Inflasi Daerah Terkontrol, Mendagri Bantu Dongkrak Tingginya Approval Jokowi
Mendagri Tito Karnavian merincikan penyumbang inflasi terbesar berada di sektor transportasi dengan angka sebesar 11,96 persen dan memberikan andil inflasi sebesar 1,45 persen.
Disusul sektor makanan, minuman, dan tembakau yang menyumbang inflasi sebesar 4,58 persen dengan andil inflasi 1,20 persen.
BACA JUGA: Kemendagri Puji Pemprov Sumsel Sukses Kendalikan Inflasi, Turunkan Kemiskinan & Stunting
Sektor berikutnya yang menyumbang inflasi tinggi, yaitu perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga yang mengalami inflasi 2,53 persen dengan andil inflasi 0,49 persen.
“Transportasi, tiket udara, itu diatur oleh pemerintah pusat. Oleh karena itu, ini perlu langkah-langkah yang dilakukan pemerintah pusat untuk mengatur agar tiket kargo udara itu bisa diturunkan,” kata Mendagri Tito Karnavian dalam rakor yang digelar secara hybrid dari Gedung Sasana Bhakti Praja Kantor Pusat Kemendagri, Senin (15/5).
Dia menjelaskan ketika tarif transportasi udara bisa diturunkan menjadi 1 persen dari 1,45 persen, maka inflasi ke depan bisa turun di angka sekitar 3,9 atau 3,8 persen.
Mendagri juga telah menyampaikan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengenai persoalan tersebut, karena hal itu berdampak kepada pemda yang kesulitan dengan naiknya harga tiket pesawat atau kargo udara.
“Nah ini harus dilakukan oleh pemerintah pusat nomor satu, dan Beliau (Presiden) akan pimpin rapat Minggu ini dengan semua stakeholder yang berhubungan dengan transportasi udara ini dengan target menurunkan harganya,” ungkap Mendagri.
Mendagri Tito mengungkapkan ada dua problem yang berkaitan dengan kenaikan tarif transportasi.
Pertama, harga avtur yang tinggi di tanah air bahkan melebihi yang terjadi di Singapura.
Kedua, berkaitan dengan demand penerbangan yang tinggi, khususnya pada saat hari raya Idulfitri.
“Perlu juga ada langkah pemerintah daerah. Saya mengapresiasi beberapa daerah yang memberikan subsidi atau bantuan kepada penerbangan-penerbangan udara yang masuk ke daerahnya yang tingkat okupansinya rendah,” ungkap mantan Kapolri tersebut. (mrk/jpnn)
Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?
Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Sutresno Wahyudi, Sutresno Wahyudi